MC - TUJUH BELAS

7.8K 407 110
                                    


Dan langkah merekapun terhenti.

"Lakukan, jika Rachel memang mau menjauhi gue."

Air mata Rachel pecah dengan tangis yang tertahan. Matanya menyalang marah ke arah Andrew. Kedua tangannya menggenggam kuat, menahan emosinya.

Pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu memang brengsek. Ia yang bodoh.

"Baik," Rachel menghapus air matanya kasar. "Dari awal emang gue seharusnya menjaga jarak dengan makhluk seperti elo!"

Andrew mencebikkan bibirnya, meremehkan. Tapi matanya mengarah pada satu titik fokus, yaitu ke arah perut Rachel membuat wanita itu mengikuti kemana arah pandang Andrew, "Silahkan, dengan suka rela!"

Selesai dengan kalimat itu, Rachel tidak mau lagi membuang banyak waktu. Ia kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan tempat terkutuk itu bersama Rio yang terus menopang tubuhnya.

Tidak ada daya lagi untuk menopang tubuhnya. Hatinya pecah berkeping-keping. Sesal teramat dalam mulai menyelimutinya.

"PERGILAH SEJAUH MUNGKIN!" Pekik Andrew keras, "KALAU SAMPAI ELO HAMIL, GAK USAH DATANG NGEMIS TANGGUNG JAWAB KE GUE!!"

Telinga Rio panas mendengarnya. Tubuhnya menegang, bahkan Andrew telah mengambil apa yang sebenarnya selalu ia jaga.

Tangan Rio yang menganggur menggepal kuat. Emosinya kembali tersulut. Rio sangat marah.

"Brengsek!!" Umpat Rio. Tubuhnya kembali menerjang Andrew. "Gue bunuh elo, sekarang tanpa ampun!"

Tubuh Andrew yang tidak siap, tiba-tiba terhuyung ke belakang bersama kursi yang sedang ia duduki dan jatuh tersungkur ke lantai. Rio kembali melayangkan pukulannya membabi buta ke area wajah Andrew tanpa ampun.

Rio tidak memperdulikan jika pria yang sedang dihajarnya habis-habisan ini adalah kakak kandungnya. Kakak yang selalu mengalah untuknya. Kakak yang selalu melindunginya di masa kecil.

Andrew pantas mendapatkan pukulannya. Pria itu telah menghancurkan harta yang paling berharga bagi dirinya. Harta yang ia jaga sepenuh jiwa dan raganya.

Kakaknya memang tak termaafkan.

Kepercayaan kepada pria yang lebih tua 5 tahun di atasnya ini hancur oleh perbuatan pria itu sendiri.

Sekali dua kali, Rio belum puas memukulnya. "K-Ka.lau sam.pai di.a ham.mil," Rio menghirup oksigen sebanyak mungkin. "Gue orang pertama yang akan tanggung jawab atas perbuatan bejat elo."

Rio kembali melayangkan pukulannya. Cukup keras membuat darah segar keluar dari mulut Andrew. Lagi. "Dan kalau perlu, Clara juga akan gue bawa sekalian."

Rio menarik kerah kemeja Andrew yang telah kotor dengan noda darah mendekat ke arahnya. Rio menatap tajam manik mata Andrew, "Iblis bejat kayak elo gak pantes dicintai sama orang-orang. Sebaiknya elo mampus sekalian, dari pada hidup gak ada gunanya. Ngerugiin dan ngerusak orang!!"

Rio menghentakkan keras cengkeraman kerah kemeja Andrew. Tubuh Andrew jatuh kasar ke lantai dengan luka di wajahnya. Darah segar keluar dari mulut Andrew. Pukulan bertubi-tubi yang Rio berikan membuat tubuh Andrew terkulai lemas tak berdaya.

"Sekarang elo dengerin gue," pinta Rio pada Andrew yang terpejam dengan deru napasnya kasar. "Apapun yang akan terjadi nanti, jangan sekali-kali elo cari gue. Apalagi elo sampai cari Rachel. Denger elo!"

Rio menepuk keras dada kiri Andrew.

Andrew terbatuk.

Terakhir, Rio menginjak perut Andrew dengan kaki kanannya. Puas dengan apa yang ia lakukan, Rio menghampiri Rachel yang sejak tadi melihat perkelahian dua kakak beradik itu. Rachel hanya diam dengan tatapan datar.

Miss CangCut's (Terbit)Where stories live. Discover now