7. Halte Sosmed dan Patah Hati

10.9K 1.4K 73
                                    

Beberapa tahun sebelumnya, ketika Eureka dengan percaya diri mengganti nama menjadi Eric.

Flashback.

Ketika hujan deras mengguyur, salah satu tempat terbaik untuk berteduh adalah halte. Di sana berdiri perempuan bermata sayu, nampak kelelahan setelah sekian hari bekerja. Hidupnya terlalu indah untuk di perbudak uang, pikirnya kecewa. Ia harus menjalani rutinitas membosankan setiap hari demi lembaran yang hanya datang di awal bulan. Setelah itu semua melayang, ia merasa hidup bagai robot tanpa baterai. Bergerak sepanjang waktu, bertemu kejenuhan dan berjubel manusia baru.

Sebut saja namanya Eureka, Erica atau Eric.. Perempuan manis berambut sebahu, memakai kacamata kotak tebal, dipadu sweater kesayangan berwarna oranye gelap yg setia menemaninya di penghujung hujan.

Eric mengamati keramaian lamat-lamat. Setiap hari ia duduk di sini, di halte kesayangannya demi menanti bus untuk membawanya pulang. Hanya dengan bertemu bus, ia merasa kebebasan tengah menjemputnya untuk berhenti bergerak. Tak ada lagi pekerjaan, tak ada lagi omelan atasan, tak ada lagi setumpuk berkas menjenuhkan yang nyaris membuatnya gila.
Eric terus saja berdiri memandangi jalanan. Bus demi bus berderet menyambut penumpang. Namun Eric tidak bergerak. Tubuhnya menikmati tanpa risau, seakan-akan berdiri di halte sudah cukup membebaskan dirinya. Dari sore sampai malam, Eric tak berpindah sedikitpun. Mata dan pikirannya terus bertaut, pertanyaan demi pertanyaan tentang hidup terus berputar di otaknya. Eric ingin menjadi gila sebentar saja, duduk di halte sampai bus terakhir datang.

Eric mengamati sekitarnya. Tak hanya dirinya yang duduk diam menunggu bus. Setidaknya Eric tidak berdiri sendirian. Meski nanti satu persatu akan lenyap dengan bus yang datang, Eric bersikukuh diam di tempat.

Gadget. Menunduk. Tak peduli.

Begitu Eric mengamati deretan manusia yang berdiri bersamanya. Sibuk dengan gadget nya masing-masing. Seolah-olah mereka tenggelam dengan dunia mereka sendiri. Tanpa menyadari---aku sedang di halte, menunggu bus, semoga tidak lupa.

Eric kontan mengambil handphone di sakunya. Menjadi manusia-tanpa-gadget di deretan manusia yang sibuk dengan gadgetnya memang terasa aneh.

Eric kemudian menunduk, tak ada yang menarik di handphonenya. Entah kehidupan nyata atau maya, bagi Eric semua menjenuhkan.

Sampai akhirnya Eric menjatuhkan ibu jarinya untuk membuka aplikasi forum.
Tempat dimana ia membaca banyak info dan celotehan berbagai orang yang belum ia kenal.
Eric masik ke dalam salah satu forum curhat, satu-satunya forum yang mampu menghiburnya. Page demi page berganti, banyak orang yang menumpahkan segala kekesalannya di sini.

Marah, benci, bingung, bimbang, takut, kesal, dan patah hati---hal lumrah yg terjadi pada siapa saja, termasuk Eric. Namun yang membuat tulisan mereka menghibur adalah, Eric merasa dirinya sudah melewati itu semua. Ia hanya tersenyum, nyengir, tertawa, menanggapi setiap tulisan mereka. Karena baginya, urusan hidup tak akan mempan di bawa ke forum internet. Kalau sekedar lelucon dan gurauan, menurutnya fine-fine saja.

Eric terus menertawakan mereka. Memberi komentar tak berbobot karena sekali lagi---ia tetap menilai apa yg mereka lakukan sia-sia.

Sampai akhirnya tulisan panjang rapi dan serius tengah Eric baca. Senyumnya tiba-tiba menyungging. Sepertinya sebentar lagi ia bisa memberi komentar seenak-jidat di sini.

Patah hati, move on, patah hati, move on. Hal yang menurut Eric biasa saja, namun selalu di bawa berlebihan oleh orang banyak. Termasuk menulis seluruhnya di internet dan minta pendapat. Oh ayolah--memangnya di rumahmu tidak ada teman untuk bicara?

Eric membaca curhatan itu dengan seksama. Seorang gadis yang patah hati di tinggal pergi kekasihnya. Tidak penting. Ludah Eric menepi di selokan. Ia masih bertahan di halte, menarik nafas dalam-dalam dan kembali membaca.
Gadis itu merasa dirinya tidak ada artinya. Ia merasa kekasihnya adalah segalanya. Ia pikir setelah ini ia bisa bersama dalam waktu yang sangat lama, namun ternyata hanya sebentar. Eric geleng-geleng kepala, belum paham konsep merelakan, ya? Kalau bukan jodoh ya jangan di paksa!

Eureka!जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें