My Perfect Boyfriend - 8

2.2K 220 4
                                    

"Kamu kenapa diam mulu sih dari tadi? Kamu nggak enak badan?" Tanya wanita bernama Jenny kepada Affan.

Sesaat setelah dirinya melihat Abel di butik tadi, Affan sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia tidak tahu perasaan apa yang sedang ia rasakan sekarang. Ia tidak pernah mengira akan bertemu dengan gadis itu di Mall.

Jenny menghela nafasnya ketika sang pujaan hati masih tidak mau membuka suara. Ia lalu mengambil posisi duduk di pangkuan Affan. Affan terkejut melihat perlakuan wanita yang ada di hadapannya sekarang.

"Kamu mau apa Jen?" Tanya Affan sambil membelalakan matanya.

Jenny tidak menghiraukan pertanyaan Affan. Wanita itu lalu menelusuri setiap lekuk wajah Affan. Dia bisa melihat tanda sehabis shaving yang dilakukan oleh kekasihnya itu.

"Aku menginginkan kamu malam ini sayang" kata Jenny manja.

Affan yang pikirannya sedang kacau, lantas menepis tangan Jenny dari wajahnya.

"Aku sedang tidak mood sekarang" tukas Affan.

Dengan ekspresi menahan marah, Jenny langsung menarik kerah baju yang dikenakan oleh Affan. "Kamu bilang tidak mood? Oh baby C'mon, bukannya kamu sudah meminta dari kemarin. Saat itu aku lagi datang bulan, lalu sekarang saat aku sudah siap kamu bilang tidak mood."

Affan menatap malas wanita itu. Ia lalu berdiri mengambil sweaternya dan pergi meninggalkan wanita itu sendirian di kamar yang sudah mereka sewa di salah satu hotel ternama di Jakarta.

Jenny tidak tinggal diam, kemudian ia mengejar Affan, ia tidak peduli kalau saat ini ia hanya berbalut sebuah lingerie dan menjadi pusat perhatian orang-orang. Wanita itu lalu berlari cepat dan langsung menubruk tubuh kekar Affan.

Cup

Dengan ganasnya wanita itu mencium bibir Affan di depan banyak orang. Affan yang lagi-lagi terkejut langsung mendorong tubuh wanita itu dengan kasar.

"Elo Gila!!" Affan membentak wanita itu dengan keras.

"Iya aku gila karena kamu!" Balas wanita itu.

Tidak peduli akan tatapan orang yang melihat mereka, Affan pergi meninggalkan wanita itu. Ia menuju parkiran mobil dan mengemudikan mobil Pajeronya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibu kota.

*********************

Gadis itu masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat tadi sore. Dia yakin bahwa yang ia lihat adalah pria yang sudah menghancurkan dirinya. Pria yang sudah menghianatinya, pria yang dengan tega meninggalkannya dan mengikis seluruh harapan yang sudah ia pupuk selama 5 tahun terakhir.

Memikirkan itu Abel kembali terisak. Dengan ditemani kegelapan di kamarnya, Gadis itu menangis hingga suara tangisannya nyaris tidak terdengar. Ia ingin lepas dari penderitaan ini. Baru sebulan ia merasakan bebas dan berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya akan Haris, tapi pria itu dengan lancangnya kembali menampakan wajahnya di depan Abel.

Abel ingin sekali melampiaskan semua kesakitan ini. Ia ingin mencurahkan rasa sakit ini pada siapapun. Tapi, dia hanya seorang diri. Tidak ada seorang pun yang menemaninya saat ini.

Haruskah ia mengakhiri hidupnya saja?

Abel melihat ada sebuah cutter yang tergeletak di atas meja nakasnya. Ia lalu mengambil cutter tersebut dan memandanginya dengan tatapan kosong.

"Ibu haruskah Abel melakukan ini, Abel sudah tidak kuat dengan takdir yang seakan mempermainkan hidup Abel."

Abel yang sedang memandangi cutter, tiba-tiba menyayat tangannya hingga tercipta beberapa goresan di tangan kirinya. Ia bukan bermaksud untuk bunuh diri. Hanya saja, dia tidak tahu bagaimana meluapkan rasa sakit yang ia alami sekarang.

My Perfect Boyfriend~Where stories live. Discover now