[Part 10] Berbalik Keadaan

141K 9.6K 210
                                    


Cukup katakan padaku bahwa kamu sedang menatap purnama yang sama denganku, dengan begitu akan mengurangi kerinduanku padamu walau hanya 0,1%.

Kalimat itu sangat familiar bagi Adela. Siapa pengirim pesan itu?

Setelah beberapa saat mengingat-ingat sebuah quote itu, mata Adela langsung melebar. Ia kenal betul kalimat itu adalah quote yang ditulisnya di buku catatan miliknya. Dan Adela yakin ia tidak pernah menunjukkannya pada siapa pun, termasuk pada Saras sekalipun.

Tanpa pikir panjang, Adela segera membalas pesan itu.

Ini siapa?

Dengan gusar, Adela menunggu balasan dari si nomor tak dikenal itu. Hingga penantiannya terjawab tidak lama kemudian.

Terlalu lama merindu, membuatku lemah dalam menghitung waktu.

Emosi Adela seketika memuncak. Lagi-lagi orang itu mengirimkan quote dari catatan miliknya.

Adela menyipitkan matanya melihat lingkaran yang menampakkan foto profil si pengirim pesan WA, kemudian mengklik-nya hingga memperjelas sosok cowok berkacamata hitam di sana. Adela langsung mendelik tak percaya setelah meyakini foto cowok yang sedang bergaya bak model itu adalah Rakha.

Bagaimana bisa buku catatannya ada pada Rakha?

Adela: Lo nyuri buku catatan gue?

Rakha: Gue cuma nemu di meja kantin

Adela: Siapa suruh lo ambil?

Rakha: Siapa suruh lo ninggalin?

Adela membuang nafas berat. Emosinya makin lama makin meningkat tiap kali menerima balasan pesan dari cowok itu.

Belum juga Adela mampu menguasai amarahnya, Rakha kembali mengirim pesan yang mampu membuatnya memanas seketika.

Rakha: Ternyata lo bisa galau juga ya

Adela meremas ponselnya kuat-kuat, kemudian mengetik sebuah balasan dengan caps lock.

Adela: JANGAN BACA BUKU CATATAN ORANG SEMBARANGAN!!!

Satu menit. Dua menit. Adela menanti balasan dari Rakha yang tak kunjung datang. Berkali-kali ia menghidupkan kembali layar ponselnya yang meredup. Hingga pada menit berikutnya penantiannya terjawab oleh sebuah emoticon.

Rakha: 😈

Adela setengah membanting ponselnya ke sudut meja belajarnya, kemudian berteriak tertahan. Setidaknya ia masih waras. Hari sudah larut, ia tidak mau Leo sampai terbangun, apalagi tetangga-tetangganya berkumpul karena teriakannya.

Ting!

Ponselnya kembali berdenting. Dengan ragu, Adela kembali meraihnya, kemudian mulai membaca pesan baru yang dikirim Rakha.

Rakha: Besok gue anter pulang kalo mau buku lo balik! 😎

Kali ini Adela benar-benar membanting ponselnya lebih keras dari sebelumnya. Ia kemudian menenggelamkan wajahnya di atas lipatan kedua tangannya di atas meja. Dalam hati, ia meratapi betapa sial hidupnya. Cowok idola bernama Rakha itu selalu bersikap seenaknya sendiri. Sampai kapan Adela harus berurusan dengannya?

--<><>--

Pagi harinya, Rakha dibuat kesal dengan pemandangan di depan pintu kelasnya. Wira ada di sana, bersiap untuk menyambutnya. Teman sebangkunya itu melambaikan tangan kuat-kuat ke arahnya lengkap dengan senyuman sok akrab khasnya yang sukses memancing emosi Rakha seketika.

Sepanjang koridor, mata Rakha tak pernah lepas dari sosok Wira yang membuatnya kesal setengah mati. Bisa-bisanya teman barunya itu memberikan saran yang sangat tidak tepat dipraktekkan pada Adela.

Begitu Rakha hampir mendekat, Wira menghentikan gerakan tangannya namun tetap membiarkannya mengapung di udara, seolah memberi kode agar Rakha menyambut salam high five darinya. "Pagi, Bro! Gimana saran dari gue kemarin?" sapanya masih dengan senyum lebar.

Rakha mengangkat tangan kirinya untuk menyambut salam high five dari Wira. Namun bukan hanya sekedar tos, Rakha meremas tangan Wira kemudian dengan gerakan cepat, memelintir tangan itu ke belakang hingga membuat Wira berteriak kesakitan.

"Aduh duh, kenapa tangan gue malah dipelintir? Gue salah apa?" tanya Wira masih menahan sakit.

"Lo mau bikin gue malu? Saran lo nggak ada yang mempan satu pun!" kesal Rakha yang enggan melepaskan Wira. Ia bahkan tidak peduli orang-orang di sekelilingnya kini menyaksikan aksinya.

"Aduuuh," keluh Wira kesakitan. "Mana mungkin nggak mempan. Buktinya sekarang dia nyamperin lo tuh!"

Cengkeraman Rakha seketika melemah ketika ia berusaha mencerna perkataan teman barunya itu.

"Itu, dia lagi lari ke sini!" Dagu Wira bergerak menunjuk ke ujung koridor.

Rakha ikut menoleh. Benar yang dikatakan Wira barusan. Ia melihat Adela sedang berlari mendekat ke arahnya. Cengkeraman tangannya kemudian makin melemah hingga Wira dapat dengan mudahnya membebaskan diri.

Rakha menatap Adela tanpa kedip ketika cewek itu telah berhenti tepat di hadapannya.

Adela langsung mengulurkan tangannya ke arah Rakha dengan telapak tangan ke atas. "Mana buku catatan gue?" tagihnya langsung. Ia tidak menghiraukan suaranya yang terputus-putus karena kelelahan berlari tadi.

"Ini masih pagi! Lo mau pulang sekarang?" jawab Rakha dengan nada santai.

"Cepet balikin ke gue!" timpal Adela setengah berteriak.

"Buku catatan lo ketinggalan di mobil!"

"Bohong!" sergah Adela cepat. Matanya yang membulat ia alihkan pada tas ransel yang dibawa Rakha. Ia yakin bukunya ada di dalam.

Sebelah sudut bibir Rakha terangkat ketika menyaksikan ekspresi curiga Adela di hadapannya. Ia kemudian sedikit menunduk untuk menyejajarkan wajahnya dengan cewek itu, seraya menggoda, "sampai ketemu siang nanti!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Rakha berbalik dan masuk ke dalam kelasnya dengan punggung yang tegak. Bersamaan dengan itu pula, sebuah senyum kecil lolos dari bibirnya. Betapa menyenangkan baginya ketika menyadari kini keadaan telah berbalik. Adela yang membutuhkannya.

TBC

Buat yang nunggu momen Rakha senyum, selamat!! Penantian kalian terjawab di part ini. Yeah..

Kebayang kan senyum evilnya Rakha, juga tampang kesalnya Adela

Gimana ya pertemuan mereka siang nanti? Buat yang mau nebak2 boleh loh di kolom komentar. Siapa tau bisa jadi inspirasi aku nulis.

Sambil aku nulis lanjutan ceritanya, bantu kirim2 vote dan komen ya :)

Sampai jumpa hari Rabu..

Makasih makasih makasih

Salam,
Pit Sansi

Just be Mine [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now