17. Close to you

8.6K 1.2K 51
                                    

Langkah kaki Acha menapak dengan elegan. Matanya menelusuri setiap sudut restoran dengan teliti, sampai akhirnya napas lega berhembus ketika berhasil menemukan. Seserorang tengah melambaikan tangan padanya, memberi sinyal bahwa ia adalah orang yang sedang Acha cari. Suara musik terdengar mendayu-dayu, pemusik di panggung restoran menyuguhkan The Carpenters – Close to You, lagu yang tepat mengiringi Tiara untuk menghampiri orang itu.

"Tumben tepat waktu?" Acha mendaratkan tubuhnya di kursi restoran, menaruh tas mahalnya dan memeluk sahabatnya itu.

"Sedang antusias bertemu partner in crime, nggak akan ngaret, deh."

"Ah, kamu makin tirus, Tiara."

Acha menyentuh pipi sahabatnya, nampak prihatin.

"Sudah berapa pejabat yang kamu jinak-kan?"

"Masih fokus dengan Burhan, yang lainnya menyusul."

"Ohmegod, Tiara. Kamu gila---" Tukas Acha dengan lembut, namun terdengar pasrah.

"Kamu wanita jenius yang pernah aku kenal. Keputusan kamu buat melakukan ini nggak mungkin karena uang, kan?" Acha memiringkan kepalanya, menatap sahabatnya dengan ekspresi sedih.

"Oh, ayolah Acha. Aku menikmati ini dan aku bahagia!"

"Kamu tinggal di kost tanpa bilang apa-apa, kenapa ngeyel kabur dari apartemen sih?"

"Karena aku mau cari suasana yang beda, Acha. Im okay and Im happy with it, ah ayolah stop bahas ini—okay?" Tiara menyeruput wine-nya, berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Gimana sama Arya?"

"Masih proses menuju pelaminan."

"Lagi? Nggak ada kejelasan?" Acha mengangguk, ikut meneguk wine-nya.

"Arya itu laki-laki yang nggak ada bedanya sama tai. Segitu goblok-kah dia menggantungkan kamu tanpa kejelasan? Well, seengganya aku lebih berharga karena tidur dengan dibayar. Tapi kamu?" Tiara terkekeh, membuat Acha semakin gemas mencubit pipinya.

"Diam deh, kamu. Aku lebih suka Tiara yang dulu. Cerdas, jenius, tapi sayangnya gila. Kamu unpredictable, Tiara!"

"Omong kosong, aku juga lebih suka Acha yang dulu. Pakai jubah putih dan menyelamatkan orang-orang yang sakit. Sakit ini---" Tiara menunjuk kepalanya, lalu tertawa.

"Aku anak orang konglomerat yang nekat belajar ilmu poltik dan terjun ke dunia prostitusi. Dan aku melakukannya dengan pertimbangan yang orang lain nggak akan mungkin bisa ngerti. Tapi kamu? Lebih lucu karena endingnya jadi tukang jualan sushi."

Tiara dan Acha kompak tertawa, memang benar, yang dimaksud dengan Tiara tentang jubah putih adalah, ia seseorang yang sebelumnya mengabdikan diri pada dunia medis.

"Aku ngurusin restoran karena permintaan papa. Kamu tahu kan papaku seperti apa? Panic attack, anxiety disorder.. Cemas bukan main dan takut anak-anaknya miskin dan memaksa aku buat meneruskan restorannya. Lagipula, aku punya dua adik kecil yang masih bocah!"

"Kamu sudah berhenti total dengan jubah putih-mu?"

"Jubah putih, heuh---"

"Ayolah, dokter Allysa. Kamu lebih cocok dengan jubah putih ketimbang celemek restoran!"

Pernyataan Tiara membuat Acha mematung. Memang benar, memakai jubah putih dan menyelamatkan orang yang sakit adalah istilah yang sangat benar tentang dirinya. Namun hal itu terpaksa ia hentikan, meski sebenarnya tidak sepenuhnya berhenti.

"Aku masih bekerja untuk dia, Ra."

Tiara berhenti mengoceh, lalu meletakkan telunjuknya di kepala.

"Dia yang begini?"

"yang kepala-nya...err..."

Acha tertawa, mengangguk dan menuang segelas wine di gelas Tiara.

"iya, aku mengawasi dia sudah cukup lama. Kali ini bukan dari jauh, tapi dari jarak yang sangat dekat."

-----
Tiara dalam chapter ini adalah tokoh Tiara di a Million Stars :)

Eureka!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin