MC - LIMA

13.1K 426 26
                                    

Happy readingggg....

#Miss Cangcut's

Malam ini, suasana makan malam keluarga Baraya hanya dipenuhi celotehan cucu pertama keluarga itu.

Claradien Baraya.

Gadis cilik berusia 6 tahun itu sungguh menggemaskan. Kesehariannya hanya bersekolah dan bermain bersama sang Kakek. Gadis tanpa memiliki ibu ini tumbuh dengan kasih sayang orang di sekelilingnya. Kesibukkan sang Papa, dengan jabatan ganda sekaligus membuat papanya jarang sekali berada di rumah. Profesi dokter spesialis bedah syaraf dan pimpinan rumah sakit besar di ibu kota, hanya menyisakan hari minggu saja untuk dapat bermain dengan putrinya seharian penuh.

"Papa, kapan pulang, Nek?" Tanya polos Clara.

"Tak lama lagi, papa-mu akan pulang, Sayang." Ny. Baraya menatap lembut cucu kecilnya itu, "Besok pulang sekolah, Nenek akan suruh pak Yusuf mengantarmu ke rumah sakit. Papa-mu juga kangen sama kamu."

"Benarkah...?" Tanya Clara lagi, "Horeee... Makasih, Nek."

Ny. Baraya menarik senyum tipis, "Kalau begitu, cepat habiskan makan malammu. Habis itu beristirahatlah, besok pagi biar Clara gak bangun kesiangan."

Clara, gadis cilik itu mengangguk paham. Riang dan penurut adalah sifatnya, maka tak heran jika banyak orang yang menyukainya. Clara lebih mirip dengan sosok mamanya, ketimbang dengan Andrew. Menatap Clara akan selalu mengingatkan mendiang mama Clara. Istri Adrew. Cynthia Baraya.

*****

"Luka di testis adalah luka yang paling nyeri karena di daerah testis itu banyak saraf-saraf pembuluh darah yang sensitif. Cedera pada testis bisa membuat pria kesakitan luar biasa, pembengkakan buah zakar dan kadang sampai membuatnya mual muntah hingga pingsan. Cedera testis mengakibatkan pembekuan darah yang jika tidak bisa tertangani maka operasi adalah satu-satunya jalan untuk menghilangkan bekuan darah." Jelas panjang lebar dokter Raisa pada Rio.

Rio mengeryitkan keningnya kurang paham. Mengambil jurusan Hukum membuat Rio tidak memahami bahasa medis yang dokter cantik ini jelaskan. "Katakan dengan singkat dan jelas. Saya tidak mengerti dengan hal yang berbau medis, Dok."

Sekalipun Rio membenci wanita di depannya itu, Rio masih memiliki sopan santun untuk tetap menggunakan bahasa yang halus untuk berbicara dengannya.

"Baiklah, Pak. Saya akan menjelaskan pada inti pokoknya saja." Dokter Raisa menghela napasnya pelan. "Pasien mengalami cedera pada testisnya. Luka di testis membuat pasien merasakan nyeri yang luarbiasa sakit hingga pasien mengalami pingsan."

Rio mengangguk-anggukan kepalanya berulang kali seperti mainan rusak.

"Lalu setelah kami melakukan pemeriksaan lebih lanjut, pasien mengalami pembekuan darah di testis. Untung saja dengan penanganan yang cepat dan obat yang telah diberikan, pasien mulai membaik. Kami berhasil menyelamatkan kondisi testis pasien agar aliran darah di testis segera pulih. Pembekuan darah itu dapat kami atasi tanpa harus melakukan operasi." Lanjut dokter Raisa.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Dok?"

"Kita harus menunggu pasien sadar terlebih dahulu. Selanjutnya kita baru bisa menentukan tindakan lebih lanjut."

Rio kembali mengangguk paham. Lega karena tidak ada yang serius untuk kasus ini. "Lakukan yang terbaik untuk kakak saya, Dok!!"

"Tentu. Kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien." Dokter Raisa tersenyum mengakhiri acara konsultasi mereka. "Semoga tidak terjadi hal yang lebih membahayakan dari ini."

Miss CangCut's (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang