40. dengan Alle - END

13.1K 1.1K 266
                                    

"Kamu penulis untuk buku apa?"

"Fiksi."

"Oh. Jadi kamu penulis buku fiksi yang naskahnya berkali-kali ditolak penerbit, dan terbang ke Praha untuk meditasi?"

Alle tersenyum lepas melihatku. Seperti pernah bertemu, dia bilang, wajahku familiar.

"Karena aku manis. Standar diantara cantik dan ganteng."

"Ter-se-rah."

Alle mengalihkan pandangannya ke depan laptop. Lancar mengetik naskah terbarunya.

"Kamu bukan J.K Rowling. Cerita macam apa yang kamu tulis sampai penerbit manapun nggak mau terima?"

"Cerita tentang perempuan yang jatuh cinta dengan patung di negara salju."

Mataku berputar, lengkap sudah keanehan yang kita bagi sejak bertemu di jembatan Charles.

"Perempuan gila mana yang jatuh cinta dengan patung di negara salju?" Aku setengah berteriak, tidak setuju.

"Ta...tapi..."

Alle mendadak lemas. Bibirnya meruncing seperti bayi yang kehabisan susu.

"Aku cuma menulis berdasarkan imajinasi. Kenapa semua orang, setiap penerbit, atau bahkan kamu---bilang tulisanku nggak masuk akal? Maksudku, sejak kapan fiksi harus masuk akal!"

Alle tersedu-sedu dengan kening menempel di keyboard laptop. Wajah manisnya mendadak basah dengan tangisan yg kusebabkan karena menyinggung tulisannya. Aku buru-buru mendekat, memeluk..

"Nggak masalah. Bahkan ada perempuan yang jatuh cinta dengan halusinasinya sendiri."

Alle berhenti menangis. Kepalanya mendongak menatapku.

"Yang benar?"
"Hooh."

Aku rasa ceritaku bisa meredamkan tangisnya.

"Jatuh cinta dengan halusinasi? Ha-halusinasi?"
"Iya...."

Lama sekali kami bertatapan. Alle mengusap ingusnya, lalu mengelapnya di jaketku.

"Idih. Dasar gila! Perempuan mana yang jatuh cinta dengan halusinasinya sendiri?"

Wajahku memerah, Alle terbahak-bahak dengan kepala masih berada di pelukanku.

"Kamu mabuk, Eureka? Kamu juga penulis?" Tanyanya dengan berseri-seri. Aku menggeleng.

"Hehe. Nggak masalah. Nggak masalah meski kamu jatuh cinta dengan halusinasi atau anjing peliharaanmu sendiri. Cinta bisa datang meski harus menguras imajinasi. Bahkan, kadang-kadang---cinta bisa takluk pada hal-hal yang nggak masuk akal. Nggak lazim, nggak normal."

Alle menyudutkanku di pinggir jembatan. Angin berlari meniup rambutnya. Aku semakin terpana.

"Aku hidup dengan imajinasi. Tanpa mereka aku nggak akan bisa bikin buku. Tanpa membuat buku, aku bisa kelaparan. Imajinasi itu ibarat makanan. Aku sebagai penulis juga butuh makan. Dan aku percaya kok meski ada orang dengan gilanya jatuh dengan halusinasinya sendiri."

"Alle percaya?"

"Ya. Sejak kapan dunia yang kita tempati butuh dipercaya?"

Senja melelapkan kami bertemu gelap. Kami sudah menghabiskan satu hari bersama-sama di Praha. Bersama Alle, penulis fiksi yang sama gilanya denganku. Meski beranjak malam, tidak ada satupun niat bagi kami untuk berpisah. Entah kenapa, Praha memang seharusnya dinikmati berdua. Tidak sendiri.

Tanganku cekatan mengambil handphone. Memotret wajah Alle dari dekat.

"Hei, bilang dong kalau mau foto!"

Aku tidak menggubris. Foto Alle kukirimkan pada Labora.

Pict sent.

Labora membalas chatku ;

WOAAAH. CEWE DI PRAHA CANTIK-CANTIK YA?

Dadaku bergemuruh. Aku tidak pernah sebahagia ini.

Alle bukan halusinasi. Alle itu nyata!

***

"Hei... mau sampai kapan meluk aku terus?"

Bisik Alle dengan terkekeh. Ternyata sudah pagi, udara sejuk membuatku betah di balik selimut.

"Sampai Praha tidak punya matahari. Aku bisa tidur dengan kamu sepanjang malam."

"Kamu lesbian sialan yang manis dan bikin aku gila semalaman."

Alle mengecup daguku, aku tertawa.

"Kamu keberatan, Le?"
"Nggak."
"Kamu percaya, jatuh cinta bisa jatuh kapan saja?"
"Bukan lagi jatuh, aku tersandung buat jatuh cinta sama kamu. Ah.. tidur lagi, yuk!"

Kutatapi Alle tanpa bosan. Mata, hidung, bibir, hingga lekukan alis---semuanya sama.

Namun hatiku tidak mau terkecoh. Sempat bertanya-tanya kenapa kamu hadir dengan berpura-pura sebagai orang lain. Kuamati lebih jauh, Alle bukan kamu. Meski raganya menyerupai kamu, Alle tetaplah Alle. Dan kamu tetaplah kamu.

Kurengkuh Alle tanpa perlu merasa bersalah. Karena kehadiranmu membukakan mata, aku hanya akan jatuh cinta dengan wanita seperti Alle.  Yang kucintai bentuknya sejak dulu. Sejak kewarasanku terkikis, hingga kembalinya aku dengan kesadaran penuh, aku masih sanggup jatuh cinta.

"Kita lagi nggak one night stand, kan?"
"Nggaklah! Kamu harus tanggung jawab bawa Alle balik ke   Indonesia---"
"Nggakmau. Kita bahkan belum saling kenal....."

Alle berbalik menatapku, dengan tubuh setengah telanjang, dia berbisik ;

"Kamu bahkan sudah berani nidurin aku tanpa saling tahu kita ini berusia berapa. Kenapa kamu ngeselin, sih?"

Kami berdua saling memukul. Bergulat berjam-jam dibawah selimut, tanpa ingin keluar dari kamar. Padahal, Praha dan seisinya sedang menunggu kami untuk datang.

Yah, setelah dipikir-pikir... kami harus menambah hari untuk berada disini.

Kami sedang jatuh cinta dengan Praha. Sekaligus menyampaikan terimakasih, karena menemukan kamu disini...

 Sekaligus menyampaikan terimakasih, karena menemukan kamu disini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Adakah pertanyaan yang bagimu tak terpecahkan?
Milyaran kisah cinta
Kuakui, kita berbeda
Adakah seseorang mencintai dengan luar biasa?
Jika ada percayalah, tunggu aku di Praha....

Mungkin kita bersama, di hari yang mungkin engkau lupa?
Ingat aku berkata ; di penghujung kota Praha
Aku melepaskan duka
Hingga bumi pun ikut tertawa, haha..

Hingga kamu pun hadir di Praha..

-- song composed by me, Aku di Praha, lagu spesial untuk Eureka! Menemukan dan mencintai dengan segenap kewarasan.

^^ TAMAT ^^

Eureka!Where stories live. Discover now