My Perfect Boyfriend - 5

2.9K 253 3
                                    

Abel kini sudah anteng berada di kamar asramanya. Setelah seharian ini banyak sekali kejadian atau lebih tepatnya keajaiban aneh yang ia alami di kantornya. Pastinya membuat tubuh Abel terasa lelah. Ia lalu meraih ponselnya bermaksud untuk menghubungi ibunya.

"Assalamualaikum nduk" terdengar suara dari ibu Abel yang menyapa putri semata wayangnya itu.

"Walaikumsalam bu, ibu sama bapak apa kabar?" Sahut abel menjawab salam ibunya. Baru sehari ia meninggalkan Surabaya, rasanya ia sudah rindu dengan kota kelahirannya itu.

"Baik nduk, gimana kerjaan kamu di Jakarta? Lancar?" Tanya ibu Abel.

"Lancar bu, Tapi ada orang rese yang udah bikin Abel emosi seharian ini." Abel menggerutu pada ibunya.

Terdengar suara kekehan kecil dari ibunya di ujung telpon. Ibu Abel bersyukur, sepertinya Abel sudah mulai melupakan hal menyedihkan yang beberapa waktu lalu dialami oleh putri tercintanya. Meskipun baru sehari menginjakkan kaki di Jakarta. ibu Abel yakin, putrinya itu pasti akan menemukan kebahagiannya di tempat baru tersebut.

"Bikin kamu emosi gimana nduk?"

"Iya bu, masa Abel dikira hantu sama dia. Trus kan bu, hantunya itu masih mending mati secara terhormat lah ini malah Abel dibilang korban pesugihan." Jawab Abel panjang lebar.

Ibu Abel hanya tertawa mendengar ocehan anaknya itu. Ia lagi-lagi berucap syukur akhirnya Abel mulai kembali seperti Abel yang dulu. Tidak akan ada lagi air mata yang melinangi setiap pelupuk mata putrinya.

"Ya udah kalau begitu kamu jangan balas dia dengan jahat juga ya nduk, kalau ada yang jahil seperti itu kamu diemin saja.".ucap ibu Abel.

"Iya bu, Abel juga diem aja waktu dia ngomong kayak gitu"

"Ini sudah malam, kamu istirahat nduk besokkan kamu harus kembali bekerja. Jaga kesehatan, makan yang banyak, itu badan kamu jangan terlalu capek, pokoknya kamu harus sediain vitamin terus biar kamu gak gampang sakit." Nasihat ibu Abel pada putrinya.

"Iya ibu tenang aja."

"Ya udah ibu pamit, Assalamualaikum."

"Walaikumsalam"

Abel lalu meletakkan ponselnya ke meja nakas yang berada di kamarnya. Ia lalu merebahkan badannya keatas kasur lipat kepunyaan asrama tempat Abel tinggal sekarang. Ia belum sempat membeli kasur baru dan berbelanja perlengkapan lainnya. Biar saja lah, mungkin hari sabtu atau minggu nanti dia akan pergi ke mall atau pasar Tanah Abang untuk membeli itu semua.

Ketika Abel hendak memejamkan matanya, suara deru ponselnya kembali berbunyi. Dengan cepat abel berjalan menuju meja nakas dan meraih ponselnya. Dia belum sempat melihat siapa yang menghubunginya, hingga akhirnya ia mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo" sapa Abel.

"Hallo Abel, apa saya mengganggu kamu?" jawab suara di seberang sana.

Rifky, ada apa dia nelpon aku

Tanya abel saat itu dalam pikirannya. Ia tidak menyangka kalau Rifky yang akan menelponnya. Dia baru tersadar ketika lelaki itu mulai berbicara.

"Tidak, ada apa Rifky? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Abel penasaran.

"Tidak apa-apa. Saya hanya ingin mengingatkan kamu kalau besok kita akan kembali menjumpai pak Sony untuk persetujuan trading yang akan dilakukan lusa" jawab Rifky.

Abel mendengus malas ketika mendengar jawaban dari Rifky. Abel paling tidak suka jika pekerjaan dibawa kembali ke rumah. Apalagi diingatkan seperti ini. Menurut Abel, setiap pekerjaan harus di selesaikan di tempat walaupun itu harus lembur, tidak masalah. Ketika sudah sampai di rumah, itu waktunya untuk beristirahat dan melupakan sejenak rutinitas yang ada. Kalau kerjaan dibawa lagi kerumah, buat apa mereka pulang. Lebih baik tidur saja di kantor atau paling tidak kantor itu dibuat jadi penginapan juga.

My Perfect Boyfriend~Where stories live. Discover now