Kita memang sepasang merpati yang merayu bumi. Kau putih dan aku hitam. Bukan karena ku tak senada denganmu, tapi, Tuhan punya cerita dalam hidup ini.
Setiap pagi, kita memang mencari arti. Mencari kebimbangan tentang ketidaksenadaan itu. Aku tetaplah menjadi merpati hitam. Bukan karena sifatku yang hitam, tapi bulukulah yang berwarna itu.
"Bila kasih akan bertemu, bila rindu senada dengan bunyi hujan, ingin kutitikkan seutas kapas untuk membersihkannya, dengan hujan yang mengguyur sepi."
Tapi, ketika kita mengenal sejarah dalam bercinta. Kita tak akan mampu saling dekat.
Bila saja resah itu ada, dan ketika ketidaksenadaan itu meradang kita. Aku ingin beranjak dan bersajak bahwa hati diciptakan untuk merangkul bukan menyalahkan.
Arif Rahman Hakim
Kapalo Koto, 10 April 2017
YOU ARE READING
Hujan Belum Usai di Matamu
PoetrySebuah puisi tentang hujan, duka dan luka *** Aku ingin bicara dengamu. Sebentar ataupun lama. Perihal hujan yang mengguyur matamu. Dan sekarang, apakah hujan telah henti di matamu? Jangan hanya diam dan membeku Sebab aku butuh mentari di balik c...