Halaman Keenam

4.9K 711 59
                                    

Brotherhood


By : tychastie


Disclaimer  : fiksi

Rate               : T

Genre            : Drama, Brothership,  AU; school life

Warning       : Harsh words, rating may change may not

.
.

Happy Reading! I'll be glad if you kindly click the vote button and left a comment for me. I appreciate it so much! xoxo

.

Sandaran itu perlu, dan aku tahu bahwa aku butuh itu perlu, namun, apa dayaku jika rasa kecewa masihlah terlampau menakutkan untuk kukecap dua kali.

06

.

Taehyung itu adalah kawan dekat Jimin sejak dari sekolah dasar. Awal pertemuan mereka dimulai dari Jimin yang melihat sebuah mobil pick-up warna merah datang dan menurunkan barang-barang di rumah tetangganya yang sudah dua tahun tak berpenghuni perkara pindah ke luar kota.

Seorang bocah kecil—seumurannyanampak asyik dengan gulungan yoyo walau terlihat tak lihai memainkan. Jangankan untuk masuk kategori lihai, sekadar bisa saja patut diragukan. Perkara terlalu larut akan rasa penasaran ala bocah delapan tahun, tak sadar Jimin tersandung polisi tidur di jalanan kompleknya, membuat suara gedebuk keras dan kemudian disusul dengan suara tangisnya yang menggema.

Perlu dicatat, bahwa Jimin adalah orang yang cengeng sekali, perasa kelas berat.

Bocah kecil pemain yoyo itu nampak mendongak perkara terkejut, kemudian berlari dengan raut kentara khawatir ke arah Jimin hingga tak menyadari bahwa ia menjatuhkan mainan barunya. "Hei-hei, kau tak apa?" Matanya bulat menggemaskan, meski sipit khas orang Asia masih kental pada wajah.

Jimin masih menangis, kalau-kalau kita bicara tentang sakit sih sebenarnya rasanya tak seberapa. Tapi, malunya itu lo, bukan main tanggungannya. Ia justru  menangis semakin keras saat dihampiri bocah pindahan satu itu, membuat si Tokoh utama di hadapan menggaruk pelipisnya bingung.

"Mana yang luka?" Merunduk guna cari luka pada kaki dengan teliti. Tapi, ia tak mendapati luka seram seperti pada bayangan, yang ada justru hanya sekadar lecet-lecet sedikit perkara kotor saja, seharusnya 'kan sakitnya tak seberapa?

"Er ... tidak ada yang berdarah kok ...."

Isakan tangis bukannya berhenti, justru seolah jadi pengganti kata untuk berdialog, tak merespons apapun yang ditanyakan bocah yoyo tadi hingga enam puluh detik, membuat si Penanya bingung dibuatnya. Hingga sebuah suara mengejutkan mereka berdua.

"Taehyung! Anak siapa lagi yang kamu buat menangis?!" Teriakan yang sarat sentakan terdengar dari belakang, membuat si bocah yoyo maupun Jimin terdiam seketika, meski Jimin masih sulit untuk tidak mengeluarkan suara sesunggukan sekali-sekali.

"Kamu ini ya. Tidak di mana-mana, tak pernah berhenti buat onar!" Seorang perempuan dengan rambut hitam yang terurai panjang hingga punggung menghampiri dengan ekspresi yang sukar untuk dideskripsi, membenahi poni panjangnya yang selalu turun menghalangi pandangan beberapa kali.

"Dia menangis bukan salahku Ibu! Aku hanya berniat membantu!" Bocah pindahan itu merengut tak suka, membalas dengan kata-kata pembelaan. Wanita yang tadi datang menghampiri—ibu si bocah pindahan—nampak tak percaya, melirik anaknya kemudian Jimin bergantian.

Brotherhood ✔ [Masih dalam proses perevisian]Where stories live. Discover now