08| Kepulangan Kak Dylan

Start from the beginning
                                    

"Emang situ kece apa sampai ada yang sok godain gitu?" ledekku.

"Lo nggak lihat sekece apa Abang lo ini," balasnya menyombongkan diri.

Aku pura-pura muntah yang malah membuatnya tertawa.

"Oh iya, cewek-cewek di sekolah lo pada cakep-cakep nggak?" tanyanya tersenyum lebar.

"Ew, sumpah lo menjijikan sekali. Nggak usah sok tebar pesona, deh."

"Lo yang ew," balas menirukan ekspresi jijikku.

"Ew," balasku lagi tak mau kalah.

Tak lama kemudian kami sampai di depan gerbang sekolahku. Segera aku membuka sabuk pengaman."Lo nggak usah keluar mobil, Kak," ucapku.

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"Malu gue," kataku cepat seraya menjulurkan lidah ke arahnya. Kemudian aku membuka pintu dan keluar dari mobil ini.

"Kurang ajar, ya!" serunya yang tak kupedulikan.

Aku bergegas bergegas berlari kecil menuju arah gerbang sekolah. Saat ini suasana sudah ramai oleh siswa-siswi yang sedang berangkat ke sekolah. Saking ramainya sampai aku mendengar beberapa cewek sedang bergosip dan menyebut namaku.

"Tau tuh, Moza. Katanya tunangan sama Dennis, tapi tadi berangkatnya sama cowok lain. Kasihan Dennis dong, cakep-cakep dimainin doang. Keterlaluan nggak, sih?"

"Iya. Keterlaluan banget! Kalau nggak mau sama Dennis, kan gue bisa nampung."

"Gue juga mau kali!"

Dengan kesal aku berhenti dan menoleh ke arah kananku, di mana suara tersebut terdengar. Aku memelototi beberapa cewek yang saat ini sudah terdiam karena terpergok. Lalu mereka buru-buru berjalan melewati gerbang tanpa berani menoleh ke arahku.

Dasar pada kurang kerjaan. Apa urusan mereka coba aku mau berangkat bareng sama siapa? Lagian aku sama Dennis kan tidak pernah bertunangan! Dasar tukang gosip menyebalkan.

"Pagi Moza," sapa seseorang dari sampingku.

Aku menghela napas dalam lalu menoleh ke sumber suara. Saat ini sudah kudapati Dennis berdiri di sampingku dengan senyum cerah seperti biasa.

"Nggak usah bikin masalah," ucapku ketus seraya kembali berjalan menuju gerbang.

Dennis terkekeh mendengar ucapanku. "Siapa yang mau bikin masalah, sih?" tanyanya santai sambil ikut berjalan di sebelahku. "Ngomong-ngomong Kak Dylan balik, ya?"

"Iya," jawabku singkat.

"Dapet apa lo dari Kak Dylan?"

"Gue dapet musibah!" jawabku setengah histeris. "Masak ya, tadi pagi gue bangun dengan wajah penuh coretan spidol. Untung bukan spidol permanen. Belum lagi sepatu gue yang tiba-tiba nangkring di atas pohon. Kesel nggak kalau lo jadi gue?" tanyaku yang membuatnya menganggukkan kepala. "Kak Dylan cuma bikin gue sakit kepala."

"Kak Dylan kan emang gitu orangnya, Moz. Rese."

Aku mengangguk setuju.

"Tapi juga baik," tambahnya yang membuatku menoleh ke arahnya dengan kernyitan di dahi.

"Baik?"

"Gue dibawain gantungan kunci kanguru," jawabnya sambil memamerkan senyum lebarnya. "Ferrish sama Kak Eghi juga dapet kayaknya."

Aku menghela napas dalam. "Kayaknya gue doang yang dapet musibah."

Dennis terkekeh seraya menepuk-nepuk bahuku, seolah sedang menguatkanku.

Cinta Satu KompleksWhere stories live. Discover now