Teruntuk Adik Yesiyunengsih di Padang
•••
Aku hanya menikmati apa-apa yang kamu sukai. Selebihnya, kujadikan arsip di atas kepala.
Menjadi tumpukan gunung dengan kawah rasa paling sering kujemu dalam diam.Kamu mencintai pagi, dan aku pun juga. Melebihi nyanyian burung, dan dersik dedaunan dirayu angin.
Kamu menyukai ombak, aku pun pula.
Tapi, tidak untuk dilamun bersamanya. Melainkan pada waktu di mana kapal kan melabuhkan sandarannya.Apalagi ntuk menikahi gundah di dalam jiwa. Kujadikan napas pembatas resah, dan kujadikan malam pembatas rindu.
Dan, siang menjadi pucuk suratan ranum.
Pariaman, 19 Agustus 2017
YOU ARE READING
Hujan Belum Usai di Matamu
PoetrySebuah puisi tentang hujan, duka dan luka *** Aku ingin bicara dengamu. Sebentar ataupun lama. Perihal hujan yang mengguyur matamu. Dan sekarang, apakah hujan telah henti di matamu? Jangan hanya diam dan membeku Sebab aku butuh mentari di balik c...