My Perfect Boyfriend - 15

2.2K 210 12
                                    

Beberapa kali Abel menghela nafas kasar. Membiarkan pikirannya yang semakin berkecamuk mendominasi otak beberapa waktu terakhir. Dengan cepat, Abel meraih cangkir berisi Machiatto yang sudah tandas setengah isi lalu meminumnya dalam sekali teguk. Pikirannya mengenai Affan tentang kejadian beberapa hari yang lalu belum bisa sepenuhnya ia lupakan. Terlebih, lelaki itu berusaha menghindari Abel semakin membuat Abel penasaran tentang siapa dan apa yang sebenarnya terjadi dengan pria itu.

"Sorry lama, macet soalnya di jalanan. Heran deh padahal ini kan hari libur. Tapi bukannya jalan jadi lenggang malah semakin sesak" Lidya yang baru saja tiba langsung mengeluarkan umpatannya.

Gadis manis itu lalu menarik kursi yang ada di depan Abel. Siang ini mereka sudah ada janji untuk me time bareng di salah satu cafe sekaligus Abel bermaksud untuk menceritakan dan mencari tahu tentang Affan kepada Lidya. Awalnya Abel ingin menyimpan dan memendam apa yang ia lihat kemarin. Namun rasa penasaran yang terus saja mendorongnya mengharuskan ia membuang semua keinginannya.

"Nggak pa-pa. Ini buat kamu"

Abel menyerahkan sebuah kotak yang berisi seloyang brownies yang sudah ia buat.

"Waahh brownies, lo tau aja kesukaan gue." Lidya tersenyum senang setelah membuka kotak tersebut dan melihat isi di dalamnya.

"Ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Ini tentang Affan."

Lidya yang sedang menikmati brownies menatap Abel bingung.

"Emang kenapa sama Affan? Lo naksir dia?" Jawab Lidya dan nyaris berteriak.

Abel membulatkan matanya mendengar ucapan Lydia. Semua mata yang sedang berada di dalam cafe menatap mereka heran. Ingin rasanya Abel meremas bibir Lidya jika ia tidak ingat kalau mereka sedang berada di tempat umum sekarang.

"Bukan gitu. Gimana ngomongnya, aku juga bingung."

"Udah lo ngaku aja kalo lo naksir sama Affan. Nggak pa-pa kok, lo Nggak usah nyembunyiin sesuatu dari gue. Gue udah tau dari dulu kali kalo lo naksir sama Affan. " Goda Lidya sambil menaik turunkan alisnya.

"Enggak, demi tuhan aku nggak Ada perasaan apapun sama Affan. " ucap Abel berkhianat dengan hati kecilnya.

Lidya yang sedang menenggak ice capucinonya hampir saja menyemburkan cairan itu dari mulutnya ke wajah Abel.

"Beneran lo nggak ada rasa sama dia?" Tanya Lidya santai tetapi masih terlihat semburat penasaran terpatri di wajahnya.

Abel mengangguk mantap. "Beneran, aku nggak akan segampang itu untuk membuka hati aku untuk orang lain"

"Kenapa gitu? Masa lo sedikitpun nggak ada rasa tertarik atau kagum ngeliat Affan si tampan itu" Lidya berusaha memancing Abel agar mengakui perasaannya.

Lidya sangat yakin jika Abel pasti memiliki rasa pada pria yang terkenal se-antero kantornya.

"Aku akui kalo Affan memang tampan. Tapi meskipun dia tampan, Bukan menjamin aku bakal terus naksir sama dia."

"Gue tau lo sekarang lagi beralibi sama gue, gue sering liat lo jalan sama Affan. Dia juga pernah kan nganter lo pulang? Trus sekarang lo ngajak ketemuan sama gue disini buat bahas tuh cowok sampe nyogok gue pake brownies, lalu itu apa namanya kalo bukan lo naksir sama Affan?" Cercah Lidya.

Abel yang semakin jengah akhirnya mengalah dan memilih diam dengan segala rentetan yang di keluarkan dari mulut Lidya.

"Lo pasti punya pengalaman yang nggak mengenakan sama cowok kan? makanya lo nggak mau berusaha membuka hati lo buat cowok lain." tebak Lidya pada Abel.

Abel yang tersentak akan perkataan Lidya, menatap wanita itu dan berusaha mencari kesungguhan di balik matanya.

"Gini ya Bel, gue kasih tau sama lo. Ada orang yang di pertemukan memang untuk saling sayang tapi bukan untuk jadi jodoh, tapi buat bantu kita supaya jadi lebih dewasa. Gue emang nggak tau pengalaman buruk apa yang udah menimpa lo sama cowok lo dulu, tapi apa salahnya lo buka hati dan membiarkan cowok lain masuk ke hati lo. Gue rasa Affan pantas dapetin itu, gue yakin dia juga nyimpan perasaan lebih ke elo."

My Perfect Boyfriend~Where stories live. Discover now