BAB 2 :: Kalut

3.9K 480 92
                                    

Di saat semua menyiapkan diri untuk berpetualang, keliling tempat wisata yang ada di daerah sana, Erland justru terlihat tengah mengemasi pakaiannya. Ia memutuskan untuk pulang ke Jakarta hari ini juga.

Sebelumnya lelaki itu telah berusaha memaafkan istrinya, tapi tiba-tiba saja pagi buta ia mendengar Renata sedang berbicara via telepon dengan seseorang. Seseorang yang sangat Erland benci. Suasana hatinya hancur seketika.

"Lan, kamu kok malah berkemas? Bukannya kita mau pergi ke peternakan sapi perah itu?"

"Ada kerjaan mendesak. Gak bisa ditunda. Kalian lanjut aja liburannya," sahut Erland dengan nada dingin. Tentu saja Erland berbohong, tak ada pekerjaan mendesak seperti yang disebutkannya. Ia hanya ingin menenangkan diri, jauh dari semuanya, termasuk istrinya.

"Bukan karena hal lain?"

"Hmm."

"Kalau gitu aku ikut kamu pulang ke Jakarta."

"Gak usah."

"Tapi, Lan ...."

"Aku bilang gak usah, ya, gak usah!" sentaknya.

Renata terhenyak. Setelah sekian lama, baru kali ini Erland membentaknya. Ia tidak mengerti apa yang salah hingga tiba-tiba Erland terlihat sedemikian marah.

"Sorry," sesal Erland masih dengan nada suara yang tak bisa dibilang ramah. "Aku pergi dulu," pamit lelaki itu seraya menyeret kopernya. Erland menemui keluarga juga sahabatnya untuk berpamitan.

"Loh Aa mau kemana?" tanya Reina bingung.

"Pulang ke Jakarta. Ada kerjaan penting."

"Gak bisa diwakilkan, A?" Arlan ikut bertanya.

"Gak bisa, Yah. Mereka minta aku langsung yang menanganinya."

"Ah, gak asik disusulin malah pergi!" Hana menimpali.

"Maaf banget, Kak. Asli ini penting."

"Susah deh kalau bos besar."

Erland hanya tersenyum kecil mendengar celetukkan Alvin. "Aku pamit, ya, semua. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Eh, A, ini kunci mobilnya." Reina berjalan cepat mengejar sang kakak, kemudian menyodorkan kunci mobil dalam genggamannya.

"Gak usah, Rei. Aa naik bus aja. Mobil biar nanti buat kalian pulang."

Elena menghampiri putranya. "Ya udah hati-hati di sana. Jangan lupa makan dan jangan makan yang aneh-aneh. Ingat lambung kamu loh, A."

"Iya, Bunda."

Erland pergi dengan rasa kecewa, padahal Erland berharap hari ia dan keluarga kecilnya akan bersenang-senang, tapi ternyata tidak. Dalam sekali pijak Renata berhasil mematahkan harapannya. Terkadang ada yang lebih mengerikan dari hal-hal yang mengerikan; marahnya orang pendiam dan kecewanya orang setia.

🎬🎬🎬

Haikal mempersiapkan banyak hal untuk pertemuannya dengan Renata, meskipun mereka baru akan bertemu lusa. Awalnya perasaan yang ia miliki memang hanya sebatas perasaan sayang kakak pada adiknya, tidak lebih. Namun seiring berjalannya waktu, perasaan itu berubah. Lalu apa yang salah? Satu-satunya yang salah di sini adalah ia mencintai istri orang. Haikal menyesal mengapa dirinya tidak buru-buru mempersunting Renata setelah perempuan itu ditinggalkan oleh suaminya. Dulu ia pergi ke luar negeri untuk menuntaskan pendidikannya, jadi terpaksa harus meninggalkan Renata.

Sekarang di saat ia kembali, Renata justru sudah menyandang status sebagai seorang istri. Haikal tidak akan menyerah. Ia akan membuat Renata jadi miliknya. Haikal bisa memanfaatkan sifat pemarah, egois, dan cemburuan Erland untuk bisa menghancurkan lelaki itu. Mengapa ia tahu banyak hal tentang lelaki itu? Karena dulu Renata begitu sering membahas tentang Erland.

Without youWhere stories live. Discover now