Twenty: Bangunan Tua

97 3 0
                                    

Sebelumnya,, gw mau mnta maaf klo chapt 19 gk dptt feel ny bgtt.. Maafin yaa.. Sumpah,, otak gw lg buntu,, lg gk fokus.. Pokony mhh lg bnyk pikiran gara2 lomba.. Jd maaf ya klo gk dpt feelnya..

Gw usahain di part ini bakalan dpt feel nyaa:) Always vote and comments yapp;) Thx..

Happy reading~

****

"Gue berhenti bantu lo." 

"Kenapa?" Cowok tersebut memandang sinis kearah cewek tersebut.

"Gue sakit hati kalo bareng sama dia. Walaupun di sebelahnya ada gue, dia tetep mikirin Maudy."

Brak...

Cowok tersebut menendang pintu yang berada di sebelahnya dengan keras membuat cewek yang berada di depannya berjengit kaget.

"Cuma karena itu lo nyerah?!" Bentak cowok tersebut di depan wajahnya. "Lemah banget jadi cewek!!!"

"Kenapa kalo gue lemah? Lo gak bisa ngerasain jadi gue, tau gak?!" Cewek itu memandang sengit kearah cowok yang kini sedang tersenyum miring.

"Lo gak bisa berhenti begitu aja." Cowok tersebut memandangnya seraya tersenyum licik. "Lo boleh berhenti kalo rencana gue udah berhasil."

"Gue gak mau!" Ketus cewek tersebut.

Cowok itu berjalan menghampirinya sambil tersenyum miring kepadanya. Ia semakin mendekatkan dirinya kearah cewek tersebut. 

Karena cewek tersebut sudah berada tepat dipojok ruangan, ia langsung dikurung oleh kedua tangan milik cowok tersebut.

"Lo... lo... lo mau ngapain?" 

Takut.

Itulah yang cewek tersebut rasakan.

"Kalo lo mau berhenti..." Cowok itu menggantungkan kalimatnya seraya mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya.

Cewek tersebut membulatkan matanya lebar. "Lo jangan macem-macem, deh!"

"Gue gak akan nyentuhin benda ini ke tubuh lo asalkan lo masih mau ngelancarin rencana gue." Bisik cowok tersebut tepat di sebelah telinganya.

Cewek tersebut tak kunjung menjawab membuat cowok itu berdecak kesal.

"Gue gak suka nunggu." Cowok tersebut hendak mengangkat tangannya namun pergerakannya terhenti karena sebuah suara.

"Oke, gue gak akan berhenti sampe lo berhasil. Puas lo?!" Cewek tersebut menghentakkan tangannya seraya pergi meninggalkan cowok itu sendirian.

Cowok tersebut pun tersenyum puas. Ia memasukkan kembali benda yang dikeluarkannya tadi.

"Ternyata, lo gampang banget buat gue bodohin." 

****

"Dy, temenin gue keluar." Ajak Vani kepada Maudy yang sedari tadi sibuk dengan HP-nya.

"Ajak kembaran lo aja." Jawab Maudy singkat.

Vani pun melirik kearah Vadi yang saat ini sedang membaca novel terjemahan yang tebalnya naudzubillah.

Vani pun menggelengkan kepalanya. "Dia kalo udah baca novel terjemahan, gak akan bisa kalo disuruh berhenti."

"Nah! Dia sama kaya gue. Cuma bedanya gue lebih suka Wattpad daripada novel terjemahan." Ujar Maudy santai. Vani mendengus kesal. Akhirnya, ia keluar berjalan sendirian kearah tenda yang lain.

Di tengah perjalanannya, ia tak sengaja mendengar suara bantingan pintu yang sangat kencang.

"Itu suara apaan, ya?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Ia melihat kearah kanan dan kirinya.

Me And My BrokenheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang