Nineteen: Ambigu

91 6 0
                                    

Helloooooo,,, ayeemmm kambekk egeynnn*alaynajis_- Maaf yaaa,, selama tiga minggu lebih author hiatus:( soalnya sibuk lthn buat lomba... Maaf bangettt:)(

Semoga msh bnyk yg nungguin crita ini lnjtt:)) thx.

****

Hari ini, semua murid kelas 10&11 SMA Samudera sedang berkumpul di ruangan aula. Mereka semua sedang membicarakan tentang perkemahan besok.

Yap, besok semua murid kelas 10&11 mengikuti acara perkemahan yang memang setiap tahunnya selalu diadakan.

"Bawaannya banyak, nih." Celetuk Vani agak keras membuat siswa yang berada disekitarnya menengok kearahnya dengan raut wajah bingung.

"Itu mah lo nya aja yang dibawa ribet." Karnel memutar bola matanya malas menanggapi perkataan Vani tadi.

"Suka=suka gue, lah." 

"Iyain biar bahagia." Akhirnya, perdebatan mereka berdua diakhiri oleh Karnel.

Mereka kembali mendengarkan penjelasan dari sang guru yang akan bertanggung jawab di acara perkemahan nanti.

"Kalian, emang kemah gimana rasanya, sih?" Maudy tiba-tiba bertanya seperti itu dengan nada sangat penasaran. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Maudy barusan, mereka sibuk dengan dunianya masing-masing.

Maudy menghela napasnya. Karena ia adalah tipe orang yang cuke, jadi ia mengabaikannya.

"Oke anak-anak, jadi nanti kalian akan dibagi kelompok. Kelas IPA&IPS disatukan." Ucap sang guru lewat pengeras suara.

Murid-murid yang berada di aula tersebut pun berteriak kegirangan. Apalagi siswi kelas IPS. Pasalnya, para cogan banyak yang berada di kelas IPA. Jadi mereka senang jika disatukan seperti ini.

"Anjir... disatuin. Gue bareng sama siapa, ya?" Pekik Vani dengan semangat 45.

"Intinya, gue gak mau bareng sama lo." Sahut Vadi membuat Vani mengerutkan keningnya.

"KIta kan twins, masa pisah, sih?"

"Gue sama sekali gak nganggep lo twins gue." Vadi memalingkan wajahnya ke depan untuk memerhatikan pengumuman lagi.

"Kakak jahat sama adek..." Vani mengatakan dengan suara yang diimut-imutkan agar terlihat seperti anak kecil membuat orang yang berada disitu rasanya ingin memuntahkan kembali isi perutnya.

Vadi menoleh kearah Vani dan menatapnya seperti orang bodoh. "Bukannya lo yang lahir duluan? Kok jadi gue yang dipanggil kakak, ya?"

"Eh! Emang iya, ya?" Vani menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gak tau, gue lupa." Ujar Vani seperti orang bodoh.

"Iya sama gue juga." Balas Vadi yang tak kalah bodohnya.

Mereka yang berada disitu hanya menggelengkan kepalanya.

"Woi!" Tiba-tiba, muncullah 3 cowok ke dalam rombongan mereka.

"Apaan dah?" Ujar Karnel sambil memutar bola matanya malas.

"Gabung ya? Gak ada tempat lagi soalnya." Pinta Nevhan dengan cengiran khasnya.

"Sok." Mereka bertiga pun ikut duduk bareng. 

"Oke, pengumuman sudah selesai. Kalian boleh kembali ke kelas!"

"Ah, anjir... Baru juga duduk udah diusir aja!" Seru Nevhan tak terima.

"Terima aja, Bro! Mungkin sudah takdir." Ujar Angga sok bijak.

Mereka semua pun berdiri dan berjalan menuju pintu keluar yang masih dipenuhi oleh banyak orang yang ingin keluar. Mereka berdesak-desakkan dan hampir membuat Maudy terjatuh. Untung ada yang menahannya.

Me And My BrokenheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang