16. Sedikit tentang dia

1K 58 4
                                    

"Saya mulai ragu akan kekuatan empat huruf yang menjadi satu kata yaitu KITA."
.

.

Jutaan butiran-butiran bening menghantam bumi hari ini.

Aroma petrichor yang sangat khas menguasai indra penciuman.
Petrichor adalah aroma yang timbul karena tanah yang basah terkena air hujan.

Aroma petrichor bisa membawa ketenangan dan kedamaian saat kita menghirupnya.

Reno sedang berada di salah satu cafe ternama di kota Bandung, ia sedang melihat hujan dari balik kaca jendela besar dan transparan di cafe itu.
Lelaki ini sedang menunggu seseorang.

Reno sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri, tanpa ia sadari bahwa kursi di depannya telah di isi oleh seseorang.

"Ngelamun aja lo." Ucap orang tersebut membuyarkan lamunan Reno.

Reno yang kaget pun langsung sadar dari lamunannya. Dia terkekeh pelan melihat orang itu.

"Dari kapan lo disitu?" Tanya nya pada orang itu.

"Baru aja sih, lo serius gak nyadar gue dateng?" Tanya nya tak percaya.

Reno yang mendengar perkataan orang tersebut pun hanya nyengir lebar tanpa dosa.

"Gebleg lo emang. Lo udah lama?" Tanya orang itu.

"Lumayan lah." Jawab Reno seadanya.

Lelaki itupun hanya mengangguk mendengar jawaban Reno.

Namanya Dimas Aditya Putra, dia adalah sahabat Reno sejak mereka masih duduk di bangku SD.

Dimas mengetahui semua hal tentang Reno, begitu juga sebaliknya.

Mereka masih berteman baik sampai sekarang walaupun mereka berbeda sekolah.

"Gimana kabar lo?" Tanya Reno kepada Dimas.

"As you see brother." Jawabnya sambil terkekeh pelan.

Reno yang melihat muka tengil milik Dimas pun hanya bisa memutar bola mata kesal.

Pelayan datang membawa pesanan Dimas yang memang awalnya tadi sebelum Dimas menghampiri Reno, dia singgah untuk memesan minuman terlebih dahulu.

"Selamat menikmati." Ucap pelayan itu sambil tersenyum.

"Makasih." Jawab Dimas sembari tersenyum ramah.

Akhirnya pelayan itupun pergi dan meninggalkan dua orang lelaki yang baru saja bertemu ini.

"Hubungan lo sama Rahel gimana?" Tanya Dimas kepada Reno.

"Baik-baik aja." Jawab Reno singkat sambil melihat keluar jendela.

Dimas yang mendengar perkataan Reno pun hanya bisa menghela nafas panjang.
Lelaki ini memang sudah mengetahui tentang kedekatan Reno dan Rahel, karena Reno sering sekali bercerita tentang Rahel ke Dimas.

"Statusnya masih temenan?" Tanya Dimas lagi sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Pertanyaan lo kok ngeselin Dim?" Tanya Reno sambil menatap tajam kearah Dimas.

Dimas yang melihat wajah Reno pun hanya bisa terkekeh pelan.

"Bingung gue sama lo." Ucap Dimas sambil menoleh kearah Reno.

"Bingung kenapa?" Tanya Reno.

"Kenapa sampe sekarang lo masih nungguin dia?" Balas Dimas sambil menaikkan alisnya.

Reno yang mendengar pertanyaan Dimas pun hanya bisa terdiam untuk beberapa saat sembari memikirkan alasan mengapa ia masih menunggu Rahel hingga saat ini.

Setelah memikirkannya untuk beberapa saat, akhirnya Reno menjawab pertanyaan Dimas.

"Bahkan sampe detik ini gue gak tau apa yang bikin gue kuat buat nungguin dia." Jawab Reno sembari tersenyum tipis.

Dimas termangu mendengar jawaban Reno. Dimas tau bahwa lelaki di depannya ini sangat mencintai Rahel.

"Segitu sayangnya nya yah lo sama dia sampe alasannya pun lo gak bisa jawab." Ucap Dimas sembari terkekeh pelan.

"Gak semuanya punya alasan Dim. Gue gak tau gimana cara mendefinisikan perasaan gue lewat kata-kata. Gue cuma bisa ngerasain dan gak ngerti gimana mau bilang perasaan itu." Gumam Reno.

Dimas mengerti betul bagaimana perasaan Reno dan akhirnya dia memilih untuk mengalihkan pembicaraan.

"Njing, sejak kapan lo jadi melow gini?" Tanya Dimas sembari tertawa.

"Monyet lo emang, siapa tadi yang mancing gue buat jadi melow gini?" Balas Reno sambil memutar bola matanya kesal.

Dimas semakin tertawa terbahak-bahak melihat perubahan muka sahabatnya itu.

Satu jitakan mendarat mulus di kepala Dimas dan membuat lelaki itu meringis kesakitan.

"Sakit geblek." Umpat Dimas.

"Bodo." Balas Reno tak peduli.

Terkadang mereka sangat dekat seperti saudara tetapi kadang juga mereka terlihat seperti musuh bebuyutan.

"Lo gimana sama tuh cewe?" Tanya Reno sembari menyesap minumannya.

"Gue? Udah taken dong." Jawab Dimas dengan tampang songong nya.

"Gercep juga lo nyet." Ucap Reno sembari terkekeh pelan.

"Iyalah, gue gak suka ngulur waktu kayak lo. Takut ntar doi di rebut sama orang lain." Balas Dimas sambil tersenyum sinis kearah Reno.

"Bangke. Jangan sampe gue bocorin ban motor lo yah, biar lo balik jalan kaki." Geram Reno sambil menatap tajam kearah Dimas.

"Lah kenapa lo yang sensi, lo ngerasa tersinggung?" Tanya Dimas sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Menurut lo aja njing." Umpat Reno kesal.

"Padahal gue gak ada niat buat nyinggung, loh." Ucap Dimas kalem.

"Tapi bagus juga sih kalo lo kesinggung." Tambahnya sembari tertawa.

Reno hanya bisa mendengus kesal melihat kelakuan sahabat nya itu.

Kalo saja Dimas bukan sahabat terdekat Reno, mungkin dia akan melempar Dimas ke kandang buaya.

Reno dan Dimas berbicara tentang banyak hal, tetapi paling banyak Dimas bertanya terhadap kedekatan antara Reno dan Rahel sembari menunggu hujan reda.

Tak terasa satu jam telah berlalu. Hujan pun diluar mulai reda, dan orang-orang kembali berlalu lalang melewati cafe tersebut.

Begitu juga dengan Reno dan Dimas, setelah berceloteh tentang banyak hal. Akhirnya mereka beranjak meninggalkan cafe itu untuk menuju rumah mereka masing-masing.

HOLD ONWhere stories live. Discover now