19 : Maaf

380 66 4
                                    

Bohong jika selama dua hari belakangan, Tania bisa berpikir dengan tenang di saat orang yang selalu ada di dekatnya gak juga tampak di hadapannya. Dika sakit. Dua hari gak masuk sekolah dan benar-benar menghilang tanpa ngasih kabar. Bukan hanya Dika. Ichbal juga ngehindar dari Tania dan Tania gak tau harus gimana. Selama mereka pacaran, baru kali ini Ichbal marah sampe dua hari.

Tania ngehela napas dan baru saja mendongakkan kepala saat mendapati seseorang yang gak dilihatnya selama dua hari tiba-tiba muncul dan melangkah menuju kursinya yang ada tepat di samping Tania. Beberapa anak kelas nyapa dia dan Dika cuma noleh sedikit dan senyum tipis.

Mata Tania gak beralih sedikitpun dari wajah pucat Dika. Dika yang menyadari tatapan Tania tersenyum tipis sambil duduk di kursinya.

"Hai."

Tania memejamkan mata dan mengalihkan pandangannya dari Dika sambil balas nyapa, kaku. "Hai."

Setelah itu gak ada percakapan sama sekali di antara mereka. Jujur, dua hari bukan waktu yang singkat bagi Tania melewati hari tanpa Dika di sisinya. Tania tau, dia baru kenal Dika belum sampai tiga bulan. Tapi kehadiran cowok itu jelas mengubah hidup Tania—secara gak langsung.

Dika penting, tapi Tania masih belum mampu menjelaskan apa yang membuat cowok itu penting dalam hidupnya.

"Yang pacar lo itu gue atau Dika?"

Tania mejamin mata ketika suara Ichbal kembali terngiang dalam pikirannya. Itu kalimat terakhir yang Tania denger dari mulut Ichbal, sebelum cowok itu menghindarinya hingga detik ini. Ichbal yang biasanya cerewet dan hobi ngegombalin Tania lewat pesan atau pun secara langsung tiba-tiba ngilang gitu aja.

Beberapa kali Tania ngeliat Ichbal dan Tania yakin Ichbal juga liat dia balik, tapi Ichbal malah berbalik dan melangkah menjauh. Di kantin, Ichbal yang biasanya lebih dulu ada di kantin dan nyisihin bangku kosong di sebelahnya untuk Tania udah gak muncul dua hari belakangan.

Oke. Tania ngaku sekarang. Dia kangen Ichbal. Dia kangen cowok yang selalu nyengir tiap ngeliat dia. Dia kangen cowok yang hobi kirim pesan gak jelas ke dia. Dia kangen cowok yang selalu buat Tania bertanya-tanya kenapa dia ngeiyain saat cowok itu nanya 'mau jadi pacar aku gak?'. Ah, ya. Memori Tania berputar kembali ke waktu di mana Ichbal nyatain perasaan ke dia, di depan teman sekelasnya ketika Tania ditugaskan buat ngambil tugas anak kelasan Ichbal oleh Pak Juned.

Tania gak sendiri saat itu. Ditemani Denny, Tania masuk ke kelas Ichbal dan langsung disambut sorakan meriah anak kelasan Ichbal, khususnya anak cowok. Gak lama setelah itu, si Ichbal dengan penuh percaya diri ngelangkah ngehampirin Tania diiringi cie-ciean dari temen sekelasnya.

Tanpa basa basi, cowok yang seragamnya gak dimasukin ke dalam celana itu langsung nanya, "Mau jadi pacar aku gak?"

Saat itu pikiran Tania sedang kosong dan kalut. Dia sendiri gak sadar kalo dia nganggukin kepala yang diartikan sebagai iya sama Ichbal dan anak kelasannya. Bahkan sampe ke luar dari kelasnya Ichbal sambil bawa tugas Pak Juned, Denny langsung ngomel gak jelas dan ngatain Tania bego karena langsung jawab pertanyaan salah satu murid paling gak jelas di sekolah.

Awal pacaran juga kayak kucing sama tikus. Tania udah jelasin sama Ichbal kalo dia gak sengaja ngangguk, tapi Ichbal gak peduli dan terus ngejar-ngejar Tania. Saking kesel dan parno-nya sama Ichbal, tiap istirahat, itu cewek pasti langsung ngacir ke tempat aman di mana Ichbal gak bisa nemuin dia, yaitu: toilet wanita. Tapi lambat laun, semakin Tania menghindar, semakin dia sadar kalo dia emang gak bisa nolak Ichbal yang udah jadi bagian dari hidupnya.

Secuek-cueknya Tania ke Ichbal, mungkin Ichbal gak tau seberapa sering Tania menghapus pesan yang sebenernya pengen dia kirim ke Ichbal. Salah Tania. Gengsinya jauh lebih tinggi dan dia bukan tipikal cewek yang bisa dengan mudahnya menyalurkan semua rasa pedulinya.

RebutWhere stories live. Discover now