My Perfect Boyfriend - 3

3.3K 308 7
                                    

Seminggu berlalu sejak kejadian mengharukan di kediaman haris, kini Abel terlihat semakin murung dari biasanya. Ia tampak begitu tidak bersemangat menjalani hari-harinya. Jantung hatinya, nafasnya, belahan jiwanya kini sudah menjadi milik orang lain. Setelah insiden Haris meninggalkan dirinya sendirian yang sedang terisak, Abel lalu bergegas pergi dari kediaman Haris. Ia tidak sanggup lagi harus berlama-lama duduk disana. Ia juga tidak ingin melihat Diana, sahabatnya.

Sahabatnya? Tunggu, apakah Diana masih pantas disebut sebagai sahabat? Setelah apa yang dilakukan wanita itu pada Abel rasanya predikat sebagai seorang sahabat tidak pantas lagi disandang oleh Diana. Apalagi sebagai seorang wanita yang pacarnya direbut oleh temannya sendiri, Abel rasanya ingin sekali mencakar, menjambak, bahkan berkata kasar kepada Diana. Tapi, jika ia melakukan hal itu apakah Haris akan kembali padanya? Apakah Haris akan berlutut dan memohon padanya ? Jika melakukan hal itu dapat mengembalikan Haris , dengan senang hati Abel akan melakukannya.

"Kapan kamu pindah tugas ke Jakarta Bel?" Nina menanyakan hal tersebut kepada Abel. Mereka berdua saat ini sedang berada di kantin kantor untuk makan siang. Nina memang teman dekat abel ketika berada dikantor, hanya sebatas dekat bukan di kategorikan sebagai sahabat. Jujur, Abel memang orang yang sangat tertutup. Sejak beberapa hari ini juga Nina ingin sekali menanyakan sebenarnya apa yang terjadi pada Abel. kenapa temannya itu selalu terlihat murung, bahkan sudah beberapa kali Nina memergoki Abel yang menangis sendirian di Pantry kantor mereka. Namun dia tidak mempunyai keberanian hanya untuk sekedar menanyakan hal itu. Nina tidak ingin semakin melukai hati temannya tersebut jika dia memaksakan rasa ingin tahunya.

"dua hari lagi, Na" jawab Abel seperlunya.

"Disana kamu tinggal sama siapa Bel?"

"Sama kayak disini, aku ngekos. Tapi untuk sementara aku bakal tinggal di asrama kantor. Setelah keadaan udah memungkinkan baru aku cari kos-kosan."

"begitu, kamu baik-baik disana ya bel. Kalo ada apa-apa atau kamu butuh teman curhat kamu bisa hubungi aku kok. Kalo kamu lagi kesulitan di Jakarta, kamu telpon aku aja. Aku punya kenalan di Jakarta. Siapa tau dia bisa bantuin kamu." Ucap Nina tulus.

Abel hanya mengangguk dan tersenyum pada Nina. Abel tahu, Nina adalah orang yang baik sangat baik malah. Tapi untuk sekarang dia tidak bisa mempercayakan hal apapun pada orang lain kecuali pada orang tuanya. Penghianatan dan rasa sakit yang dialaminya masih sangat membekas. Rasanya sangat sulit untuk bisa percaya pada siapapun lagi. Abel berjanji pada dirinya sebisa mungkin ia akan berusaha untuk tidak terpuruk lagi seperti sekarang. Ia akan memendam, dan mengobati luka hatinya sendiri serta akan mebuang bayangan dan sosok Haris di kehidupannya.

*********

Dua puluh menit lalu Abel sudah menginjakkan kakinya di Jakarta. Setelah memakan waktu kurang lebih 1 jam lebih 10 menit  didalam pesawat, Abel akhirnya dapat menghirup udara Jakarta. Ternyata dibagian pintu kedatangan Abel sudah di sambut oleh supir kantornya. Sambil tersenyum, Abel menghampiri pak Yunus.

"Maaf ya Pak, lama nungguin saya" Sapa Abel sambil menyunggingkan senyum.

"Enggak kok neng, bapak baru juga sampai" Jawab pak Yunus.

"Ayo pak, takutnya ntar kita kemalaman di jalan" ajak Abel pada pak Yunus untuk segera meninggalkan bandara.

"Iya Neng, itu mobilnya disitu" tunjuk pak Yunus pada sebuah mobil Avanza yang terparkir di bandara.

Ketika didalam mobil, Abel dan pak Yunus hanya saling diam. Pak Yunus sedang konsentrasi mengendarai mobil sedangkan Abel sibuk dengan pikirannya sambil memandangi jalanan ibu kota.

"Neng dari Jawa ya?" Pak Yunus yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara.

"Iya pak, saya asli Surabaya" jawab Abel

My Perfect Boyfriend~Where stories live. Discover now