TIGA BELAS : Alvin vs Jessie

32.5K 1.5K 38
                                    

Beberapa hari kemudian Alvin dan Jennie bersekolah seperti biasa. Atau mungkin tidak biasa? Karena sekarang mereka benar-benar seperti orang yang berpacaran.

Jennie sudah terbiasa diantar jemput oleh Alvin. Katanya sih lumayan irit ongkos. Jadi semacam Jennie menganggap Alvin adalah supir pribadinya. Kurang ajar memang.

Sesuatu yang terlihat berubah lainnya adalah Jennie mau makan berdua dengan Alvin. Tidak perlu ada adegan paksa memaksa lagi hanya untuk sesuap nasi. Katanya Jennie lagi, lumayan makan selalu dibayarin. Pengeretan nih anak lama-lama.

Tapi enggak gitu juga sih. Meski jika dibandingkan Alvin yang notabene cucu pemilik sekolah masih kalah, keluarga Jennie terbilang kalangan menengah ke atas. Mamanya Jennie memang single parent, tapi beliau sekarang sudah menjadi manager di sebuah perusahaan ekspor impor. Jangan lupakan jika Jennie adalah seorang model dan selebgram. Dia bisa mencari uang sendiri untuk sekedar bersenang-senang.

"Al."

"Hem?"

"Kamu nggak bosen apa sama aku terus?"

"Enggak."

Jennie menghela nafas berat mendengar jawaban Alvin. Singkat, padat, jelas. Bahkan tidak menambahkan alasan ataupun bertanya balik padanya. Jennie selalu berpikir pendapatnya tidak pernah penting bagi Alvin.

"Kamu bosen sama aku?"

Setelah beberapa saat terdiam, yang diinginkan Jennie terkabul. Alvin balik bertanya padanya. Tetapi perasaan Jennie malah tidak karuan saat melihat ekspresi Alvin.

"Y-ya.. abisnya.."

Bahkan Jennie lupa dengan seabrek kalimat protes yang sudah dia persiapkan. Alvin kelihatan marah, tapi bukan marah. Tersirat rasa kecewa di wajah Alvin karena mendengar pertanyaan Jennie tentang perasaan bosan kepadanya.

"Ishh.."

Alvin membuang pandangannya. Menusukkan garpu dengan brutal.. sebenernya nggak brutal juga sih. Hehe. Pokoknya Alvin menusukkan garpunya ke sebongkah bulatan tepung bercampur ikan alias siomay dengan tidak biasa. Suara 'tang tang tang' yang timbul karena gesekan logam dan beling membuat Jennie menelan ludahnya kasar. Takut. Dia membayangkan seandainya siomay itu adalah tangannya. Nyeri.

"A-al?"

"Hem?!"

Serem anjir -batin Jennie.

Cara Alvin merespon panggilan Jennie, jelas menandakan kalau lelaki itu sedang dalam mood yang tidak baik. Dan Jennie merasa dialah penyebabnya.

"Al."

Jennie kembali memanggil Alvin. Setelah selesai dengan aksi mengamuk barusan, Alvin jadi diam saja. Anehnya Jennie merasa tidak nyaman jika Alvin mendiamkannya begitu. Ada rasa bersalah, terlepas dari rasa takut jika tiba-tiba Alvin kalap lalu menghujam jantungnya dengan logam lancip bermata tiga itu.

"Alvin."

"Apa?"

Akhirnya Alvin merespon dengan sebuah kata. Nada bicaranya pun merendah, berarti kemarahannya sedikit mereda. Walau hanya kata 'apa' tapi setidaknya bukan sekedar 'ham hem ham hem' dengan nada yang tidak mengenakkan telinga.

"Makan yang bener kenapa sih?"

Hasil dari kebrutalan Alvin menusuk siomay tadi adalah wajah belepotan terkena cipratan sambal kacang. Jennie yang terbiasa makan ala putri raja, tentu tidak tahan melihat pemandangan di depannya saat ini. Alvin berlumur kacang. Sama seperti ketika Jennie menyuapi Alvin bubur, dia reflek mengelap bumbu kacang di bibir cowok itu.

Possessive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang