{12}

39 1 0
                                    

Khairul sedang menunggu Selfy selesai memasak. Perutnya dari tadi sudah berbunyi.
"kenapa lama sekali" keluhnya.
"jangan mengeluh. Salah siapa yang menahanku sejak tadi," omel Selfy sambil mengambil piring. "dan kalau sudah laper banget. Kenapa tidak pesan makanan cepat saji saja," kata Selfy sambil meletakkan piring yang berisi makanan yang sudah dia masak.
"aku ingin makan masakan istriku," ucap Khairul sambil mengerucutkan bibirnya.
"alahhh banyak alasannya," kata Selfy yang hendak berlalu pergi.

Khairul menahan tangan Selfy. "apa lagi?" Selfy menoleh.
"suapin," pinta Khairul dengan manja.
"ya ampun. Lihat dirimu sudah sebesar ini masih minta disuapin. Sekarang abang makan yang bener. Jangan banyak tingkah" jelas Selfy panjang lebar sambil menggeleng-geleng kepalanya.
"oh ayolah sayang. Apa salahnya menyenangkan hati suami," rajuk Khairul.
"amboi. Pandai betul anak ini" akhirnya Selfy menyerah.

Selfy menyimpan sendok yang diserahkan oleh Khairul. "kenapa?" tanya Khairul yang bingung melihat Selfy malah menyimpan sendoknya. "kamu tidak ingin menyuapiku?"

Selfy tidak menjawab. Dia hanya tersenyum. "buka mulutmu sayang."
"kenapa harus pakai tangan?" protes Khairul membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Selfy.
"pakai tangan lebih afzhol sayang" jelas Selfy.
"kamu bilang apa tadi?"
"pakai tangan lebih afzhol" ulang Selfy
"bukan kata yang itu..."
Selfy berdecak kesel karena selalu digoda oleh Khairul. "sekarang abang makan sendiri. Ok" setelah menyodorkan piring ke arah Khairul dan mencuci tangannya. Selfy langsung berlalu dari ruang dapur.

Selfy berjalan masuk ke kamarnya. Ada hal penting yang harus dia kerjakan. Dia sudah kehilangan pekerjaannya, tentu dia harus mencari pekerjaan yang baru. Mana bisa tahan dia kalau terus mendekap di rumah tanpa ada tantangan apa-apa.

Selfy duduk di atas kursi, di depannya ada sebuah leptop yang menyala. Dia terus memperhatikan apa yang ada di dalam layar leptopnya. Sekali-kali dia memijit keningnya yang tidak sakit itu.

Saat ini dia sedang menerjemahkan sebuah dokumen yang masih banyak istilah kata yang tidak dia ketahui. Isinya tentang politik semua. Tentu walau pun bahasa asing yang dia pelajari sudah seperti bahasa ibu keduanya. Tetap saja kalau bahas tentang politik. Otaknya dangkal. Dia tidak pernah suka dengan politik. Bagi dia, di mana-mana politik itu kejam dan licik.

Ini sebenarnya bukan tugasnya, ini tugas temannya. Namun, karena temannya sedang ada acara. Jadi menyerahkan tugas ini padanya, tentu saja bayarannya semua untuk Selfy.

Saking sibuk dan fokusnya, Selfy tidak menyadari kalau Khairul sudah berdiri di belakangnya sejak tadi.

Khairul terus memperhatikan apa yang Selfy lakukan. Jika dia boleh jujur, dia tidak pernah tau kalau sahabatnya alias istrinya ini bisa berbahasa Mandarin. Selama ini dia tidak pernah tau menau tentang Selfy. Bukankah orang kepercayaannya sudah menyerahkan biodata lengkap tentang kehidupan istrinya ini?

Khairul terkekeh melihat Selfy yang meremas erat rambutnya. Kenapa wanita ini begitu serius ketika sudah bekerja.

