Kebenaran

4.4K 86 4
                                    


Pagi ini, seisi sekolah heboh karena ada siswi yang ketahuan bawa narkoba. Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar terpaksa diliburkan. Namun, siswa-siswi enggan untuk pulang, mereka lebih memilih menunggu di kantin ketimbang mesti pulang cepat.

Ana yang saat itu sedang di perpustakaan tak mengetahui kejadian siswi yang membawa narkoba ke sekolah. Ia lebih memilih berkutat pada buku-buku, menghilangkan sejenak pikiran tentang lomba kemarin, dan juga Geo.

Kegiatan membaca Ana terusik oleh dering ponselnya, Ana tak suka saat ia sedang ingin sendiri namun diganggu oleh orang lain. Deringan ponsel itu terjadi beberapa kali, itu berarti ada sesuatu yang penting untuk disampaikan.

"Ish, apasih, Chik?" kata Ana.

"Na, gawat, Na!! Hot news, Na! Hot news!" ucap Chika dari balik telepon dengan panik.

"Berita apaan emang? Sampe lo panik begini?" tanya Ana heran, dari balik telepon–nafas Chika tersekat. Ada berita buruk terjadi.

"Sabar dulu, gue minum dulu," jedanya sebentar, "Ada yang ketahuan bawa narkoba!"

"Ya terus, emang kenapa? Anak Ips kan? Biasalah cowok-cowok pada nakal." kata Ana santai.

"Bukan itu aja, Na. Sekarang lo dimana? Gue mau ngomong langsung!"

"Lo nganggu ketenangan gue, anj! Gue lagi di perpustakaan. Lo sendiri aja ya, gue malas temen yang lain pada ngintilin."

Sambungan telpon terputus.

Ana berusaha tidak memedulikan apa yang Chika bicarakan, namun, kegiatan membacanya jadi tidak fokus. Entah kenapa, ada yang janggal.

Tidak butuh waktu lama untuk Chika sampai ke perpustakaan. Ia langsung masuk tanpa melepas sepatunya terlebih dahulu. Perkiraan Ana, cewek yang ada didepannya ini berlari sampai ke perpustakaan, terlihat dari rambutnya yang acak-acakan, Chika pun juga ngos-ngosan.

"Woy, ngapa sih lo segitu panik nya?" tanya Ana lagi.  Chika berusaha meredakan kepanikan yang menyerang dirinya. Ini sungguh gawat, gawat sekali.

"Tarik nafas dulu, udah itu buang. Tarik lagi, buang lagi. Keep calm, Chik." perintah Ana, Chika melakukan apa yang Ana perintah. Setelah keadaan stabil, baru ia bisa duduk dengan tenang.

"Nah, sekarang cerita sama gue."

"Ada pemakai di sekolah kita, lo tau siapa?" tanyanya, Ana menggeleng. "Verra, Verra pemakai, Na!

Ana seperti disengat listrik ribuan volt. Tubuhnya menegang, tidak mungkin cewek sepolos Verra bisa makai barang haram seperti itu.

"Lick your lips, Verra gak mungkin makai barang haram kayak gitu, secara kita sama-sama tau, Verra itu gimana.

"Nothing impossible, Na. Gua aja juga gak nyangka. Sekarang, kita kebawah sekarang, Verra lagi di ruang Bk, lagi di interogasi sama Bu Martha!" Chika menarik paksa tangan Ana, mereka berdua keluar dari perpustakaan ini.

"Gak, gak mungkin Verra!"

Dibawah, tepatnya didepan ruang Bk, siswa-siswi masih ramai untuk berkumpul ingin mengetahui kelanjutan Verra yang ternyata pemakai. Setiba didekat kerumunan, Verra digotong keluar dengan guru Bk dan juga orang tua Verra. Orang tua Verra sama-sama nangis, sedangkan Verra diam saja seakan apa yang ia lakukan tidak berdampak buruk baginya maupun orang lain.

Menurut siswa-siswi yang berkumpul tadi, katanya Verra akan dibawa ke rumah sakit untuk direhabilitasi, dan pengedar narkoba yang menjual narkoba ke Verra sudah lama menjadi buronan dan sudah ditangkap oleh pihak berwajib.

RETISALYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang