6. Bimbang

1.5K 107 6
                                    

"Terkadang cinta itu sulit dilupakan. Cinta itu bisa dibaratkan seperti pelajaran sejarah yang harus selalu dikenang dan selalu diingat."

.

.

Rahel pov

Ada apa dengannya? Aku bahkan sama sekali tidak mengerti dengan sikapnya yang selalu tiba-tiba seperti ini.
Dia kembali datang disaat aku sudah mulai tidak perduli lagi dengannya.

Dia membuatku bimbang.
Dia kembali untuk berusaha membuka pintu yang sudah aku tutup rapat.
Harusnya dia bahagia saja dengan orang lain, harusnya dia tidak perlu lagi repot-repot datang padaku jika hanya sekedar menanyakan apakah aku baik-baik saja.

Dia terlalu sulit untuk ditebak, bahkan aku sendiri pun sampai detik ini masih tidak mengerti dengan perasaannya.

Dia masih sama seperti dulu, selalu saja seperti itu.
Dia dekat dengan perempuan lain tetapi dia tetap mengusikku.

Ada apa dengannya?
Apa perasaannya untukku masih belum berubah? Ataukah dia hanya datang untuk sekedar menanyakan kabar?

Tapi rasanya aneh.
Disaat dia berbicara padaku, tatapannya berubah menjadi teduh.
Seakan-akan dia menyiratkan kata-kata di setiap kali dia menatapku.
Tetapi aku tidak mengerti arti tatapan itu, aku perempuan yang sulit peka terhadap sesuatu.

Author pov

Rahel sedang mendengarkan musik di ponselnya sambil bersenandung kecil.

Suasana dikelas saat ini tidak begitu ramai karena sedang jam istirahat.

Rahel mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, namun matanya tertuju pada satu titik.
Hatinya kembali merasakan rasa sesak yang ingin membuatnya menangis saat itu juga.

🌸

Harusnya aku tau jika dia hanya datang sesaat, dia tidak berniat lagi untuk menetap seperti dulu.
Harusnya aku sadar perasaannya padaku telah sirna.

Sekarang bukan aku lagi pemilik perasaan itu.
Harusnya aku sadar bahwa telah ada dia yang menggantikanku, menggantikan posisiku di hatinya, menggantikan peranku di kehidupannya.

Sebut saja aku bodoh, karena telah berbohong mengatakan bahwa aku baik-baik saja saat melihat dia telah bersama dengan orang lain.
Aku telah membohongi perasaanku sendiri, membohongi teman-temanku, membohongi dirinya, dan berbohong kepada semua orang yang mengetahui jika aku sudah tidak lagi perduli dengannya.

Aku akui aku tidak setegar itu.
Aku wanita biasa.
Rasanya sangat sulit melihat orang yang kita cintai sedang tersenyum sambil menggenggam tangan orang lain.

Entah ini sudah keberapa kalinya aku jatuh ke lubang yang sama dan di bodohi oleh orang yang sama pula.

Author pov

Teman-teman Rahel sudah kembali dari kantin. Tetapi setibanya mereka dikelas mereka melihat Rahel sedang melihat kearah lain.
Mereka mengikuti kemana arah pandangan Rahel kemudian mereka menghela napas panjang.

Mereka tau jika selama ini Rahel berbohong terhadap perasaanmya sendiri.
Gadis di depan ini masih menginginkannya, menginginkan lelaki yang sekarang sedang bercanda gurau dengan orang lain di ujung sana.

Tetapi teman-temannya tidak mau menegur Rahel, mereka membiarkan Rahel merasakan itu.
Karna wajar jika Rahel masih merasakan perasaan itu.

Melupakan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Ada banyak kenangan yang tidak bisa di lupakan dengan mudah.

Melupakan memang cara terbaik untuk menghapus luka, tetapi ingat setiap luka memiliki bekas.
Apalagi jika luka yang dia tinggalkan terlalu besar, maka bekasnya akan besar juga dan akan lama hilang. Ataukah mungkin bekas itu selamanya tidak akan hilang? We don't know.

Teman-temannya menghampiri Rahel dan memberikan cemilan yang sengaja mereka belikan untuk Rahel karna mereka tau gadis ini sangat malas untuk pergi ke kantin.

"Selamat siang jiwa yang terluka, ini kita bawaiin cemilan buat lo." Ucap Reka sembari menyengir lebar.

Rahel tersadar saat teman-temannya datang dan buru-buru mengalihkan pandangannya, ia berharap bahwa teman-temannya tidak melihat bahwa dia sedang memperhatikan orang lain.

"Pengen ngomong kasar gue. Jangan sampe gue sebutin semua jenis hewan yang ada di kebung binatang gara-gara lo." Jawab Rahel dengan tatapan tajam.

"Sorry elah, lagian lo ngapain dari tadi diem disini? Lagi ngeramin telur biar cepet-cepet netas dan jadilah anak ayam warna-warni yang pantatnya semok terus suka di toel-toel kayak jablay," Balas Reka sambil tertawa terbahak-bahak.

Teman-teman Rahel yang mendengar penuturan Reka pun ikut tertawa sambil memegangi perutnya karna perkataan Reka membuat mereka geli.

"Awas woy, ntar masuk lalat tuh mulut baru kicep lo semua." Jawab Rahel masih dengan wajah kesalnya.

"Lagian lo ngapain sih?" Tanya Adara sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Gue cuma lagi baca-baca artikel doang sambil nunggu lo semua balik dari kantin." Jawab Rahel seadanya.

"Ada berita apa emangnya hari ini?" Sambung Adara.

"Berita hari ini pada kabur semua, sekabur kabarnya." Jawab Rahel sembari tertawa.

Teman-temannya yang mendengar itupun hampir saja menggotong Rahel ke teras kelas kemudian mereka lempar dari lantai dua sekolah ini biar dia tau gimana rasanya mencium tanah air kita yang tercinta ini.

"Gila lo, pantesan ditinggalin." Ucap Putri tanpa rasa bersalah.

"Wah kampret nih anak, awas bibir lo keseleo ngomongin gue kayak gitu." Balas Rahel sambil menyentil tangan Putri.

Mereka semua tertawa melihat sikap Rahel dan Putri yang selalu berdebat hanya karna hal sepele.

.

.

Pendek?
Ya maap author newbe sedang dalam masa stuck-nya 😂😂
Walau begitu tetap vomment yah say 😶

HOLD ONWhere stories live. Discover now