Two: Hari Kedua

261 17 1
                                    

Hari ini adalah hari kedua MPLS. Sekarang adalah hari ini dimana akan diadakan demo ekskul di tengah lapangan. Ekskul-ekskul yang demo ialah, Karate, Angklung, Paskibra, dan Teater.

Maudy melihat demo itu bersama teman barunya, Karnel.

"Nel, lo mau ikutan ekskul apa? Kalo gue sih, udah pasti karate lah." Maudy memang sangat menyukai dengan berbagai jenis bela diri termasuk Karate. Apalagi sekarang dia sudah mencapai sabuk merah saat SMP.

"Gue ikut Angklung kayanya. Soalnya gue suka sama alat musik tradisional kaya gitu." Karnel menjawab pertanyaan dari Maudy.

Saat demo ekskul telah selesai, murid-murid baru dipersilakan untuk memasuki ruangan yang telah disediakan selama masa MPLS karena akan ada perwakilan dari masing-masing ekskul yang tadi demo.

Setelah selesai, bel istirahat pun berbunyi. Anak-anak pun berjalan keluar menuju kantin sekolah.

"Dy, ayo ke kantin! Gue laper banget." Karnel mengajak Maudy untuk pergi ke kantin.

"Ayolah, gue juga laper!" Maudy pun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas.

👣👣👣

Saat sudah sampai di kantin, suasananya begitu ramai. Meja yang berada di kantin ini sudah penuh. Hanya satu meja yang masih kosong.

Maudy dan Karnel pun berjalan menuju ke meja itu, namun ada seorang laki-laki yang sudah mengambil alih meja itu. Dan orang itu adalah Ray bersama teman barunya?

Maudy tidak mengenal kedua laki-laki yang berada di belakang Ray.

"Sorry, tapi meja ini kita duluan yang dapet. Jadi, silakan lo cari meja yang lain!" Maudy berkata dengan lembut sambil tersenyum kearah mereka bertiga.

"Meja ini, lo yang dapet tapi duluan kita yang nyampe sini. Gimana dong?" Ray memasang wajah yang sangat menjijikan.

"Udahlah Ray, ngalah aja sama cewek!" Cowok berambut ikal di belakang Ray itu bersuara.

"Tuh, temen lo aja udah bilang kaya gitu. Jadi, ngalah ya?" Maudy pun langsung duduk di kursi yang berada di meja itu.

Ray pun dengan cepat mengambil kursi di sebelahnya Maudy. "Gue mau disini! Gak ada yang bisa ngelanggar kemauan gue!"

"Udah-udah gausah berantem. Biar adil, gimana kalo kita berlima satu meja aja? Adil kan?" Teman Ray yang berambut pirang ikut bersuara.

"Nah, iya! Jadi kan semuanya kebagian." Karnelia setuju akan ide dari teman Ray itu.

"Yaudah, fine!" Ucap Maudy dan Ray berbarengan.

"Ciee, barengan ngomongnya. Jodoh da, ini mah!" Cowok berambut ikal itu mengejek Ray dan Maudy.

"Diem lo!" Ray kesal dengan sikap temannya ini. Padahal, mereka baru saja kenal tapi sudah berani seperti ini.

"Yaudah, gue mau mesen makanan dulu. Kalian mau mesen apa? Biar gue yang beliin."

"Unchh, ditraktir ini mah. Hahaha!" Ujar cowok yang berambut ikal lagi.

"Enggak, gue cuman beliin doang. Tapi, kalian yang bayar." Karnel terkekeh karena melihat perubahan raut wajah cowok itu.

"Makanya, gak usah ge-er!" Cowok yang berambut pirang itu menoyor kepalanya.

"Iya-iya." Cowok itu menunduk lesu.

"Buruan, kalian mau mesen apa? Kasian temen gue nih, daritadi nungguin." Maudy pun kesal dengan perilaku temannya Ray.

"Gue, Nevhan, sama Angga pesen mie ayam sama jus jeruk aja." Ujar Ray sambil tersenyum kearah Karnel, membuat Karnel bersemu merah.

Me And My BrokenheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang