MC - SEMBILAN

12K 389 22
                                    

Happy reading....


Waktu berlalu begitu cepat. Hingga ia berakhir di dalam kuda besi hitam metalik ini bersama dengan pria yang tiba-tiba menyelinap masuk ke kamar mandi, tengah melaju membelah jalanan ibukota yang cukup padat. Dengan kecepatan sedang, pria itu terus memfokuskan diri pada kemudi dan jalanan daripada mengubris pertanyaan yang gadis sebelahnya selalu tanyakan.

Percuma jika gadis itu terus meronta dan bertanya, karena pria paling menyebalkan itu tidak akan terusik dan memperdulikannya. Lebih baik dia mengikuti kemana arah mobil itu berjalan. Kedua tangannya bersedekap dada, sesekali mencuri pandang pada pria di sebelahnya.

'Tampan,' Rachel mengulum senyum, predikat untuk pria itu masih sama setelah beberapa bulan yang lalu berhasil memporak-porandakan harga dirinya.

Seharusnya dia marah.

Arghhh...

Sudah gilakah dia?

Rachel membuang muka ke luar jendela. Lalu lalang kendaraan dan musik yang mengalun tidak juga mencairkan suasana. Terik di luaran sana terpecah dengan AC mobil yang berfungsi maksimal. Sial. Rachel membenci suasana kaku seperti ini. Sampai pada mobil berbelok ke sebuah gedung yang menjulang tinggi menuju basement bawah tanah.

Suara ban mobil yang berdencit menandakan mobil itu telah berhenti. Rachel kembali menatap Andrew penuh tanya, mengapa mereka memarkirkan di sini?

Rachel tidak buta huruf, di depan tadi dia sempat membaca nama gedung ini. Di mana gedung ini adalah salah satu gedung mewah yang berada di ibukota. Hanya kalangan miliyader sajalah yang mampu tinggal di gedung apartemen ini.

Andrew membuka pintu mobilnya, lalu mengitari depan mobil dan membuka pintu untuk Rachel. Tanpa diberi tahu, Rachel paham jika ia harus segera keluar. Lalu mengikuti langkah lebar Andrew, jemarinya terus tergenggam lembut dan erat.

Semakin melangkah ke dalam, genggaman itu masih erat dan menghangat. Lift itu mulai merambat naik dan terus naik hingga pada angka 20, metal kubus itu berhenti. Pintu besi pun terbuka. Andrew segera membawa Rachel keluar menuju pintu no. 2021.

Menekan kombinasi angka.

Terbuka.

Langkah Andrew tak juga berhenti setelah mereka berada di dalam. Dengan sebelah tangan yang menganggur, Andrew menutup pelan dan kembali membawa Rachel semakin masuk ke dalam.

Genggaman tangan Andrew terlepas setelah memasuki sebuah ruang yang berdominan dengan warna putih. Manik mata Rachel menelusuri isi ruangan itu, dengan kening yang semakin berkerut Rachel mencoba menenangkan degup jantungnya yang semakin terpacu liar.

Kamar?

Untuk apa Andrew membawanya ke kamar ini?

Rachel kemudian menatap Andrew meminta penjelasan lebih. Namun bukan jawaban yang Rachel dapat. Ia harus mendelik tidak mengerti, mengapa Andrew mulai melepaskan jas hitamnya. Lalu melonggarkan dasi dan menarik hingga terlepas. Membuka dua kancing teratas kemejanya, dan menggulung kedua lengan hingga batas siku.

Rachel mencoba melangkah mundur ketika Andrew memutuskan untuk mendekat ke arahnya. Jemari Andrew merampas tas jinjing Rachel, melemparnya pelan ke arah sofa merah panjang yang terdapat di sana. Membawa kedua tangan Rachel untuk melingkari pinggangnya.

"K-Kakkk... mmptthhh..." Bibir ranum Rachel kembali dibungkam bibir Andrew. Lingkaran pinggang itu berubah mencengkam kuat. Andrew tak peduli, ia terus melumat bibir yang selalu berhasil menaikkan gairahnya.

Jemarinya tak mau tinggal diam, meraih kancing pada kain yang telah basah itu. Blouse siffon putih tipis yang terkena tumpahan carrot juice, sehingga mencetak jelas bentuk isi di dalamnya.

Miss CangCut's (Terbit)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα