25 : Tahun Baru

316 62 12
                                    

Ini semua ide Ichbal buat kumpul di depan rumahnya sambil bakar-bakaran di malam menjelang tahun baru ini. Tahun baru? Ya, tahun baru. Tahun baru 2017 setelah hampir seminggu lamanya Ichbal gak ketemu sama teman-teman dekatnya, termasuk Tania.

Jam empat sore tadi, Ichbal udah jemput Tania di rumahnya. Tania juga udah izin ke orangtuanya kalo dia mau nginep di rumah teman ceweknya padahal, mah, aslinya nginep rame-rame di rumah Ichbal. Mami sama Papinya Ichbal ngebolehin Ichbal bikin pesta tahun baru kecil-kecilan di rumah mereka dan bahkan, Maminya Ichbal udah heboh dari pagi nyiapin apa aja yang diperlukan untuk pesta.

Maminya Ichbal udah beli dua ayam dan selusin jagung di pasar pagi tadi. Papinya Ichbal juga udah nyiapin panggangan beserta arangnya di teras depan rumah. Tadi, sebelum sampe rumah, Ichbal juga sempat ajak Tania ke supermarket terdekat buat beli coca-cola, saus, sambel serta sosis dan bakso biar makanan mereka tambah banyak. Sekarang, Tania sedang di dapur, membantu Maminya Ichbal nyiangin ayam sementara, Ichbal menyiapkan keperluan lainnya sama Papinya.

Tania gak liat Dika sama sekali sedari tadi. Entah Dika ada di kamarnya atau dia sedang pergi ke luar. Tania mau tanya, tapi lagi-lagi dia dilanda rasa gak enakan. Ngapain Tania nanyain cowok lain ke nyokap dari cowoknya sendiri?

"Tante itu seneng kalo Ichbal bawa banyak temen ke rumah. Daripada dia ngelayab mulu, kan, mending ajak temen main ke rumah, ya, Tan?"

Tania tersenyum dan mengangguk mejawab pertanyaan Maminya Ichbal yang sedang memotong ayam menjadi bagian yang lebih kecil. Gak taulah Tania kenapa ayamnya di potong sekarang. Bukannya nanti aja, ya, setelah di bakar? Ah, sudahlah. Tania cuma tamu di sini.

Saat sibuk membantu Mami Sekar nyiangin ayamnya, sebuah suara terdengar dan buat perhatian dua wanita itu teralihkan.

"Berasa di surga ngeliat dua bidadari kesayangan aku kumpul,"

Tania memutar bola matanya melihat Ichbal yang nongol entah dari mana. Maminya Ichbal mengernyit sebelum berkata, "Tumben muji Mami bidadari, mentang-mentang ada Tania. Biasanya, kan, kamu durhaka sama Mami."

Tania nahan ketawa dengar ucapan Mami Sekar yang kadang suka bener. Ichbal mengerucutkan bibir sambil ngehela napas. "Astaghfirullah, Mami. Ucapan itu doa, loh. Mami mau Ichbal durhaka beneran?"

Mami Sekar ketawa dan melanjutkan aktivitasnya sampai Ichbal kembali bertanya, "Si Albino belum bangun, Mi? Enak banget dia tidur, entar bangun tinggal makan!"

Tania mendengarkan dengan teliti. Topik tentang Dika selalu menarik perhatiannya meskipun, dia gak berani buat nyebut nama cowok itu di hadapan Ichbal.

"Dika, tuh, bukan kamu, ya, Bal. Dia bangun lebih pagi dari kamu dan bantuin Mami cuci piring tadi pagi sebelum berangkat gak tau ke mana."

Gak lama setelah Mami Sekar berhenti berucap, derap kaki terdengar dan lalu, Dika muncul di dalam dapur bawa kantung belanjaan dan surprise! Ada Helena di belakangnya yang juga menenteng kantung belanjaan.

"Tan, kecapnya Bango gak apa-apa, kan? Kecap ABC-nya abis." Dika meletakkan belanjaannya di atas meja makan sebelum meraih belanjaan yang Helena tenteng dan naruh belanjaan itu juga di atas meja.

Helena senyum ragu-ragu saat tatapan Mami Sekar saat ini tertuju padanya, sedikit berbinar sebelum dengan santainya bertanya, "Siapa, nih, Dik? Geulis pisan, euy."

Dika ngasih isyarat biar Helena memperkenalkan diri. Helena mengangguk dan melangkah mendekat sambil raih tangan Mami Sekar, mengecup punggung tangannya dan memperkenalkan diri.

"Helena, Tante."

"Pacarnya Dika, ya?" Goda Mami Helena dan awalnya, Ichbal dan Tania yakin, Helena bakal ngelak, tapi yang terjadi selanjutnya sangat di luar ekspektasi Ichbal dan Tania.

RebutWhere stories live. Discover now