MC - TUJUH

12.6K 408 39
                                    

Happy readinggg....





#MISS CANGCUT'S







Hembusan angin semilir melambaikan helaian surai cokelat gadis manis di sebuah bangku taman. Minggu pagi yang cerah, waktu yang tepat untuk berolahraga bersama keluarga dan teman. Taman kota itu selalu ramai pengunjung. Ada danau buatan yang di kelilingi pepohonan yang rindang. Adapun bangku-bangku taman sebagai penunjang fasilitas umum selain toilet yang telah tersedia.

"Hayoo... melamun terus...." tuduh Aulia begitu sampai di tempat di mana Rachel telah menunggunya. "Sudah lama?"

"Belum." Rachel mengubah posisinya menghadap Aulia. "Gue juga baru datang."

Rachel memberikan senyuman terbaiknya, namun mata luka itu tetap menggores tubuh ringkih itu. Dunianya sepi. Dunianya berubah. Bahagianya terampas sempurna. Di mana hari itu seluruh nyawanya tersedot kuat masuk ke dalam lubang cacing yang kasat mata.

Kata siapa jantungnya berdetak cepat?

Justru detik ini jantungnya berhenti berdetak. Lalu, Perutnya melilit seperti diremas terus dipelintir kuat.

Gila!!

Akal sehatnya tiba-tiba kosong. Haruskah ia berlari ke rumah sakit jiwa? Lalu memeriksakan kejiwaannya ke dokter jiwa?

Katakan jika memang ia telah gila. Seumur hidup baru kali ini ia menilai seorang pria dengan kata tampan ditambah dengan jantung yang berhenti berdetak menyengat tubuhnya.

Andrew Baraya, sangat tampan menurutnya.

Pria dengan kadar mesum dan mulut pedas sekaligus.

"Katakan cepat! Gue sibuk." Andrew kembali memfokuskan pada berkas-berkas dokumen yang sejak satu jam lalu ia koreksi. Kemudian ia melirik jam tangan Rolex-nya, masih 15 menit lagi untuk melakukan visit pasiennya.

Rachel mendelik sembari menetralkan jantungnya. Mengumpulkan keberanian untuk memulai, berharap Andrew tidak mengintimidasi agar tujuan kedatangannya berjalan lancar. "Cukup hanya dengan minta maaf,' --sugestinya dalam hati.

"Gue mau minta maaf, K-Kak." Ucap Rachel dengan kepala menunduk. "Atas k-kejadian kemarin..."

"Pulanglah..." usir Andrew cepat. Mood-nya saat ini tidak tepat untuk membahas masalah ini. Masalah yang mengharuskannya beristirahat total. Dan dia harus bernapas lega, karena hasil pemeriksaan terakhir dirinya sudah sembuh total. Tidak ada dampak yang fatal dari kejadian itu.

"Sungguh gue minta maaf, Kak." Mohon Rachel kembali, "Apakah kondisi kak Andrew sudah benar-benar membaikkan?"

"Kondisi apa?" Andrew tertarik dengan pertanyaan Rachel padanya. Manik mata Andrew menatap intens. Dagunya sedikit naik ke atas.

"Kondisi 'itu'-nya kakak." Lirih polos Rachel.

Mata elang Andrew kembali menatap tajam. "Buruk."

"Maaf." Seketika kepala Rachel kembali tertunduk menatap betapa bersihnya lantai marmer ruangan ini.

"Maaf?" Andrew merapikan semua berkas dokumennya, mengumpulkan jadi satu dan menyimpannya di salah satu sudut mejanya. Andrew berdiri dan mulai mendekati Rachel yang kini sedang berdiri mematung. "Jadi, setelah apa yang elo perbuat ke gue, elo hanya minta maaf?"

Rachel terdiam. Mulutnya tak kuasa untuk menjawab sepatah katapun yang Andrew tanyakan. Rachel lebih baik memainkan jemari tangannya pada ujung tasnya ketimbang mengangkat wajahnya menatap pria pedas di depannya. Rachel sudah menebak, ia bakal terintimidasi.

Miss CangCut's (Terbit)Where stories live. Discover now