"hei... Perlu bantuan," suara miliknya berhasil membuat Selfy terkejut.
"sejak kapan kamu di sana," Selfy bertanya tanpa menoleh ke arah Khairul.
"bagaimana bisa kamu bekerja di saat aku sendiri mengambil cuti," Khairul untuk duduk di tepi ranjang. Nada protes jelas terdengar dari suaranya.
"jangan salahkan aku kalau kamu hari ini bolos kerja. Kamu sendiri yang buat masalah terhadap dirimu sendiri," Selfy masih asik dengan kesibukannya.
"kamu yang membuatku bolos hari ini" Khairul masih tidak mau mengalah.
"sudahlah, kita lanjutkan debatnya nanti saja. Aku sekarang lagi punyeng. Harus segera menyelesaikan pekerjaanku ini," Selfy mengacak-acak rambutnya sendiri.
"nah... Kalau macam tu. Lebih baik kamu istirahat dulu. Nanti kamu lanjutkan lagi kerjaannya." Khairul sekarang sudah berjalan mendekati Selfy.

Tangan Khairul terulur untuk menutupi layar leptop milik Selfy. Sebelum tangannya berhasil menutupi layak leptop itu, tangan Selfy sudah terlebih dulu menahan tangannya.

"jangan berani menyentuhnya," hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Selfy.
"why"
"Seulanga (kenanga) tidak terbiasa dengan tangan orang asing," Selfy mengelus sayang barang yang dia beri nama Seulanga itu.

Khairul tergelak. Dia tertawa sampai merasakan sakit di perutnya. Dia begitu heran dengan Selfy. Semua barang kesayangan milik perempuan ini. Selalu ada namanya.

Sekarang yang sudah Khairul tau adalah nama mobil jazz milik Selfy dan nama leptop milik perempuan itu juga.

Entah nanti nama apa lagi yang akan dia ketahui. Maybe akan ada lebih banyak.

"done." kata Selfy yang langsung menutup leptopnya setelah terlebih dulu dia matikan.

Selfy melirik ke arah ranjang. Di sana Khairul sudah terbaring pulas. Sejak kapan lelaki ini tidur. Padahal tadi bawel sekali. Selfy tersenyum sambil menggeleng. Mengapa dia ikut memikirkan laki-laki ini.

Semua pekerjaan telah usai dia kerjakan. Mungkin ada baiknya dia pun istirahat sebentar, pikirnya. Selfy pun mengambil tempat di sebelah sisi pembaringan Khairul. Dia menguap. "oh aku benar-benar ngantuk sekali," gumamnya sambil memeluk erat guling miliknya.

*"*"*"*"

Khairul membuka matanya yang terpejam. Menoleh ke samping. Di sana Selfy tertidur sambil membelakanginya. Dia tersenyum senang sambil menyelipkan tangannya ke bawah kepala Selfy, lalu menarik wanitanya supaya dia bisa memeluknya lebih erat.

"emmm" Selfy mengerang dalam lelapnya. Tanpa sengaja dia menepis tangan Khairul yang melingkar di pinggangnya. Dengan mata masih terpejam meraba-raba nakas yang ada di sebelah ranjangnya. Dia mencari telepon genggamnya.

Tangannya sudah berapa kali menggapai-gapai, tapi dia masih belum bisa menggapai nakasnya. Hingga akhirnya dia membuka matanya.

Ini permandangan yang langka baginya. Wajah Khairul menempel di pundaknya dan tangan itu memeluknya begitu erat. Ini membuatnya risih dan gugup sekali.

"eumkheum," dia berusaha membersihkan tenggorokannya yang tidak gatal.

"sudah ashar" Khairul bersuara sambil mengendus-endus hidungnya di tengkuk Selfy.
"aku mau bangun, sholat" Selfy berusaha melepaskan tangan Khairul dari pinggangnya. Lelaki itu bukannya melepaskan tangannya, malah semakin mempereratnya.

"tetaplah seperti ini dulu" ucapnya dengan mata masih terpejam.
Tuk
Selfy menjitak kepala Khairul. Spontan laki-laki itu mengusap kepalanya sambil mengaduh sakit.

"jangan lebay deh. Jitakanku tidak sakit." segera Selfy bangun melangkah masuk ke kamar mandi.
"aku ingin menunaikan sholat jamaah bareng kamu" teriak Khairul dari kamar. Dia menunggu sahutan dari kamar mandi. Tetap tidak ada sahutan, hingga akhirnya pintu kamar mandi terbuka.
"aku akan menunggumu" ucap Selfy mengusap wajahnya.

Khairul hanya membalas dengan senyuman.

*********

Hai hai hai
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya
Tetap semangatttt jiayou ah 💪

KEMBALI TERJALINDär berättelser lever. Upptäck nu