[Part 1] Kita Perlu Bicara!

293K 15.1K 185
                                    


Rakha meremas ponselnya yang menampilkan artikel berita tentangnya sambil memejamkan matanya rapat-rapat.

"Om udah capek sama kamu!"

Rakha membuka matanya, kemudian mengalihkan pandangannya ke kaca jendela mobil yang tengah dikemudikan om sekaligus manajernya-Aryo-yang baru saja bersuara.

"Bisa nggak sih kamu nggak buat ulah yang aneh-aneh?" Om Aryo geram setelah beberapa waktu lalu membaca berbagai artikel berita yang memuat gosip tentang Rakha. "Tunangan?" Kini ia memukul stir mobilnya sedikit keras sambil mendesah kesal. "Ide gila macam apa itu?"

Rakha tak menyahut sejak tadi. Ia pun menyesal dengan ulahnya itu. Tujuan awalnya untuk mengalihkan isu mengenai ketidaklulusannya, berhasil. Namun bukannya meredakan situasi, Rakha justru kembali bermain api dengan kebohongannya yang lain.

"Siapa gadis bernama Adela itu?" tanya om Aryo sambil melirik sekilas ke arah Rakha.

"Aku nggak kenal dia," jawab Rakha singkat.

"Kamu nggak kenal dia, tapi berani kenalin dia sebagai pacar kamu ke media?" Emosi om Aryo semakin memuncak.

Rakha kembali diam. Ia tahu urusannya akan lebih panjang bila ia menimpali ucapan om Aryo. Om Aryo yang jauh lebih senior di industri hiburan dibandingkan dengannya yang baru seumur jagung. Omnya itu sudah banyak mengurusi artis-artis papan atas dengan didikan kerasnya. Ia juga terkenal bertangan dingin dan sangat disiplin. Terlebih lagi, ayah Rakha sangat mempercayakan Rakha di tangan om Aryo.

"Kamu tau berapa banyak tawaran iklan dan film yang batal karena skandalmu ini?" Om Aryo kembali melirik Rakha, kemudian melanjutkan ucapannya. "Segera bersihkan namamu! Ajak gadis bernama Adela itu untuk bicara di hadapan media. Dia harus segera mengklarifikasi rumor ini. Hanya itu cara supaya kamu bisa kembali mendapat tawaran iklan dan film yang dibatalkan!"

Rakha terus menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Ia memperhatikan foto cewek bernama Adela yang terpampang bersamanya dalam artikel itu dengan mata memerah. Kejadian memalukan kemarin terputar kembali di kepalanya, membuatnya malu sekaligus marah terhadap Adela.

Beberapa saat kemudian, laju mobil yang dikendarai om Aryo mendadak melemah, membuat Rakha mengangkat kepalanya dan melihat sesuatu di depan sana.

"Ada banyak media di gerbang sekolah. Sebaiknya kamu turun di sini. Om akan coba mengalihkan perhatian mereka, baru kamu diam-diam masuk ke dalam!"

Rakha menurut, ia segera turun setelah om Aryo menghentikan laju mobilnya. Ia bersembunyi di balik pohon besar sambil mengamati situasi untuk mencoba mengendap-endap masuk ke sekolah.

--<><>--

"Oh, dia orangnya?"

"Nggak cantik-cantik amat tampangnya! Cantikan juga gue!"

Perasaan Adela sudah tidak enak sejak melangkah memasuki gerbang sekolah pagi ini. Bisikan serta lirikan mata orang-orang di sekitarnya membuatnya tidak nyaman. Ia berusaha mengabaikannya, namun semakin dalam ia melangkah, semakin banyak pula orang-orang yang membicarakannya.

"ADELA!"

Adela menoleh dan langsung menemukan Saras tepat di belakangnya. Saras berlari menghampirinya dengan tergesa-gesa.

"Kenapa lari-lari? Bel masuk belum bunyi." Adela cukup prihatin melihat kondisi Saras yang tampak sangat kelelahan.

