Kita ibarat sungai yang membelah.
Terpisah dengan jarak yang begitu lebar, tapi memanjang. Seakan hidup tak pernah berani menyahuti kita.
Kau di sebelah utara dan aku di selatan.
Saling memunggungkan kegelisahan.Hanya ada, satu bahkan seratus jembatan yang membantu kita. Tapi, tak pernah kita temukan.
Apakah jembatan itu ibarat hatimu hari ini, atau ibarat perasaanku waktu itu.Kita ibarat sungai. Yang membelah dan membanjiri tangis setiap bulannya.
Sepertinya, kita memang diciptakan ibarat sungai. Deras dan terkadang berair dangkal. Berbatu dan terkadang berlumpur.
Kita ibarat sungai. Yang memunggungkan kegelisahan di antara rasa dan penderitaan.
Arif Rahman Hakim
Pariaman, 14 April 2017
YOU ARE READING
Hujan Belum Usai di Matamu
PoetrySebuah puisi tentang hujan, duka dan luka *** Aku ingin bicara dengamu. Sebentar ataupun lama. Perihal hujan yang mengguyur matamu. Dan sekarang, apakah hujan telah henti di matamu? Jangan hanya diam dan membeku Sebab aku butuh mentari di balik c...