Prolog

61.5K 1.6K 40
                                    

“Jangan tanya dari mana turunan watak dalam diriku,
Karena sejatinya setiap orang memiliki karakter yang berbeda.”
-Muh. Naufal Afkar As’ad-

“Satu, dua, ti … ga …!”
Tepat pada hitungan ketiga, seorang guru geografi berbadan gemuk baru saja keluar dari kelas XI IPS 5 harus terjatuh dengan celana yang sobek
di bagian bokong, karena harus menahan keseimbangan tubuhnya agar tidak tersungkur ke lantai. Baju yang ia kenakan harus penuh dengan oli yang sengaja ditumpahkan di depan pintu kelas XI IPS 5.

“Hahahahaa!”Gelak tawa terdengar dari arah kelas sebelah. Guru
geografi yang biasa disapa Pak Toy seketika berbalik melihat siapa di balik semua ini, pandangannya kini tertuju pada tiga siswa yang sedang tertawa di depan kelas XI IPS 1.

“Naufal …?” teriak Pak Toy memanggil nama salah seorang dari
ketiga siswa tersebut. Tanpa ada aba-aba sedikit pun, ketiga siswa itu berlari tanpa menghiraukan panggilan Pak Toy.

Muh. Naufal Afkar As’ad, siswa kelas XI IPS 1 yang terkenal dengan
sebutan si pembuat onar. Tapi di balik tingkahnya yang biasa kita kenal dengan sebutan bad boy, Naufal lebih terkenal dengan notebenenya
sebagai The Most Wanted Boy dari kelas unggulan XI IPS 1. Tinggi, tegap, cool, tapi rada-rada dingin pada orang yang tidak dikenalnya. Naufal, siswa tertampan dari SMA BIMA SAKTI.

Memiliki kedua orang tua yang genius dan ahli di bidang masing-
masing membuatnya harus selalu terbebani untuk selalu membawa nama baik keluarganya. Muh. Naufal Afkar As’ad adalah anak tunggal dari salah satu pengusaha besar di Indonesia. Muh. Adnan Saputra As’ad beserta Adiba Ufairah Azzahra adalah sosok kedua orang tua yang selalu menjadi kebanggaan dari dalam diri Naufal.

Ketiga siswa pembuat onar tersebut kini sedang berusaha memanjati pagar setinggi empat meter.

“Lo bisa cepet dikit gak sih, Fin …?” ujar salah satu dari mereka
membuat si pemilik nama jadi berdecak kesal.

Alfin Junansyah, sahabat Naufal sejak SMP hingga sekarang. Memiliki postur tubuh yang sedikit lebih pendek dari Naufal. Ketampanannya berbeda dari Naufal, Naufal terlihat cool sedangkan dia lebih tergolong cowok-cowok imut yang sering menjadi incaran para cewek.

“Iya … iya Van … sabar dikit, napa …” kata Alfin sambil melotot ke arah salah satu temannya yang bernama Evan.

Evan Difanto, sahabat Naufal dari SMP hingga sekarang. Memiliki
tinggi tidak jauh berbeda dengan Naufal, memiliki lesung pipit yang menambah ketampanannya. Pembawaan yang tenang membuat dirinya tampak lebih karismatik. Kedua temannya telah berhasil melewati rintangan tersebut
menyisakan Naufal yang baru berusaha menaiki pagar.

“Muh. Naufal Afkar As’ad?” Langkah Naufal harus terhenti saat seseorang dari arah belakang memanggil namanya. Naufal berbalik melihat siapa si pengacau tersebut.

Pandangannya seakan terkunci saat kedua bola matanya menangkap sosok wanita yang mengenakan seragam sama dengannya. Ada
senyuman kecil di bibir gadis itu.
Naufal masih terpaku di tempatnya. Why do you come back again?
How are you, Fal …? Ada sebuah percakapan lewat tatapan mereka.
Cukup lama. Kedua mata itu menampilkan tatapan sendu bagi kedua pemiliknya.

Naufal menghentikan kontak pandang tersebut secara sepihak. ia
edarkan pandangannya ke arah lain, mencoba menarik napas dalam-dalam.

“Khansa …?”

Dari balik pagar, dua pria kembali memanjat dengan wajah berseri.
Mereka melompat tak jauh dari tempat di mana priw dan wanita itu terpaku di tempat masing-masing.
Khansa Kayyisah Azka, anak baru kelas XI IPA 1. Seorang siswi yang
berparas cantik nan anggun. Rambutnya tertutup oleh jilbab yang terulur menutupi dada. Senyum manis selalu terukir di bibirnya membuat siapa pun akan terpanah dengan keramahan serta kecantikan alaminya.

"Khansa..??"Panggilan itu berasal dari Alfin yang kini berdiri di samping kanan Khansa dengan mata berbinar.

"Khansa.. Lo kembali..??"Ucapan Evan menyadarkan Khansa dari lamunannya. Khansa tersenyum menyambut kedua sahabat lamanya.

"Aku kembali. Kembali untuk kalian."Ujar Khansa menatap satu persatu sahabatnya, mulai dari Alfin dengan cengiran lebarnya yang masih belum berubah, Evan masih dengan senyum tipisnya yang kini menambah karismanya. Dan Naufal, masih dengan tatapannya yang sama. Tidak pernah berubah sejak dulu, Sebelum semuanya berubah.

Alfin menatap Khansa dan Naufal secara bergantian. it's a sweet moment, but a Little bit too Awkward.

"Sa, gimana kalau lo ikut kita aja. Mau gak..??"Ada tatapan penuh harap dimata Alfin, Evan ikut mengangguk menyetujui usulan Alfin. Sedangkan Naufal masih belum bergeming dari tempatnya, tatapannya masih tertuju pada Khansa.

"Kita ajak Kiki sekalian. Lo juga pasti kangenkan ama tuh anak..??"Usul Evan dengan suara bass miliknya.

Khansa tersenyum simpul lalu menggeleng menolak ajakan Evan.
"Lain kali aja Van. Kalian duluan aja." Evan mengerti mengapa Khansa menolak ajakan mereka.

Alfin menampilkan raut wajah kecewa atas penolakan Khansa.
"kok lo tega Sa, Lo gak kangen yah ama kita..???"Ujar Alfin dengan ekspresi sedih yang di buat-buat.

"Gue cabut duluan."Naufal berlalu meninggalkan tempat itu tanpa sedikitpun menyapa gadis yang entah sudah berapa lama hilang dari pandangannya.

Khansa menatap punggung Naufal yang semakin menjauh dengan tatapan sendu.

I miss you more than words can say.

Alfin dan Evan hanya bisa saling memandang melihat kedua sahabatnya masih seperti dulu. Tidak ada yang berubah setelah kejadian itu.

*****

Asmara Anak SMAWhere stories live. Discover now