"Lo udah liat berita pagi ini?" tanya Saras sambil mengatur nafasnya.

Adela mengangkat alisnya, kemudian menggeleng santai. "Ada apa emangnya?"

"Nih baca." Saras mengulurkan ponselnya yang menayangkan artikel berita tentang kejadian kemarin, saat para pencari berita memenuhi sekolah mereka.

Adela membulatkan matanya namun tampak tenang setelah membaca judul artikel yang tampil dengan ukuran huruf yang sangat besar disana. "Rakha Arian Dipermalukan oleh Tunangannya Sendiri." Adela kembali menatap Saras dengan kening berkerut. "Trus kenapa?" tanyanya belum mengerti.

"Lo udah tunangan sama Rakha? Ini kan foto lo sama Rakha pas kejadian kemarin."

"HAH?" Barulah Adela tampak terkejut dan langsung menyambar ponsel Saras untuk melihat artikel itu dalam jarak yang lebih dekat.

Bagaimana bisa para wartawan menyimpulkan sendiri bahwa ia adalah tunangan Rakha hanya karena kejadian konyol seperti kemarin?

"Jadi lo tunangan Rakha?"

Adela mengangkat kepalanya dan mendapati beberapa orang siswi yang ia ketahui sebagai kakak kelasnya kini berdiri menghadapnya sambil berpangku tangan. Mereka mengamati Adela dari atas hingga bawah dengan tatapan sinis, terutama cewek yang berdiri paling depan, yang baru minggu lalu mendapatkan predikat kakak terpopuler oleh murid-murid angkatan baru-Kintan.

Sambil mengunyah permen karet, Kintan berjalan mendekati Adela dengan tatapan tak bersahabat. "Lo nggak pernah ngaca? Lo nggak ada cocok-cocoknya sama Rakha!" bentaknya sambil menunjuk-nunjuk Adela.

Adela baru saja membuka mulutnya, berniat untuk menyahut. Namun, suara berisik dan sorakan di sekelilingnya membuatnya mengurungkan niat. Hingga tak lama kemudian seseorang yang baru beberapa saat lalu dilihatnya di ponsel milik Saras, kini muncul di depannya. Rakha berjalan lurus ke arahnya dengan menyingkirkan beberapa orang siswi yang tadi sempat mengepung Adela, termasuk Kintan.

"Aduh!" keluh Kintan begitu merasakan sebuah tangan mendorongnya pelan. Sedetik kemudian ia ternganga saking takjubnya dapat melihat Rakha dalam jarak yang sangat dekat.

Rakha kini berada tepat satu langkah di hadapan Adela yang langsung menyambutnya dengan tatapan penuh dendam. Adela tidak terima ia digosipkan sebagai tunangan Rakha, begitu pun sebaliknya.

"Adela Kiva," ucap Rakha membaca tag nama di seragam cewek itu, kemudian kembali menatap lekat sepasang mata pemiliknya. "Kita masih punya urusan. Ikut gue!" Kini Rakha berbalik hendak meninggalkan kerumunan orang yang entah sejak kapan menjadi semakin padat.

"Kenapa gue harus ikut lo?"

Sahutan Adela barusan menghentikan langkah Rakha seketika. Ia akhirnya kembali berbalik menghadap cewek itu.

"Gue nggak merasa punya urusan sama lo!" lanjut Adela dengan tatapan menentang.

Adela, cewek itu pandai sekali membuat emosi Rakha memuncak. Dengan langkah-langkah cepat, Rakha berjalan mendekat dan menghabiskan jaraknya dengan Adela. Ia sedikit menunduk, membuat wajahnya terpaut sangat dekat dengan wajah Adela.

"Kita perlu bicara!" bisik Rakha dengan rahang mengatup keras, menahan emosi.

TBC

Haii Readers, makasih buat voment-nya di prolog kemarin :*

Rakha-Adela akan memulai babak baru dalam kehidupan mereka. Bakal makin seru dan makin menegangkan. Lanjutannya hari sabtu ya..

Salam,
Pit Sansi

Just be Mine [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang