"Maksud, Dokter?"

"Luka pada testis juga bisa mengakibatkan 'kabel' spermatik terpelintir. 'Kabel' ini berisi saraf, pembuluh darah dan saluran yang membawa sperma dari testis ke penis. Luka pada testis bisa saja mengganggu kesuburan. Jelasnya begini, jika hanya satu bola testis yang rusak maka masih bisa mengandalkan satu lagi buah zakar untuk produksi sperma." Dokter Raisa menatap Rio sembari meraup oksigen sebanyak mungkin dan menghembuskannya perlahan, "Namun laki-laki yang hanya mempunyai satu bola testis saja, memiliki risiko tinggi. Dia hanya memiliki jumlah sperma yang sedikit, kualitas sperma tidak baik dan penurunan kesuburan. Artinya, jika laki-laki yang hanya memiliki satu bola testis akan sulit atau bahkan tidak bisa memiliki keturunan."

Rio menelan ludahnya kasar. Ia berharap kakaknya tidak lagi mengalami cedera yang lebih serius, apalagi hingga membuat kakaknya mandul. Walaupun Adrew telah memiliki seorang putri, Rio yakin kakaknya masih ingin membina rumah tangga dan hidup bahagia bersama anak dan istri barunya kelak.

*****

"Raisa bilang apa sama elo?" Tanya Andrew sambil mengunyah buah apel yang Rio kupas untuknya. Andrew mulai bosan jika harus berlama-lama di rumah sakit, ia ingin segera pulang ke rumahnya. Nyeri pada testisnya pun sudah tidak ia rasakan lagi, walaupun terkadang terasa ngilu saat buang air kecil.

"Gak ada bilang apa-apa?" Jawab Rio sekenanya.

"Elo pasti lagi nutupin sesuatu," tebaknya. "Apa gue mandul?"

Rio menghentikan kegiatannya mengupas apel. Menatap tajam Andrew, "Gue sendiri pengennya sich elo mandul, Kak. Tuhan harus kasih karma buat elo."

"Elo nyumpahin gue, Nyet?" Andrew melempar gulingnya ke kepala Rio dan tepat sasaran. "Tai, Lo!!"

"Brengsek elo, Kak!!" Umpat Rio tak mau kalah. "Tau elo gini, harusnya Rachel langsung ninggalin elo, bukan malah minta tolong orang buat bantuin bawa elo ke IGD. Biar elo mati sekalian."

"Omongan elo kasih filter, Nyet? Kali-kali dong kalau ngomong?" Seru Andrew mulai tak terima. "Gimana kalo malaikat maut lagi patroli? Trus mampir ke sini gimana? Elo lupa, rumah sakit itu tongkrongan favorit dia?" Sungut Andrew. "Elo pengen keponakan elo jadi anak yatim piatu?"

"Lebih baik dari pada punya papa mesum." Jawab Rio sekenanya tak mau tahu.

Andrew terkekeh tanpa dosa, jari kirinya memberi tanda 'V' ke arah Rio.

Usia yang telah matang, tak serta merta membuat mereka terus bersikap dewasa. Kadang kala mereka juga akan bersikap kekanakan, seperti sekarang yang mereka lakukan.

"By the way, gadis itu mana?" Semenjak kejadian sore itu, ciuman sepihak. Rachel tidak pernah lagi tampak di rumah sakit. Biasanya ia akan bergelayut manja dengan Rio. Membuat Andrew sesekali harus membuang muka, "Dari kemarin sampe malam ini, dia belum nongol."

"Rachel kerja."

"Kerja? Oh di restoran itu." Andrew kembali mengingat pertemuan mereka saat kejadian, di mana saat itu Rachel-lah pengantar makanan pesanannya.

Rio menatap kakaknya sendu, "Kenapa elo nglakuin itu sama Rachel, Kak?"

"Nglakuin apa gue ma Rachel?"

"Jangan pura-pura amnesia deh, Kak." Dengus Rio sebal. "Untung Rachel nglawan elo, Kak. Dan... elo berakhir seperti ini. Coba kalau elo benar-benar memperkosa Rachel, gue bakal ngabisin elo dengan tangan gue."

"Elo suka sama gadis itu?" Selidik Andrew kemudian. Ia sendiri penasaran dengan adiknya, walaupun tidak perlu ditanyakan lagi jika perasaan Rio ke Rachel jelas sekali terlihat.

Miss CangCut's (Terbit)Where stories live. Discover now