4. Good Night, Boy!

92.5K 6.7K 114
                                    


***

Mereka ambruk kelelahan di atas ranjang. Tak satupun berniat tuk bergerak, beberapa menit mereka seakan sepakat tuk mengatur napas. Dan saat dirasa telah cukup, Abra bergerak menarik lengan Eve yang lemah untuk duduk.

Telanjang bulat, saling berhadapan dengan beralaskan ranjang. Suasana seperti ini jelas canggung, namun keduanya pun tak mempermasalahkan hal itu. Yang satu tak sibuk menutupi diri, sementara yang lainnya masih terlena dengan apa yang baru saja ia reguk.

Well, Abra puas. Hal itu terlihat jelas dari matanya yang berbinar di antara sirat lelah yang mengukungnya. Dan Eve? Ah entahlah … tak ada yang bisa ditebak dari raut wajahnya.

“Jadi …?” suara Abra memutus kebekuan. “Boleh sekarang aku tau alasan kenapa kamu mau repot-repot malam ini?” Abra menaik-turunkan alisnya. Sama sekali tak berusaha memperlihatkan sedikitpun rasa simpatiknya. Bahkan dengan gaya sok manis, ia mencoba ber’aku-kamu’ dengan Evelyn. Ah, atau Luna seperti yang ia kenal.

Eve mendengus samar sebelum menjawab, menyunggingkan senyum kecut Eve membalas tatapan pria itu dengan sama jenakanya. “Aku hanya sedang menunggu waktu. Dan kurasa sekarang saat yang tepat.”

“Dengan kencan satu malam ini?” tanya Abra tak yakin. Rupanya ia masih memiliki sedikit otak dengan melihat kejanggalanya.

Lalu Eve hanya mengangguk. Ia merasa cukup kuat untuk bergerak. Jadi, ia menurunkan kaki, kamar mandi adalah tujuan yang ingin ia capai. “Ya, untuk kencan satu malam ini.” Ucap Eve santai. Ia telah berhasil menapakkan kedua kakinya di lantai. “Aku pikir tidak masalah dengan membuat kenangan manis di kencan ini, iya ‘kan?” Eve mengedipkan mata, berusaha lebih meyakinkan. “Lagi pula, Prambanan di buat dalam satu malam ‘kan?”

Abra tertawa, ia membiarkan Eve berlenggok di hadapannya. Telanjang dan menantang. Dan ketika wanita itu mengayunkan kaki untuk berjalan, sepasang daging kenyal yang tadi sempat ia cicipi pun bergoyang. Seakan memanggil Abra tuk kembali meremas pantat menggemaskan itu.

Dan nalurinya sebagai laki-laki terus bergerak naik. Ia menipiskan bibir saat dengan teliti memperhatikan sepasang dada Eve yang menantang itu terlihat di sela lengannya. Abra mengumpat, lidahnya tiba-tiba ingin merasakan lagi puncak yang mengeras di antara dua bukit kembar itu. Menyiksa wanita tersebut dengan kecupan panas di sekujur tubuhnya, Abra menimbang dalam hati, apakah ia tak kurang ajar jika ingin meminta lagi?

Lalu seakan dewi fortuna ada di atas kepalanya. Eve berbalik dengan gerakan yang menurut pandangan Abra adalah binal. Padahal tentu saja tidak seperti itu. Hanya saja, setan kecil di selangkangan Abra sudah bangkit dari keterpurukannya meremukkan liang sempit milik seorang perawan, hingga sang jenderal yang tadi terlihat kelelahan kita tampak tegap. Siap sedia untuk kembali diberi tugas menggempurkan sarang yang sama.

“Setan banget deh otak gue,” omel Abra pada dirinya sendiri. “Cuma gue memang nggak tahan.” Gumamnya berniat bangkit. Jadi, ketika Eve sudah hampir mencapai pintu kamar mandi. Abra segera berlari mengejar wanita itu. “Aku rasa, sekali lagi untuk membuat kenangan, tak masalah ‘kan?” Katanya sambil merengkuh pinggul Eve. Membawa wanita itu ke dalam kamar mandi dengan segera, bahkan Abra tak mau repot-repot mengomentari pekikan Eve.

“Kurasa aku belum bilang setuju,” Eve bereaksi panik.

Dan senyum Abra tercetak miring. “Sayang kalau cuma sekali, Lun. Kamu harus merasakan banyak rasa.” Ia mengedip mesum. “Makanya, ayo mandi bersama.”

Sebelum Eve sempat bereaksi, Abra telah terlebih dahulu menciumnya. Menekan Eve ke dinding dingin di bawah shower, Abra terus menunjukan dominasinya sebagai seorang pejantan.

Mula-mula, gerakan Eve masih sama terbatanya seperti tadi, namun dengan sabar, Abra terus membimbing. Layaknya guru mata pelajaran mesum, Abra mengulang kembali pelajarannya dalam memanjakan tubuh Eve yang menggeliat resah dalam dekapannya. Mengunci tubuh sintal tersebut dengan lengannya, ketika cermin kamar mandi mulai beruap dan mereka berdua masih sibuk saling melumat.

Knock Your HeartDonde viven las historias. Descúbrelo ahora