07 : Cimory

504 88 19
                                    

Semenjak bercandaan Dika tentang rebut-merebut di kantin kemarin, mendadak Ichbal menjadi sangat pendiam di dekat Dika. Hal yang sama juga terjadi pada Tania. Hari ini, Dika berniat untuk memperjelas semuanya jika dia hanya bercanda. Yakali, Dika mau rebut pacar sepupu-nya sendiri. Walaupun, Tania cantik dan enak diajak ngobrol, Dika cukup tahu diri.

Sebelum berangkat sekolah, niatnya Dika mau ngobrol sebentar sama Ichbal, tapi itu cowok keburu berangkat. Ichbal emang selalu berangkat pagi meskipun, sampai sekolahnya gak di jam pelajaran pertama. Cowok itu selalu nongkrong di belakang sekolah, buat ngerokok sekaligus ngopi hitam. Katanya kalo mengawali hari tanpa dua hal itu, bencana pasti terjadi.

Benar saja. Dika akhirnya nemuin Ichbal di warkop belakang sekolah, lagi ngerokok sambil ngopi. Sesekali makan tempe goreng buatan Mpok Feni. Pas ngeliat Dika yang ikut parkir di parkiran belakang sekolah, Ichbal nyaris keselek.

Ngapain si kupret parkir di sini? Kemaren, kan, dia parkir di sekolah.

"Gue mau ngomong serius sama lo."

Ichbal neguk kopi hangatnya dengan cepat ketika Dika tiba-tiba berada di hadapannya dan langsung berkata demikian. Dika ngehela napas dan duduk di samping Ichbal. Sesekali dia menatap sekeliling warkop. Ada beberapa siswa juga di sini, tapi Dika gak kenal siapa.

"Lo ngapain ke sini?" Ichbal bertanya, menatap Dika risih sebelum meletakkan rokoknya lagi di sela-sela bibir.

Dika narik napas dan buang perlahan. "Abis gue bingung. Gue gak mau dimusuhin lama-lama sama lo. Masalah yang kemaren, seriusan gue bercanda. Gue gak ada niat buat nikung lo, kok."

Ichbal memutar bola mata dan menatap Dika malas-malasan. "Lo mau nikung gue juga gak apa-apa, kok."

"Hah?" Dika melotot mendengar ucapan Ichbal.

Ichbal tersenyum lebar. "Tapi ada untungnya juga lo ngomong kayak kemaren. Si Imel jadi baik-baikin gue. Pulang sekolah dia nahan gue terus ngomong melas gitu kalo dia cintanya sama gue dan gak akan berpaling dari gue walaupun, harus di hadapkan dengan cowok kayak lo."

Ichbal berhenti bercerita untuk mengambil napas dan melanjutkan, "Terus tiba-tiba dia ngajak kencan kemaren. Lo tau? Terakhir kita kencan itu hampir enam bulan lalu! Sejak kelas 12, gue diduain mulu sama buku. Chat jarang, sms jarang, nelpon jarang. Pokoknya, berasa gak punya pacar gue."

Cowok dengan julukan Temsek alias item pesek itu mesem-mesem. "Intinya, gue seneng banget kemaren! Kita jalan ke PIM dan gandengan tangan, Bro! Duh, tangan gue yang berlumut akhirnya, nyentuh lagi tangannya yang alus gila! Duh, sumpah, gue bahagia. Sangat dan semua itu berkat lo."

Dika tersenyum mengejek. "Oke, oke."

Ichbal merangkulnya. "Jadi, kalo lo mau nikung gue, silahkan, Bro. Silahkan coba tembus pertahanan seorang Melodi Nathania Chandra yang super duper ketat. Selama ini, yang berhasil baru gue dan katanya, sih, bakalan cuma gue. Good luck ajalah buat lo kalo mau coba walaupun, ujung-ujungnya pasti gagal."

Dika mengernyitkan dahi. "Kalo dia beralih suka sama gue?"

"Gak mungkinlah, my bro, my albino."

Dika risih dengan nama panggilan sialan itu. Ichbal terkekeh geli melihat ekspresi Dika.

"Udah. Sono balik ke kelas. Bel bentar lagi bunyi. Terlambat dihukum baru tau rasa lo." Ichbal menarik tangannya yang tadi merangkul Dika. Cowok itu kembali melanjutkan kegiatan merokoknya.

Dika nahan napas dan ngangguk sebelum bangkit berdiri. "Lo jangan banyak-banyak ngerokok. Gue bilangin Mami-Papi lo baru tau rasa."

"Papi udah tau, kok. Katanya wajar aja. Cowok pasti ngerokok, asal ngerokoknya jangan sampe ketauan Mami." Ichbal nyengir lebar dan Dika geleng-geleng kepala.

RebutWhere stories live. Discover now