Pelukan

4.7K 129 1
                                    

Pulang dengan dicurangi? Bahagia atau tersakiti?

***

Selasa ini, Ana dan Verra sebagai perwakilan sekolah akan berangkat ke SMA 3 Jakarta. Mereka berdua menaiki mobil pak kepala sekolah serta didampingi bu Mala dan pak kepala sekolah.

Meski malas, Ana harus berada didalam mobil yang sama dengan Verra, garis pembatas diantara mereka sangat jelas.

SMA 3 tidak terlalu besar dari SMA Bina Bangsa, tapi SMA 3 bagus, banyak tanaman disini membuat siapa yang baru pertama kali kesini merasa sejuk dan wow. Mereka semua keluar dari mobil dan menghirup udara dalam-dalam. Entah kenapa, rasa deg-degan itu timbul saat sudah berada di zona darurat.

"Lombanya dimulai 20 menit lagi, untuk itu ibu mau kalian persiapkan diri ya biar nanti ngejawabnya mudah." kata buk Mala. Ana dan Verra mengangguk paham, Mereka berdua berpencar, Ana duduk di taman sekolah sedangkan Verra duduk di parkiran.

Baru menginjakkan kaki saja, para peserta dari berbagai sekolah sudah datang, riuh sekali rasanya. Mereka memakai almamater sesuai dengan sekolah mereka. Pemandangan yang jarang sekali Ana dapatkan. Ana merapikan almamaternya yang berwarna hijau itu, seakan bangga memakainya diantara kerumunan orang-orang.

Ponsel Ana berdering dari dalam sakunya, ia lalu mengambil ponselnya dan melihat nama Revan tertera di layar ponselnya. Ia memencet tombol hijau itu.

"Hallo, bang?"

"Dek, fighting ya! Semoga lo menang, kalo menang lo traktir gue ya?"

"Haha, iya bang, doain ya. Kalo menang gue traktir!"

"Yaudah belajar sana, dosen abang udah masuk, nanti kalo sempet abang bakal datang ngelihat kamu. Bye!!!"

Revan selalu menyemangati Ana, Ana tersenyum tipis bersyukur karena Tuhan sudah memberikan Ana abang yang baik seperti Revan. Ponsel Ana berdering lagi, kali ini sahabatnya mengajaknya video call. Ana memencet tombol hijau ke atas.

"Woi, Ana, fighting ya beb!!" ucap Chika antusias.

"Iya, Na. Kalo lo menang jangan lupa traktir!" ucap Friska.

"Gue yakin banget kalo Ana menang lagi, takis nah tuh orang." sambung Erika.

"Iya-iya, makasih woi. Udah dulu ya. Gue mau belajar lagi, makasih doanya!" komentar Ana, Ana tersenyum kepada mereka sebelum akhirnya memencet tombol merah.

Semangat Ana kian membara, namun seketika hatinya menciut, ada perasaan bersalah ketika sadar bahwa Geo menjauhinya. Ana yakin ia tidak jahat dengan Geo. Ana tau betul.

Memang kali ini Ana harus menjauh, Ana tidak ingin jatuh terlalu dalam, ia sudah trauma dengan seseorang yang kelakuannya mirip dengan Geo. Dan Ana tidak ingin terjebak lagi. Untuk kali ini saja.

"Diharapkan kepada seluruh peserta harap berkumpul di aula sekarang. Sekali lagi, diharapkan kepada seluruh peserta harap berkumpul di aula sekarang."

"Aduh, udah mulai aja nih." Ana panik, ia bergegas ke aula, banyak peserta dari arah lain berlari kecil menuju aula. Setiba di dalam, Ana mencari-cari Verra, temannya. Verra melambaikan tangan saat melihat Ana celingak-celinguk mencari sesuatu. Ana berjalan tersendat-sendat karena sangat ramai. Entah bagaimana, dari arah samping, seseorang cowok menabrak Ana.

RETISALYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang