My Perfect Boyfriend - 11

2.1K 183 19
                                    

Abel menelan ludah dengan susah payah sambil menajamkan pandangannya. Ia berharap matanya tidak melihat objek yang salah. Haris, orang yang paling ia benci sekarang sudah berada di depan matanya. Dengan mengulas senyum seakan tidak terjadi apa-apa, pria itu mengucapkan kata keramat yang tidak ingin Abel dengar.

'Pandaku' itu adalah panggilan sayang Haris pada dirinya. Dulu Abel sangat senang sekali jika Haris memanggil dirinya seperti itu. Karena Abel memiliki badan yang over size dan berperawakan lucu, makanya Haris menyebut dirinya Panda.

"Maaf mengagetkanmu, aku datang kesini hanya ingin tahu kabarmu. Sudah cukup lama kita tidak pernah bertemu. Kau menghilang tiba-tiba. Sampai akhirnya, Kemarin aku seperti melihatmu di Mall, aku ingin menghampirimu tapi kau malah langsung pergi. Lalu aku menanyakan informasi tentangmu dengan ibumu. Ibumu bilang kau memang sedang berada di Jakarta. Aku sangat senang sekali kalau ternyata yang aku temui di Mall kemarin adalah kau. Aku ke Jakarta karena kemarin aku ada seminar dan ulang tahun perusahaan." Kata Haris menyebutkan tujuannya menemui Abel.

Abel lupa jika setiap tahun Haris akan di undang ke Jakarta untuk menghadiri pesta ulang tahun salah satu stasiun Tv tempat ia bekerja. Haris bekerja sebagai Kepala Kontributor daerah di SNS Tv biro Surabaya. Haris memang seorang jurnalis sejak ia menginjakkan kakinya di bangku kuliah.

Perempuan itu hanya terdiam. Ingin rasanya Abel menulikan telinga dan tidak mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Haris. Lidahnya kaku seperti sebatang kayu yang mengeras, begitu sulit untuk digerakkan. Mata yang biasanya berbinar ketika berhadapan dengan sosok pujaan hatinya itu, kini berubah seperti sebuah rumah lama yang tak berpenghuni. Sangat suram dan menyeramkan.

Tubuh gadis itu bergetar, seperti menahan kobaran api yang menyerang dirinya. Dia tak menyangka jika tuhan akan memberikan kejutan besar untuk yang kedua kalinya dalam hidupnya.

"Kau tidak punya malu, menemuiku lagi setelah apa yang kau lakukan?" kata-kata tajam itu tiba-tiba terlontar dari mulut Abel.

Airmuka Haris seketika berubah ketika mendengar ucapan itu dari Abel. Ia tahu kalau dirinya sudah banyak melakukan kesalahan dan menyakiti hati gadis itu. Namun apa salahnya jika dirinya dan Abel kini berbaikan? Mereka sudah sama-sama dewasa dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar. Haris berpikir, untuk apa terlalu berlarut ke dalam suatu perasaan dimana perasaan itu sudah menjadi milik orang lain.

Lagi pula, jika pernikannya dengan Diana yang membuat Abel membenci dirinya, Abel tidak bisa dengan mudah menyalahkan dirinya secara sepihak. Dia bisa bersama dengan Diana itu juga karena Abel. Gadis itu dulu sangat menomor satukan pekerjaannya dan lupa kalau ada seseorang yang butuh akan kasih sayang dan perhatian dari gadis itu. Lalu, Diana datang dan wanita itu menawarkan cinta dan kasih serta perhatian yang Haris butuhkan. Jadi sangat wajar jika Haris lebih memilih Diana ketimbang Abel yang sudah sejak lama ia pacari.

Tidak hanya itu, faktor restu dari Ayah Haris juga menjadi penghalang hubungan mereka berdua. Abel dan Haris masih tergolong sebagai saudara. Ayah Haris dan ibu Abel adalah saudara sepupu. Jadi tidak mungkin bagi mereka untuk menjalin hubungan yang lebih jauh dari sebatas berpacaran.

Haris berjalan mendekat ke arah Abel "Apa seperti ini caramu menyambut tamu, Abel Anita?" Tanya Haris dengan ekspresi dingin.

Dan lagi, perkataan Haris menusuk hati Abel seperti pisau yang sangat tajam. Gadis itu terdiam, menghayati perasaannya yang bercampur aduk. Matanya hampir saja mengeluarkan kembali cairan bening kristal andai saja dia tidak segera mencari objek pandangan lain untuk menyembunyikan air matanya.

"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu" ucap Abel pelan tetapi masih dapat terdengar dengan jelas oleh Haris.

"Sampai kapan kau akan membenciku Bel? Tidak bisakah sedikit saja rasa bencimu itu kau hilangkan. Aku bermaksud baik menemuimu disini. Aku ingin memperbaiki hubungan kita yang merenggang. Kau tahu, tidak hanya kau yang merasa sedih tetapi juga Diana. Dia bahkan jatuh sakit setelah hari pernikahan kami begitu mendengar kau pergi dan meninggalkan Surabaya karena dirinya."

My Perfect Boyfriend~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang