Kita ibarat nada-nada yang berdendang, berdenting, bertiup, bernada-nada rindu.
Setiap petik dan setiap hiruk pikuknya, ketika mencipta dalam tenang.
Padahal, kita seakan tertusuk pada waktu.Sekian dalam nada, sekian pula dengan gemerutuk nada--yang tak sumbang.
Kita ibarat nada yang sepi.
Meriangkan hati dengan cara membungkus hari.Arif Rahman Hakim
LM, 11 April 2017
YOU ARE READING
Hujan Belum Usai di Matamu
PoetrySebuah puisi tentang hujan, duka dan luka *** Aku ingin bicara dengamu. Sebentar ataupun lama. Perihal hujan yang mengguyur matamu. Dan sekarang, apakah hujan telah henti di matamu? Jangan hanya diam dan membeku Sebab aku butuh mentari di balik c...