Prolog

10.4K 636 180
                                    

Sore yang tampak sepi. Kediaman Erland yang biasanya ramai tiba-tiba sunyi senyap seperti tak ada tanda-tanda kehidupa, hanya terdengar bunyi jarum jam yang terus bekerja berputar sesuai porosnya. Semua itu tentu saja terjadi karena seluruh penghuninya sedang pergi berlibur meninggalkan hiruk pikuk ibu kota. Itu semua karena Erland baru saja memenangkan proyek besar.

Erland sekeluarga pergi ke Bandung dengan tujuan meluruskan sejenak pikiran yang semrawut karena berbagai hal di Jakarta. Sulit sekali menemui waktu kosong seperti saat ini. Helaan napas berat terdengar. Reka sudah rewel, Reina juga, tapi kemacetan ini benar-benar sukar ditembus. Renata sudah kebingungan membujuk putranya untuk diam.

"Kasih susu coba, Ren," ujar Elena.

"Rekanya gak mau Bunda."

"Sini biar Bunda yang gendong. Reka ikut Oma yuk, Nak," kata wanita itu lagi sembari mengambil alih Reka dari pangkuan Renata.

"A, tabrak semua aja tuh mobil-mobil yang di depan. Lama banget masa."

Erland melengos. Ini lagi si bocah tengil dengan ide gilanya. Tentu saja Erland tidak mau melakukan itu semua jika tidak ingin berakhir terkurung di balik jeruji besi. Baru juga menikah masa iya sudah ditahan. Tidak lucu.

Akhirnya setelah kurang lebih dua jam terjebak macet. Mobilnya bisa kembali berjalan, hingga tak lama mereka semua sampai di sebuah villa yang berlokasi di Kecamatan Pangalengan daerah Bandung Selatan. Banyak tempat wisata yang mungkin dikunjungi. Udara di sana pun sangat dingin, jadi cocok untuk mereka yang ingin mendinginkan otak.

"Huaaaaaa... dingin, Bunda," Reina langsung berteriak begitu turun dari mobil karena hawa dingin langsung menyapa kulit putihnya.

"Kayak orang utan lo, teriak-teriak gitu."

"Bodo. Aku orang utan, Aa monyet."

"Hush, kalian ini baru sampai kok malah berantem. Aa bantuin Ayah tuh turunin barang."

Erland mengangguk, namun sebelum membantu sang ayah, ia terlebih dulu membuka jaketnya lantas melilitkannya pada tubuh Reka. Ia saja kedinginan apalagi bayi mungilnya. "Anak Papa pasti kedinginan, ya? Gak dingin lagi 'kan sekarang? Udah hangat karena pakai jaket Papa."

Pipi Renata memanas. Entahlah, Reka yang diperlakukan begitu manis, tapi kenapa justru dirinya yang tersanjung. Renata sangat bahagia karena Erland mau menyayangi putranya. Begitu Arlan dan Erland hendak menurunkan barang bawaan mereka dari mobil, tiba-tiba dua orang tergopoh-gopoh menghampiri mereka. Bi Elin, dan Mang Koko-pengurus villa.

"Aduh Tuan, Aden, maaf atuh saya teh telat. Sini barangnya biar saya aja yang bawain."

"Gak usah, Mang, Bi, cuma sedikit kok," sahut Arlan.

"Eh, gak pa-pa, Tuan sekeluarga langsung masuk aja. Tempatnya teh sudah saya siapin, sudah bersih, pokoknya enak buat dihuni," ujar Bi Elin.

Arlan hanya membalas dengan anggukan, kemudian ia mengajak keluarganya masuk karena udara di luar begitu dingin, takut kalau mereka malah jatuh sakit, terutama Erland yang kini hanya menggunakan kaos.

🎬🎬🎬

Erland langsung menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Suasana kota Bandung yang menyejukkan ini begitu ia rindukan, pasalnya terakhir kali Erland di Bandung adalah ketika sakit hingga koma beberapa tahun yang lalu. Erland tidak pernah lagi menginjakan kakinya di sini, karena setelah sembuh lelaki itu homeschooling di Jakarta kemudian berangkat ke luar negeri melanjutkan kuliah.

Mendengar putranya menangis, Erland kembali bangkit lalu bergegas menghampiri anak dan istrinya. "Reka kenapa, Ren? Kayaknya rewel terus dari tadi."

Without youWhere stories live. Discover now