Chattingan

6.5K 190 1
                                    


Geo memainkan ponselnya tanpa tau harus memainkan apa. Ia ragu sekarang, minggu pagi begini haruskan ia mengawalinya dengan mengechat Ana? Nomor whatsapp Ana sudah ia simpan, Geo berulang kali mengetik dan juga berulang kali menghapusnya. Kali ini ia mengetikkan sesuatu.

Geo Dewa
Pagi, Ana.

***

Ana baru bangun saat menunjukkan pukul sepuluh pagi, bahagia rasanya saat bisa bangun telat.

Tok.. Tok...

"Adek, bangun. Mama nyuruh sarapan!!!" teriak Revan dari luar. "Cepetan turun kebo!"

"Iya iya bawel," balas Ana, Ana segera masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Sesudah itu, ia turun ke bawah menghampiri keluarganya.

"Ayo sini, sayang." suruh papa saat melihat Ana d ianak tangga paling bawah. Ana mengangguk dan berjalan mendekat, ia duduk disebelah papanya itu.

"Gimana sekolah adek?" tanya papa, Revan membalas, "Aman itu mah, pa. Ana kan selalu rajin."

"Pertanyaan itukan buat Ana, Bang!" komentar Ana sambil menyikut pinggang abangnya, Revan. Revan meringis menahan sakit, "Jadi cewek galak amat, Neng." Revan menggeleng pelan merasa miris.

"Sudah, sudah. Kalau kamu, Bang? Gimana kuliahnya?" tanya papa melirik Revan.

"Gak baik, Pa. Revan baru aja diputusin cewek Revan, Revan sekarang potek." Ana membalas perkataan papanya yang bukan ditujukan untuknya.

"Idih sok tau!" komentar Revan tidak terima. Mama yang melihat mereka menggelengkan kepala.

"Sudah, ayo dimakan, nanti dingin lho."

Mereka semua menghentikan candaan tadi dan fokus untuk sarapan. Minggu pagi menjadi sangat membahagiakan menurut Ana.

Selepas makan, Ana membantu mamanya mencuci piring dan juga menyapu. Sesudahnya baru ia bisa mandi dan bersantai di minggu pagi.

Ana menanggalkan pakaiannya d idepan pintu kamar mandi, lalu segera meraih handuk yang tergantung di samping pintu kamar mandi.

Air yang keluar dari shower terasa menyegarkan badan Ana, setelah dirasa sudah puas mandi. Ana mengaitkan handuk ditubuhnya yang mulus nan mungil. Ana keluar dan duduk di atas kasur. Pakaian yang ia kenakan pagi ini sangat simple, hanya hot pants dengan atasan kaos polos warna biru.

Ana membaringkan tubuhnya di atas kasur matanya menghadap ke langit-langit kamarnya yang dicat warna abu-abu muda polos. Sedangkan dindingnya dicat warna abu-abu yang agak gelap dibandingkan langit-langit kamarnya.

Ana meraih ponsel yang ada diatas nakasnya. Lampu hijau yang berkedap-kedip menandakan ada notifikasi masuk.
Ana membuka aplikasi whatsapp, chat teratas didominasi oleh grup-grup miliknya. Ia menscroll perlahan ke bawah, dan mendapati nomor asing, Ana memencet tombol info dan melihat nama yang terteta disana. Geo Dewa. Ana tau Geo Dewa, ya, dia Geo, si raja keburukan.

Geo Dewa
Pagi, Ana.

Tubuh Ana mendadak kaku, ia membenamkan wajahnya dibantal dan berteriak sekeras mungkin. Kenapa Ana bisa se-histeris ini?

Dengan ragu Ana mengetik balasan singkat.

Ana Putri
Ya.

Balasan yang tepat menurut Ana, karena Ana sendiri bingung harus membalas pesan Geo seperti apa. Centang dua, sayangnya Geo menonaktifkan status sedang online. Ana jadi tidak bisa tau kapan terakhir kali ia dilihat.

RETISALYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang