28. Dewinya Abra

78.9K 7.1K 491
                                    

Walau keinginan Abra adalah menghilang dari tempat ini secepat mungkin dengan istrinya, namun ia tak benar-benar mewujudkan ide sintingnya itu. Imannya ternyata tidak selemah itu. Buktinya ia sudah bertahan selama dua jam di sini. Menyalami berbagai tamu yang jumlahnya memang tidak terlalu banyak dari daftar seharusnya. Ya, karena lebih dari separuhnya sendiri langsung di coret Eve begitu nama-nama undangan di sodorkan oleh sekretarisnya.

Ngomong-ngomong, sekretaris itu bukan kakak Abra. Tetapi sekretaris satunya, sebab kakak Abra sudah resmi mengajukan cuti.

Lalu, bukankah istri Abra itu tampak keren?

Aww … “istri Abra”, kata itu bagai kunci jawaban dari sebuah Teka Teki Silang dengan hadiah berlibur ke Yunani selama setahun penuh. Dan mengapa harus Yunani? Karena percaya atau tidak, Abra adalah penggemar berat kisah dewa-dewi dalam mitologi Yunani itu.

Abra percaya bahwa di masa lampau, apa saja bisa terjadi. Termasuk dengan sengketa antar para bidadari. Ada tiga dewi yang paling Abra suka, pertama adalah Aphrodhite. Lebih dari rasa sukanya pada Emma Stone dan Emma Watson, Abra kerap memimpikan memiliki kekasih layaknya sosok Aphrodhite  yang menggairahkan. Dewi paling cantik dalam bayangan Abra.

Dan yang kedua adalah Artemis, Abra menyukai sebuah skandal. Karena menurutnya, sebuah skandal akan menjadi angin segar saat hidup monoton sudah tak terlalu menggairahkan. Lalu sosok dewi Artemis muncul dengan segala skandal yang kerap di ciptakannya. Dan Abra menyayangi Artemis yang hidup dalam khayalnya.

Urutan terakhir dari sosok dewi yang Abra gandrungi adalah Athena. Dewi perang yang gagah perkasa. Cantik, namun tangguh. Seksi, tetapi tidak lemah. Dan Abra selalu memimpikan seorang wanita pemberani untuk berada di sisinya. Bukan karena ia pengecut, tetapi karena Abra menginginkan petualangan berdua tanpa rasa takut. Kemudian sosok Athena adalah yang paling pas mengisi khayalannya yang satu itu.

Lalu pertanyaan besarnya, mengapa Abra terus menerus berpikiran tak penting disepanjang kehidupannya?

Well, jawabannya hanyalah satu. Karena dia adalah Abra.

Oke, jelas bukan?

Karena jika Abra menjelma menjadi Adam, yang ada dalam pikiran Abra tentulah segala hal yang berbau kerumitan. Dan Abra benci segala sesuatu yang membuatnya pusing.

Ya, cerita lama … nyaris semua hal tak Abra sukai. Sebab kini, semua yang ia suka hanya berporos pada satu titik saja.

Iya, pada titik itu. Geserkan sedikit pandangannya, maka akan kita jumpai, dewi terbaik di Olympus. Ya, dewi Aluna tentu saja. Aah … Aluna ya? Kan, Abra gemas sekarang.

“Jadi, mau bulan madu ke mana setelah ini?”

Tentu saja, hanya orang tak waras yang berani mempertanyakan hal intim begitu di depan seorang Evelyn yang terkenal dingin. Dan orang sinting yang dimaksud, tentu saja bukan berasal dari daftar tamu yang diundang langsung oleh mempelai wanita. Karena tak akan ada dari klan terhormat yang dengan tak tahu malu menanyakan hal-hal remeh macam itu.

Wira yang bertanya, dan tentu saja dirinya berasal dari klan iblis, sebangsa dengan Abra. “Progres ke depannya Abra udah jelas, Eve. Dia mau produksi anak di tempat yang enak, tapi kalau progresnya kamu gimana?” tanya Wira polos. Tak memperdulikan pelototan Abra yang menyuruhnya diam. “Ya, otaknya Abra sih kita-kita udah hafal betul. Sekarang kamunya ini, Eve. Kalau kamu mau nolak, sekarang masih bisa kok.” Tambahnya kalem.

Evelyn sudah menaikkan sebelah alisnya dengan sudut bibir berkedut geli. Namun Abra buru-buru menyela.

“Jangan dengerin kaleng rombeng macam dia,” ia benar-benar menutup sepasang telinga Eve dengan cara berlebihan. “Suaranya nggak baik untuk kesehatan telinga kamu. Di tutup aja dulu ya telinganya? Suara yang baik untuk kesehatan itu cuma bisikkan-bisikkan rinduku.”

Knock Your HeartWhere stories live. Discover now