Orang-orang meninggalkan kota.
Meninggalkan peluh, keringat dan air mata.Orang-orang sibuk berteman dengan bayang. Menepati kepastian langkah.
Membawa berton-ton lusuh.
Melewati jejalan, jenaka lama, tawa sesama pekerja. Dan, menyeret langkahnya beriring bersama.Orang-orang sibuk membeli tiket. Menukarkannya. Menyerempet yang lain. Memandang aneh. Menyoalkan kapan waktu-waktu ini akan berakhir.
Ya, orang-orang seakan ditelan.
Bersama riak nafas. Malas dan lupa bagaimana untuk membahagiakan dirinya.Pariaman, 26 Agustus 2017
YOU ARE READING
Hujan Belum Usai di Matamu
PoetrySebuah puisi tentang hujan, duka dan luka *** Aku ingin bicara dengamu. Sebentar ataupun lama. Perihal hujan yang mengguyur matamu. Dan sekarang, apakah hujan telah henti di matamu? Jangan hanya diam dan membeku Sebab aku butuh mentari di balik c...