04 : Nongkrong Sore

674 105 9
                                    

Dika hanya dapat bersabar dan pasrah saat mendengar omelan tanpa henti cewek yang duduk di hadapannya. Tania gak berhenti memaki guru les-nya yang telat ngasih info kalau dia kena muntaber sehingga try out harus ditunda. Padahal, Tania sudah memohon habis-habisan ke Pak Samosir yang nahan dia untuk jadi pendengar setia curahan hati seorang guru PKn. Tania murid kesayangan Pak Samosir dan Tania gak pernah bangga dengan status itu. Jika tahu pada akhirnya, dia hanya akan menjadi teman curhat pria berkulit sawo matang berusia 47 tahun itu tentang rumah tanggannya, sedari awal Tania lebih milih sering-sering bolos ngikutin pelajaran PKn yang sebenarnya sangat membosankan.

Saat ini, Dika dan Tania berada di What's Up Cafe Tebet. Tania yang ngajak Dika ke sini buat nenangin pikirannya yang sudah sangat panas. Dika mah nurut aja. Apalagi pas Tania bilang, dia yang traktir.

"Gue udah belajar mati-matian karena guru les gue bilang, nilai tertinggi try out nanti bakalan ditraktir makan sepuasnya di Cimory."

Dika menyeruput hot coffee pesanannya sambil melirik cewek yang sangat kentara sedang kesal. Wajahnya muram dan gak ada cahaya sedikitpun. Aura-nya mirip aura Lord Voldemort. Hitam.

"Emang lo belum pernah makan di Cimory?"

Tania menggeleng seperti anak kecil polos. Dika tertawa dan membuat cewek itu mengerucutkan bibirnya. "Justru karena gue belum pernah ke sana makanya, gue semangat banget pas dikasih tau kayak gitu sama guru les gue! Gue kesel temen sekelas pada update di sana dan mereka ke sana tanpa ngajak gue! Kesel gue!"

Dika melipat tangan di atas meja dengan wajah menahan tawa. "Makanannya gak beda jauh sama makanan di restoran lain. Yang buat dia beda, mungkin lokasi tempat makannya. Apalagi yang Cimory Riverside. Keren di sana."

"Plis, jangan ngomporin gue!"

Dika benar-benar gak bisa menahan tawa melihat wajah Tania yang sedang kesal. Cewek yang saat ini rambutnya diikat ke belakang itu melipat tangan di depan dada sambil menggembungkan pipi dengan mata yang menyipit.

Lucu. Bikin gemas. Pengen cubit. Setidaknya, itulah yang ada di pikiran Dika sekarang.

"Kalo gue ajak lo ke sana, mau gak?" Tiba-tiba Dika bertanya, setelah berhasil mengontrol tawanya sendiri.

Tania mengangkat satu alisnya sebelum menghela napas. "Dika, sumpah, ya. Kayaknya hidup lo gampang banget, ya? Baru tadi di sekolah lo ngajakin gue nonton konser Coldplay bareng di Thailand dan sekarang, lo ngajakin gue ke Cimory? Duh, enak banget kayaknya jadi lo, ya."

Dika nyengir lebar. "Kalo yang Coldplay, lo pikir-pikir aja dulu. Masih sekitar tujuh bulan lagi sebelum konser. Kalo mau beli tiket, secepatnya. Takut abisnya cepet." Tania memutar bola matanya dan Dika melanjutkan, "Kalo yang Cimory, ayo ke sana. Gak jauh, kok. Paling satu jam perjalanan. Biar lo bisa update sosmed kayak anak hitz lainnya."

"Anak hitz apaan, idih. Gue cuma penasaran sama makanan di sana tau!"

"Yaudah. Ayo, ke sana! Gue serius ini ngajakin lo." Dika kembali menyeruput hot coffee-nya dengan mata yang masih terfokus pada cewek jutek di hadapannya.

Tania mengedikkan bahu. "Pengen, sih. Tapi gak tau, deh, gue punya waktu atau enggak. Lo tau sendiri, Ujian Nasional udah di depan mata dan gue pasang target buat masuk UGM atau ITB. Waktu gue udah penuh dengan jadwal belajar." Cewek itu menempelkan dagu pada tangannya yang terlipat di atas meja.

"Ujian Nasional masih lama setau gue. Gak usah terlalu dipaksain buat belajar, belajar dan belajar. Itu otak harusnya sering-sering di-refresh juga." Dika menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

RebutWhere stories live. Discover now