Sebuah bayangan seorang pemuda berjingkat berdiri dari sofa empuknya. Dia menatap lurus sosok besar yang sedang menggosok-gosokkan tangannya di depan perapian. Kemudian matanya melihat ke arah dua sofa terpisah yang berada di kanan-kirinya.

"Ayah. Aku sudah mengambil list kerjaku bulan ini. Untuk seleksinya, aku seperti biasanya saja. Aku permisi dulu."

Ketika pintu dibuka dan sebuah sosok yang meninggalkan tempatnya itu berada di ambangnya.

"Ex, kematian bagi kita itu biasa. Masa depan hanya ada satu."

Mendengar pernyataan itu, si pemuda berhenti. Tanpa melihat Ayahnya, dia menjawab, "aku tahu, Ayah. Tak ada masa depan selain kematian."

Setelahnya, pintu kayu ek di hadapannya, dibanting pelan meninggalkan kesunyian yang mendalam.

✘✘✘

Tiga besi tajam raksasa berputar hebat di angkasa membelah udara, mengeluarkan suara baling-baling berputar sambil mengangkat sebuah lingkaran berekor. Lingkaran berekor yang menghiasi langit biru saat ini tak hanya satu. Mereka berjumlah sembilan. Setiap tiga lingkaran berekor—sebut saja helikopter untuk mempermudah—bersatu padu membawa peti kemas besar.

Helikopter-helikopter itu merendah dalam hitungan ketiga. Pilot-pilot mereka saling memberi tanda saat ketinggian mereka setara pohon kelapa, kemudian rantai-rantai besi yang mengikat peti kemas dilepas bersamaan.

BLEM!—Debaman membahana menggema menggetarkan tanah juga mengangkat debu-debu di sekitar peti kemas menjadikannya deruan angin kencang. Sedetik kemudian salah satu sisi ketiga peti kemas itu terbuka. Bergerombolan orang turun dengan terhuyung ke sepetak tanah lapang yang di kelilingi hutan lebat tak ternama.

Orang-orang itu menganga melihat kesekelilingnya, melupakan rasa mual yang sempat bercongkol karena baru saja terkocak di dalam peti yang dihempaskan. Tak jarang dari mereka langsung membuka ponselnya berkeinginan mengecek dimana mereka. Tapi percuma. Out of range, tentu saja.

Lolongan serigala yang menggaung dari gelapnya lingkungan menambah kesan suram yang ada, memberdirikan bulu kudu yang dari tadi tertidur, mencampur adukkan isi perut mereka yang tengah berdiri menatap ke langit mendung dan mengunduri senja.

"Test... Test..." Suara antah berantah tiba-tiba menggelegar.

Mereka tampak bingung menoleh kesana-kemari mencari asal usul suara.

"Err... Mencariku saudara-saudara sekalian? Haha. Tidak perlu. Aku tak ada di antara kalian tentu saja. Dan suaraku terdengar dari sound system yang terletak dimana pun dalam ukuran mikro."

"Perkenalkan aku Helga Ferkhowl. Yah, secara incident, kalau boleh curhat ini terjadi karena kebetulan rokok Carten -pimpinan terhormat- ku jatuh dengan bara apinya mengarah padaku, so aku terpilih menjadi mc dalam acara ini."

"Emm... Seperti yang Anda ketahui, ini adalah acara rutin yang diadakan oleh kami 'Maztfferta famiglia' untuk mencari orang-orang berbakat dan merekrutnya menjadi bagian dari kami. Tak perduli siapa mereka."

"Untuk menjadi salah satu dari kami mudah saja. Anda cukup tetap hidup dalam setiap tantangan yang ada. Bila Anda bisa bertahan hidup, Anda akan mendapat pelatihan dan diletakkan di menara mana yang terbaik untuk Anda. Tentu Anda sudah tahu, dalam 'Maztfferta famiglia' pimpinan menara tempat kita tinggal disebut dengan 'Carten', kita memiliki 3 Carten, dia adalah boss seumur hidup kita, tapi jangan salah, pimpinan utama 'Maztfferta famiglia', err... Our Don, bukanlah Carten. Carten hanyalah orang pilihan yang mendapatkan perintah langsung dari Maztfferta's Don. Ah, jangan sampai salah dengan code menara kalian jika kalian diterima esok. Karena salah code bisa berakibat fatal. Yah bagi yang diterima kelak akan tau. Hehem~"

[ code: X ]Where stories live. Discover now