My Perfect Boyfriend - 13

2K 174 6
                                    

Mata Abel tidak bisa berkedip sejak tadi karena melihat objek yang ada di depannya. Affan yang kini duduk tidak jauh dari dirinya terlihat begitu seksi di mata Abel. Sesekali Abel melirik Affan yang sedang mengobrol dengan teman se divisinya. Affan yang menyadari kalau ada yang memperhatikannya lalu  menoleh ke arah tersebut dan mendapati Abel yang tengah melihatnya dan tersenyum manis ke arah gadis itu.

'Kenapa jadi merinding begini sih kalo ngeliat si Affan' rutuk Abel pada dirinya sendiri. Abel menjedutkan kepalanya pelan di atas meja berusaha membuang jauh pikirannya yang mulai menggila tentang Affan. Entah kenapa Affan begitu seksi hari ini. Dengan menggunakan kemeja putih dan celana bahan hitam serta tidak lupa jam tangan berwarna hitam  yang selalu bertengger di tangan kekarnya membuat Abel menjadi lemah.

"Abel, laporan nasabah yang berhasil kamu follow up sudah kamu selesaikan?' Bu Vivie menegur Abel yang sedang menunduk.

Abel kemudian tersentak saat mendapati Bu Vivie yang sudah berdiri di sebelahnya.

"Sudah Bu, itu laporannya ada di map warna merah" tunjuk Abel pada sebuah map file berwarna merah.

Bu Vivie lalu meninggalkan Abel setelah menerima map tersebut. Kemudian Abel kembali melirik Affan dan seketika tersenyum kecut saat memergoki pria itu tengah menggoda salah satu anak divisi lain. Abel membuang muka ke sudut lain agar tidak melihat ke arah mereka. Abel dapat merasakan rona wajah Affan begitu bahagia saat berhasil menggoda cewek yang berpenampilan seksi itu.

'Semua cowok sama aja. Nggak bisa di kasih ikan teri dikit langsung di terkam' Abel mengoceh sendiri demi menghibur dirinya yang tak terima melihat Affan menggoda wanita lain.

Hari ini rapat closing akhir bulan. Seperti biasa keseluruhan divisi akan bergabung untuk membicarakan hasil kinerja mereka selama sebulan. Kalau sudah begini, mau tidak mau Abel akan bertemu dengan Affan. Biasanya Abel tidak terlalu memperdulikan kehadiran pria itu ketika rapat seperti ini. Tapi ntah kenapa rapat kali ini sedikit berbeda, ia selalu tertuju pada pria itu. Jika matanya tidak menemukan Affan di setiap  sudut ruangan, Abel langsung clingak-clinguk hingga ia berhasil mendapati dimana pria itu.

"Target kamu bulan ini menurun ya Bel?" Tanya Rifky di sela-sela berlangsungnya rapat.

"Iya, bulan ini aku banyak absen cuti. Makanya target jadi turun drastis begini." Sedih Abel saat menceritakan itu dengan Rifky.

"Iya sayang banget. Apalagi kamu gak bisa dapat bonus bulan ini. Ya udah jadiin pelajaran aja Bel. Semoga kedepannya kamu gak ngulangin kayak begini lagi" hibur Rifky sambil mengelus punggung Abel.

Sejak tadi sepasang mata mengamati interaksi yang dilakukan Rifky dan Abel.  Affan menyipitkan matanya melihat adegan mesra kedua orang yang dikenalnya. Ia tidak suka melihat Abel dan Rifky yang terlalu dekat. Apalagi Rifky yang beraninya menyentuh Abel di depan teman-temannya yang lain, hingga akhirnya mereka berdua jadi ajang gosip bagi mereka. Affan yang tidak tahan lagi memutuskan untuk keluar dari ruang rapat tersebut. Ia takut akan lepas kontrol jika terus-terusan berada di dalam ruangan itu.

**************

Abel menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Badannya begitu lelah jika sudah akhir bulan seperti ini. Biasanya rapat closing akan berakhir paling cepat itu sekitar pukul sembilan malam tapi hari ini sedikit telat, Abel tiba di asrama pukul sebelas malam. Sambil meregangkan otot-otot sendinya dan Affan yang sejak tadi tidak luput dari pikirannya, terlintas di benak Abel untuk menyelidiki seluk beluk dari seorang Affan Bramata. Gadis itu lalu meraih ponselnya yang tergeletak di sebelahnya.

"Affan Bramata" ejanya sambil mengetik nama Affan di kotak pencarian Instagram. Akhirnya Abel menjadi stalker di Instagram Affan.

"Yes ketemu" seru Abel riang. Ia lalu membuka IG Affan yang tidak tergembok. Isinya 86 post, 1650 Followers, 101 Following.

My Perfect Boyfriend~Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum