Sixteen: Dia Kembali

111 5 4
                                    

Seketika, ruangan yang tadi ramai berubah menjadi hening. Mereka semua terdiam tanpa ada yang mau bersuara. Ada yang diam karena penasaran, ada yang diam karena kebingungan, ada yang diam karena kaget, dan ada yang diam karena ketakutan.

"Kok pada diem, sih?" Pekik Maudy tiba-tiba, membuat mereka semua kembali tersadar.

"Hah?! Ah, eng-enggak i-itu..." Ray mencoba mencari alasan agar ia bisa pergi dari ruangan ini sekarang juga. "Ah iya, gue lupa! Gue ada janji sama Nyokap. Gue pulang, ya!"

Ray pun melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju pintu keluar rumah tersebut. Sebelum ia benar-benar keluar, ia sempat menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat dia lebih jelas lagi.

Ternyata, dia masih sama kayak dulu. Gak banyak yang berubah dari dia.

Ray pun kembali menghadapkan kepalanya ke depan dan keluar dari rumah tersebut menuju motornya.

****

"Kalian kok aneh banget, sih, tadi?" Tanya Maudy penasaran. 

Maudy bingung, mengapa saat ia mengenalkan Ray kepada kakaknya dan juga pacarnya, mereka berdua--ralat, mereka bertiga karena Ray juga sama--sangat kaget saat mereka bertemu kembali di rumah milik Maudy.

"Emang tadi kita kenapa, Dy?" Tanya Anta balik seperti orang yang pura-pura bego. Matthia sedari tadi hanya diam tanpa bersuara. Ia menatap lurus kearah depan dengan pandangankosong.

Anta pun langsung menolehkan wajahnya kearah Matthia. Ia menepuk pelan bahu Matthia hingga sang empunya pun tersadar.

"Ha-hah?! Apa,Ta?" Tanya Matthia terbata-bata sambil mengerjapkan matanya berkali-kali.

Anta pun menolehkan kembali kepalanya kearah adiknya. "Dy, bisa tinggalin kita berdua gak?"

"Lo ngusir gue? Oke, sip!" Maudy pun melangkahkan kakinya pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua seraya membawa dua kantung plastik yang berisi novel-novel yang baru dibelikan oleh Ray.

Saat Maudy menginjakkan kakinya di anak tangga pertama, ia membalikkan tubuhnya kearah Anta dan Matthia. "Lo jangan apa-apain Kak Tia, loh, Ta!" Perintah Maudy kepada Anta.

Anta memutar bola matanya malas. "Lo kalo mikir jangan aneh-aneh. deh! Lagian, daritadi gue udah berduaan sama Tia dan gak terjadi apa-apa, kok." 

"Iyalah, iya, terserah lo!" Maudy pun melanjutkan langkahnya untuk menaiki anak tangga yang membawanya menuju ke lantai dua, tempat kamarnya berada.

Setelah dipastikan Maudy memasuki kamarnya, Anta pun langsung berbicara serius kepada Matthia.

"Ya, itu tadi~" Sebelum Anta melanjutkan perkataannya, Matthia sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Iya, dia orang yang selama ini aku ceritain ke kamu." Final Matthia yang membuat Anta langsung terkaget-kaget dibuatnya.

"Tapi, dia gak keliatan seperti yang selalu kamu ceritain ke aku, Ya. Dia gak terlihat seperti..." Ada jeda sebentar sebelum Anta melanjutkan perkataannya. Ia menarik nafasnya dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan. "Seperti pembunuh."

"Muka dia emang innocent. Tapi, dibalik mukanya itu, banyak rahasia yang dia sembunyiin. Dan aku yakin, adik kamu pasti belum tau soal masalah ini." Jelas Matthia panjang lebar.

Anta hanya diam mendengarkan penjelasan dari Matthia.

Karena tak mendapat respon apapun dari Anta, ia pun melanjutkan ceritanya.

"Aku liat sendiri, Ta. Dia.Lagi.Mutilasi.Roy.Di.Depan.Aku." Matthia sudah tidak bisa lagi membendung air matanya semakin lama dan akhirnya, kristal bening itu meluncur dengan sempurna di wajah Matthia.

Me And My BrokenheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang