Eight: Siapa Dia?

135 10 0
                                    

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Murid-murid pun keluar dari kelas menuju gerbang sekolah.

Sementara Maudy, ia hanya duduk di kursi halte depan sekolahnya menunggu dijemput oleh kakaknya.

"Duh ilah, kemana sih si Anta?" Begitulah Maudy, jika sudah kesal dengan kakaknya, ia pasti tidak memakai embel-embel 'kak'.

"Dy, lo belum pulang?" Tanya Karnel saat ia melihat Maudy duduk sendirian di kursi halte.

"Kakak gue belum jemput." Maudy melirik ke jam tangan yang menunjukkan pukul 17.30 WIB.

"Lo sendiri belum pulang?" Tanya Maudy balik.

"Gue lagi nunggu om gue yang mau jemput." Karnel pun duduk di kursi sebelah Maudy.

Mereka pun terdiam, sama-sama melamum. Sampai ada suara klakson motor yang menyadarkannya.

Helm full face yang dipakai oleh sang pengendara tersebut membuat Maudy tidak bisa melihat wajahnya.

"Dy, gue duluan ya!" Karnel pun berjalan menghampiri pengendara tersebut yang ternyata adalah Om-nya.

"Iya, hati-hati!" Maudy melambaikan tangannya pada Karnel. Motor itu pun melaju keluar darM. area sekolah.

"Lama banget sih!" Gerutu Maudy. Ia pun mengeluarkan HP nya yang berada di saku rok nya.

MaudyPC : Kak, lo dimana?

M.AntaP : Maaf dek, gue gak bisa jemput lo. Gue ada acara bareng temen-temen. Mungkin besok pulangnya.

MaudyPC : Kenapa gak bilang daritadi sih? Kalo gitu kan gue bisa pulang sendiri.

M.AntaP : Maaf ya, dek. Yaudah lo cepet pulang, gih. Keburu malem.

MaudyPC : Iyaiya.

M.AntaP : Maaf ya.

Maudy hanya meng- read saja balasan dari kakaknya itu.

Tinn! Tinn!

"Belum pulang, dek?" Tanya seseorang yang berada diatas motor itu.

"Belum, kak. Emm, kakak siapa?" Tanya Maudy hati-hati.

"Gue Dimas, Ket-Os disini. Masa lo gak tau gue?" Maudy hanya menautkan kedua alisnya.

Oh, kakak ini yang dulu berantem sama Ray, batin Maudy.

"Hehehe, gue gak tau kak. Maaf ya." Maudy hanya menyengir, memamerkan giginya yang gingsul itu membuatnya sangat manis.

"Manis." Ujar Dimas pelan, namun Maudy masih dapat mendengarnya.

"Kakak ngomong apa?" Maudy mengernyit bingung.

Dimas menaikkan sebelah alisnya, "Gue daritadi diem kok."

Maudy pun hanya mengedikkan bahunya tak acuh.

"Lo belum di jemput?" Tanya Dimas penasaran.

"Gak ada yang jemput. Kakak gue lagi sibuk. Orang tua gue lagi gak ada di rumah."

"Yaudah, gue anter balik ya. Ayo naik!" Maudy hanya menatap Dimas dengan raut wajah bingung.

"Gak ngerepotin nih kak?"

"Gak. Ayo naik!" Maudy pun akhirnya menuruti perkataan Dimas.

"Pegangan! Lo mau jatuh?" Tanya Dimas datar. Maudy pun menaruh tangannya di bahu Dimas.

"Lo kira gue tukang ojek, hah?" Dimas memutar bola matanya ke samping.

Dimas pun mengambil tangan Maudy yang berada di bahunya dan memindahkannya kearah depan seperti orang sedang memeluk.

Sontak, reflek Maudy melepaskan tangannya yang berada di genggaman Dimas.

"Gu-gue pegang jaket lo aja, ya, kak!" Maudy pun langsung menggenggam ujung jaket milik Dimas.

Setelah itu, Dimas menyalakan mesin motornya dan melaju membelah kota Bandung yang sangat padat ini.

Dibalik helm full face nya, Dimas tersenyum misterius.

Kita tidak ada yang tau maksud senyuman Dimas tersebut.

Sementara, di lain tempat ada orang yang memperhatikan mereka berdua.

Orang itu mengepalkan tangannya kesal.

"Kenapa gue gak langsung ke tempat Maudy tadi, sih? Kenapa harus si Ket-Os itu sih?" Orang itu pun melayangkan tinjunya ke udara.

Laki-laki itupun menyalakan mesin motornya dan melajukannya pada kecepatan diatas rata-rata.

Kalian tahu siapa laki-laki itu? Dia adalah orang yang duduk sebangku dengan Maudy.

👣👣👣

Tbc.

Maaf partnya pendek bgtt,, soalnya ak lagi UKK.. Gk blh sering" pegang HP soalnya.. Ini aja ak paksain update,, hehehe😂😂

Ak jga mau ksh tau klo seandainya update nya lama berarti ak lg bnyk tgs..

Moga kalian ttp stay sm cerita ini yaa.. Maaf klo ad typo.. 😊😊😊

Riss~

Me And My BrokenheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang