[Wira's Side Story] [5] Kemajuan Pesat

53K 1.6K 95
                                    


“Ini, Bang. Saya bayar double. Sekarang pulang, ya. Cari penumpang lain aja. Masih pagi juga.”

“Tapi nanti yang ngorder saya marah-marah kalo saya nggak datang.”

“Udah, Abang nggak usah khawatir. Yang ngorder itu pacar saya. Dia lagi marah sama saya, makanya nggak mau saya jemput, malah order ojek online. Pokoknya Abang balik aja sana. Saya lagi usaha biar pacar saya nggak ngambek lagi sama saya.”

Setelah didesak berkali-kali oleh Wira, akhirnya driver ojek itu pergi tanpa mengantar penumpang.

Tidak berapa lama kemudian, yang ditunggu muncul juga. Saras keluar dari pintu pagar dengan susah payah. Wira buru-buru menghampiri dan membantu memapah cewek itu.

Saras yang baru menyadari Wira ada di dekatnya, langsung menepis tangan cowok itu dengan angkuh. “Lo ngapain di sini?”

“Ya jemput kamu. Aku kan udah bilang kemarin, kalo aku akan antar jemput kamu tiap hari ke sekolah. Biar gimana pun, kaki kamu jadi sakit begitu karena aku.”

“Nggak usah! Gue udah pesan ojek online! Minggir!” Saras menyingkirkan Wira dari hadapannya, kemudian matanya menyapu keadaan sekitar. Ia bertanya-tanya dalam hati di mana abang gojek pesanannya. Padahal beberapa saat lalu Saras menerima SMS bahwa ojek pesanannya sudah sampai di depan rumahnya.

Beberapa saat kemudian Saras menoleh curiga ke arah Wira. Pasti cowok itu berulah lagi. “Lo keterlaluan banget, sih!” kesalnya, ketika menyadari sesuatu.

“Yaudah, jangan marah-marah lagi. Sekarang aku antar kamu ke sekolah, dari pada kamu telat, kan?”

Saras mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Ia kemudian melirik jam tangannya. Sudah tidak ada waktu lagi untuk memesan ulang ojek online. Ia pasti akan terlambat.

Wira membantu memapah Saras mendekati motornya. Kali ini cewek itu tidak melakukan perlawanan, hingga membuat Wira tersenyum diam-diam.

“Peluk pinggang aku, biar kamu nggak jatuh,” kata Wira begitu ia dan Saras sudah siap di atas motor.

“Nggak usah aneh-aneh, deh. Gue ada ulangan di jam pertama, nih. Buruan!” kesal Saras.

“Kaki kamu kan lagi sakit, jadi nggak seimbang duduknya. Pegang pinggang aku biar aku nggak khawatir kamu jatuh.”

Saras tidak merespons. Ia terlalu gengsi untuk melakukan hal yang diminta Wira.

“Aku nggak akan berangkat sebelum kamu pegangan yang erat,” ancam Wira.

Sedetik kemudian tangan Saras sudah melingkar di pinggangnya. Walaupun cewek itu hanya memegang kantong jaketnya, sudah cukup membuat Wira senang bukan main. Wira tahu, sesungguhnya cewek itu tidak membencinya, hanya saja terlalu gengsi untuk menyadari perasaannya sendiri.

Wira berusaha memancing obrolan dengan Saras selama dalam perjalanan, walaupun tidak ada satu pun yang direspons cewek itu. Namun hal itu sama sekali tidak membuat Wira patah semangat. Membuat cewek itu tidak marah padanya saja sudah cukup baginya.

Saras turun dari motor dengan hati-hati ketika Wira sudah mengantarnya sampai sekolah. Wira ikut turun dan membantu cewek itu berjalan hingga ke gerbang.

“Gue nggak salah lihat, nih? Bunga diantar Kumbang ke sekolah. Wow.” Nana heboh sendiri melihat pemandangan di depannya. Ia menyikut Kiki di sebelahnya agar temannya itu juga melihat pemandangan langka itu.

“Gila, pake mantera apa tuh cowok sampe berhasil nganter Saras ke sekolah?” kata Kiki takjub.

Keduanya langsung menghampiri Saras yang masih dipapah oleh Wira.

Just be Mine [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now