Putus

3.5K 47 0
                                    

"Tumben malem-malem ngajak ketemuan?" Tanya Geo yang tengah berdiri dihadapan Ana. Ana tak menjawab, malah sibuk memandang ke arah lain.

"Sayang? Kenapa?" Mata Ana beralih ke arah Geo yang tengah memanggilnya.

"Ada masalah? Cerita sama aku. Siapa tau aku bisa bantu." Kata Geo memegang tangan Ana, Ana menepisnya pelan, lamat-lamat ia memandangi Geo.

"Gimana kalo kita udahan? Aku capek." Tubuh Geo kaku mendengar ucapan Ana, ia berhenti bernapas, matanya tak berkedip.

"Ke-kenapa, Na? Apa aku ada salah sama kamu?" Ia mencoba memegang tangan Ana—namun Ana menepisnya kembali.

"Aku mau istirahat dulu." Ana berusaha menutup pintu namun Geo menahannya. "Na, kenapa kamu tiba-tiba minta putus?" Tanya Geo. Ana mencoba menutup pintu dengan sekuat tenaga namun tak berhasil karena Geo lebih kuat darinya.

"Lepas gak tangan lo?" Ana menahan emosi, Geo tak menjawab malah semakin menarik pintu itu agar Ana tak jadi menutupnya.

Tiba-tiba Ricko datang dan mencengkram tangan Geo. Geo menepis tangan Ricko dan membuat tangannya tergores pintu.

"Bangsat lo!" Ucap Geo menarik kerah baju Ricko.

"Lo yang bangsat! Masih belum puas juga lo nyakitin Ana?"

"Maksud lo?" Tanya Geo bingung. "Dasar cowok brengsek lo, gak tau diri!" Ucap Ricko tak kalah emosi. Ana berusaha melerai perkelahian antarlelaki, namun mereka tetap keukuh untukk saling beradu jotos.

"Stop, Rick." Suara Ana memelan, Ricko tal menjawab, malah semakin gencar menarik kerah Geo. Tak ingin kalah, Geo memukul pipi sebelah kiri Ricko. Ricko juga membalas dengan cara memukul perut Geo.

Ana melerai namun tak kunjung digubris. Dengan refleks Ana memeluk Ricko dari samping—menenangkan emosi cowok itu. Kalian tau apa yang Ricko lakukan? Ia terdiam layaknya patung, dan Geo pun sama—sama mematung menyaksikan itu semua.

"Na..." panggil Geo, Ana tak menjawab malah semakin mempererat pelukannya. Ricko membalas pelukan Ana, cowok itu menatap Geo dengan tatapan sinis seolah-olah berkata; jangan ganggu Ana, dia milik gue.

Geo mencoba melepas pelukan Ana, namun Ana tak mau melepaskannya. Geo benci ditiadakan oleh Ana, ia benci Ana memeluk orang lain.

"Na, nanti aku telpon kamu, ya?" Geo pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua. Wajah murung tetap ditampilkan Geo hingga ia masuk ke mobil dan melaju meninggalkan pekarangan rumah Ana.

"Kwaenchanayo?" Tanya Ricko, Ana mengangguk, "sorry, gue kelepasan."

Ricko membawa Ana duduk di bangku samping rumahnya, Ana sesekali sesegukan—tak ikhlas bila putus dengan Geo. Mereka berdua duduk bersebelahan. Ingin rasanya Ricko memeluk Ana namun ia urungkan.

"Everythings gonna be okay." Ujar Ricko menatap lurus ke depan, Ana memandangi Ricko dari samping. Kalau dipikir-pikir, Ricko terlalu baik untuknya, terlalu ganteng, terlalu putih, dan terlalu sipit. Jelas Ricko lebih perfect ketimbang Geo. Tapi kenapa, ya, ia tidak bisa mencintai Ricko barang sedikit?

Lihatlah, setelah Ana menolaknya, cowok yang ada disampingnya ini tak membenci Ana, malah semakin baik seperti sekarang.

"Ternyata gini rasanya putus." Ucap Ana dengan pasrah. Ricko urung menjawab, ia hanya tertarik menghirup udara malam.

"Lo gak benci gue?" Tanya Ana, Ricko menghadap ke samping—menatap Ana yang juga tengah menatapnya.

Ia menggeleng, "Gue masih rela kalo lo pacaran sama cowok lain. Asal... lo jangan ninggalin gue."

RETISALYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang