" Ezt benar, harusnya kau pingsan saja, Kiel!" Mark melirik Kiel dingin, dia menyetujui pemikiran Ezt. Kalau Kiel pingsan, maka suasana tak akan semakin memanas.

Namun berbeda halnya dengan Kiel. Dia merasa tersinggung. Dengan emosi menggelora, dia berseru "Tutup bibirmu, Mark. Dia bilang KALIAN itu artinya KAU dan aku! Dasar setan!"

"Aku? Pingsan? Mimpi aja kau!"

Blablablabla.

Bukannya mereda perkelahian, Ezt merasa ucapannya membuat semua makin runyam. Dia menghela napas berat, lagi. Dia tahu banget Kiel memang orang yang emosional. Dan Mark... Jika logika telah meninggalkannya, maka V-Chart yang biasanya tenang itu juga akan berisik seperti sekarang ini.

Hah~ Mark menghela. Bertepatan dengan helaannya, pintu satu-satunya di ruangan itu terayun setelah terdengar suara Ceklek.

Kiel dan Mark menghentikan gerakan saling serangnya ketika pintu terbuka. Sebuah sosok memasuki ruangan, semula sosok itu hanya terlihat sebagai bayangan hitam. Namun dengan semakin langkah membawa sosok itu ke dalam...

Wujudnya membuat seluruh penghuni ruangan itu terperangah, merasa angin segar akhirnya bertiup.

Seorang pemuda yang tak lain adalah Exeon Maztfferta berdiri di sana dengan tubuh penuh darah. 

"...... Panas banget menara ini."

Ujarnya merasakan gerah yang luar biasa. Tanpa dia sadari, suaranya bagaikan udara penghidupan di aula yang bak neraka ini. Seluruh penjuru mata menatap antusias ke arahnya. Dan detik berikutnya, semua yang ada di sana berbondong-bondong mendatanginya sambil berteriak "Tuan muda~~~".

"Ada apa?" Exeon menatap orang-orang yang mengerubunginya. "Oh, kepanasan ya? Mark, katakan, siapa yang mematikan lisrik kita. Tega banget sih. Musim panas gini mematikan listrik menaraku sembarangan. Kontan saja AC-nya mati."

Mendengar hal itu, Mark bertukar pandang dengan Kiel yang ada di sampingnya. Mereka melupakan adu mulut dan ajang saling tonjok yang baru saja terjadi. Mark sempat ragu, namun akhirnya dengan mantap dia berucap, "...Tuan muda Zeus, Tuan muda"

Keheningan tercipta.

Exeon menekuk alisnya, "Kakak?! Astaga. Aku berbuat salah apa lagi sampai-sampai Carten code:Z melakukan ini?"

"Eh?" Beberapa celetukkan takjub terdengar dari anggota code:X, kemudian hening...

"Tunggu. Tan muda tak tahu kesalahan Tuan muda?" Gadis berumur 12 tahun berkacak pinggang sambil goyang kepala heran dengan reaksi tuan mudanya. Dia merasa tak bisa lagi tinggal diam.

"Emangnya aku buat salah apa, Silva?" Exeon membungkuk sedikit, mendekatkan wajahnya ke arah gadis kecil itu. Senyuman hangat dia pancarkan untuk meluluhkan kekesalan yang berkecamuk di hati gadis di hadapannya. "Ah. Maksudnya aku yang jalan-jalan ke lokasi ujian?" Exeon kembali menegakkan punggungnya sambil mengerutkan dahinya kesal karena aksinya dibilang kesalahan. "Aku kan cuma melakukan unjung sana dengan wajah sedatar papan irisan. Yakinlah rasanya wajahku kaku di sana. Emang itu salah ya?" lanjut Exeon dengan ekspresi polosnya yang menyebalkan.

Kemudian terjadi beberapa cekcok mulut antara anggota code:X dengan Carten-nya. Mereka berusaha membuat sadar apa kesalahan Cartennya itu, sebagai 'pelaksana' seharusnya pantang untuk mengunjungi seperti itu. Tapi entah karena Exeon pura-pura bodoh atau karena dia memang bodoh, pembicaraan itu menjadi berbelit-belit dan tidak jelas. Dia mempertahankan pendiriannya bahwa dia hanya meninjau, tak ada kebongkaran identitas di sana, jadi semua aman. Lagian dia cuma jalan-jalan, nggak lebih. Toh dia baik-baik saja.

Disalah satu sisi ruangan, salah satu Cerberus—Kiel—dan V-Cart code:X sedang dirudung kesebalan tingkat dewa mengamati ulah Carten mereka. Kepalan tangan mereka sudah bergetar hebat. Gemeratak gigi pun ikut meramaikan suasana.

[ code: X ]Where stories live. Discover now