My Perfect Boyfriend - 10

2.2K 203 7
                                    

Abel menggeliat dari tidurnya saat sinar matahari mulai masuk ke kamar. Ia mengerjapkan matanya tatkala sinar matahari tersebut menembus maniak matanya. Dengan perlahan ia membuka matanya dan sedikit tersentak karena dia masih merasa asing dengan kamar yang ia tempati saat ini.

Saat kesadarannya telah penuh, Ia kembali mengingat segelintir kejadian yang dialaminya beberapa hari ini. Pikirannya seperti jeratan sebuah rantai yang mengganggu kinerja otaknya untuk berpikir dengan benar. Luka yang di torehkan oleh Haris di sudut hatinya kembali menguliti dirinya. Mengingat bayangan Haris di coffee shop rasanya seperti menyiramkan kembali perasan air jeruk nipis ke atas luka di hatinya yang belum mengering.

Abel kembali terisak dalam diam. Wajahnya yang tanpa ekspresi menunjukkan kalau dirinya benar-benar hancur saat ini. Hanya dengan mengingat Haris, Abel ber-transformasi menjadi seorang gadis yang sangat menyedihkan.

**************

Affan sudah berada di depan pintu kamar Calista- adiknya- yang saat ini ada Abel di dalamnya. Lelaki itu seperti menimang-nimang untuk masuk ke kamar tersebut. Ia takut kalau kehadirannya akan mengganggu istirahat gadis itu. Setelah bergemuruh dengan pikirannya, akhirnya Affan memutuskan untuk melihat keadaan gadis itu. Dengan perlahan, ia menggeser knop pintu kamar itu ke arah kanan. Pintu itu hanya terbuka sepertiganya saja.

Wajah pria itu kemudian berubah menjadi sendu. Ia melihat siluet Abel yang sedang bersandar di dinding ranjang dengan tatapan kosong menatap ke luar jendela. Melihat Abel seperti itu, hampir saja meruntuhkan benteng air matanya.

Affan berjalan pelan, amat sangat pelan hingga langkahnya yang menyentuh ubin tidak menyisakan sedikitpun suara. Dia tidak ingin kehadirannya mengagetkan Abel yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, menatap objek diluaran sana yang sepertinya sangat menarik hati gadis itu.

Affan duduk di pinggiran ranjang. Tubuhnya yang jangkung sedikit menunduk dan menjadikan kedua lututnya sebagai tumpuan siku. Pria itu belum berani menatap iris mata gadis itu. Jantungnya berdegup kencang, dadanya sesak seperti di hantam oleh benda yang sangat keras.

"Ayo kita sarapan dulu" Affan menyuruh Abel agar ikut sarapan dengannya. Tetapi Abel tidak menggubris pernyataan Affan. Ia masih asik dengan pikirannya sendiri.

Pria tampan itu lalu mengubah posisi duduknya sehingga berhadapan dengan Abel. Saat mereka sudah berhadapan, mendadak hati Affan perih begitu melihat wajah Abel yang masih pucat. Wajah itu begitu dingin seperti mayat hidup.

Ia lalu meraih tangan Abel lembut. "Menangislah jika kau ingin menangis. Jika kau tidak mau menganggapku sebagai temanmu untuk berbagi permasalahanmu denganku. Setidaknya jangan menyiksa dirimu terlalu dalam."

Ada yang berbeda saat Affan memulai pembicaraan dengan Abel hari ini. Ia menghilangkan kebiasaan 'Lo-Gue' yang biasa ia gunakan ketika berbicara dengan teman sebayanya.

Tiba-tiba, setetes cairan bening gadis itu jatuh. Ia lalu menatap Affan dalam seperti meminta bantuan pada pria itu. Namun mulutnya masih saja terkatup seperti enggan untuk mengatakan apapun pada pria di depannya.

Affan kemudian memeluk gadis itu. Ia ingin berbagi energi dan kekuatan yang ada di dirinya kepada Abel. Abel merasakan kehangatan ketika Affan memeluknya. Kehangatan yang berbeda sampai Abel tidak dapat menjelaskan kehangatan macam apa yang ia rasakan.

Affan kemudian melepaskan pelukannya dan menatap lekat wajah Abel. Ia lalu mengelus pipi Abel lembut seraya menghapus jejak-jejak air mata gadis itu. Abel hanya diam saja menatap perlakuan yang diberikan Affan pada dirinya.

Lalu Affan memandangi bibir ranum gadis itu. Bibir yang terlihat pucat membuat Affan meringis ketika melihatnya. Dengan pelan, Affan menyatukan bibirnya dan bibir Abel. Abel yang terkejut berusaha menguasai dirinya. Entah iblis apa yang ada di dalam dirinya saat ini, hingga dia membiarkan pria itu menikmati setiap bagian bibirnya.

My Perfect Boyfriend~Where stories live. Discover now