Six: Bingung?

154 11 0
                                    

Tuut tuut!

Alarm dari HP milik Maudy berbunyi nyaring. Hal itu membuat Maudy mengerang kecil.

"Duh, jam berapa sih ini?" Maudy mengucek kedua matanya dengan setengah kesadaran.

Jam menunjukkan pukul 6 pagi.

"Oh, jam 6. WHATT?!!! JAM 6??!! Anjir, gue bisa telat ini." Maudy pun langsung beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan cepat menuju kamar mandi.

10 menit kemudian Maudy keluar dari kamar mandi dan langsung memakai baju seragam sekolahnya.

"Dekk, itu ada temen kamu dibawah." Teriak mama Maudy dari lantai bawah membuat Maudy mengernyit bingung.

"Hah? Temen? Temen gue mah gak ada yang tau rumah gue. Tapi," Ucapan Maudy terpotong oleh teriakkan mamanya dari bawah.

"DEK, BURUAN!!! UDAH MAU JAM SETENGAH TUJUH."

"Iya Ma, bentar. Lagi pake dasi." Maudy buru-buru memakai dasinya dan langsung berjalan menuju tangga untuk turun ke lantai bawah.

"Siapa sih Ma, temen adek yang da—" Maudy membulatkan matanya saat melihat Ray dihadapannya sedang duduk di sofa ruang tengah.

"Lo ngapain disini?" Tanya Maudy.

"Udah selesai? Ayo berangkat keburu telat." Ray mengabaikan pertanyaan Maudy sebelumnya. Ia beranjak dari sofa.

"Gue belom sarapan, woyy!!!" Teriak Maudy kesal.

"Sarapan di sekolah kan, bisa?" Ray mengangkat sebelah alisnya.

"Lagian lo ngapain jemput gue, sih? Gue bisa berang—" Tiba-tiba, Maudy merasakan ada sebuah tangan yang mencekal pergelangan tangannya.

Dan tangan itu adalah tangan Ray.

"Cerewet amat! Ayo buruan! Mana nyokap lo?" Maudy hanya mencibir membalas perkataan Ray tersebut.

"MAAA!! MAMAAA!!!" Teriak Maudy dengan suara toa-nya.

"Aduuuhh, ada apa sih dek?" Mama Maudy datang dari dapur dengan tergesa-gesa.

"Tante, saya izin berangkat bareng sama Maudy. Boleh?" Ujar Ray.

"Boleh kok, boleh. Tapi, apa kalian tidak sarapan dulu?" Mama Maudy bertanya kepada Ray. "Tadi, Bibi bikin nasi goreng banyak banget. Sarapan dulu aja!"

"Emm, maaf Tante. Udah jam segini soalnya." Ray memohon maaf kepada Mama Maudy karena ia tidak bisa ikut sarapan bersama.

"Oh, yaudahlah. Hati-hati ya, Nak, bawa mobilnya!" Perintah Mama Maudy.

"Siap, Tante!" Ray mengatakan itu seraya memberi hormat kepada Mama Maudy.

"Papa mana? Adek mau salim." Maudy celingukan mencari keberadaan papanya.

"Papa masih di kamar."

"Yaudeh deh. Ntar bilang papa, Maudy udah berangkat bareng temen ya, Ma!" Mama Maudy hanya mengangguk sebagai jawaban 'iya'.

"Kami duluan, Assalamualaikum." Pamit Ray kepada Mama Maudy seraya mencium tangannya.

Maudy pun melakukan hal yang sama.

Mereka berdua pun menuju mobil Ray yang terpakir di depan rumahnya.

"Lo bawa mobil?" Tanya Maudy.

"Seperti yang lo liat?" Perkataan tersebut tidak seperti pernyataan, melainkan pertanyaan.

Maudy hanya mendengus kesal. Ia pun langsung masuk menuju kursi penumpang di sebelah Ray.

Me And My BrokenheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang